“Menerbitkan buku, kok, berbayar?”
Begitu pertanyaan yang muncul dari salah satu peserta talk show yang saya isi di Gresik sekitar dua bulan lalu. Ceritanya, dia ikut lomba menulis di salah satu penerbit, tetapi ketika terpilih dan bukunya diterbitkan, dia harus mengeluarkan uang untuk menerbitkannya. Dia bertanya seperti itu karena setahu dia, menerbitkan buku itu gratis alias tidak berbayar.
Baik, mari kita bahas hari ini mengenai penerbit.
Selama menekuni dunia kepenulisan saya mengenal namanya penerbit mayor dan penerbit indie. Nyatanya, semakin kesini, ada yang namanya self-publishing dan juga penerbit semi mayor. Akan saya bahas satu-satu dan semoga mencerahkan.
Perbedaan penerbit Mayor, Indie, dan Self-Publishing
1 | Penerbit Mayor
Hampir semua buku yang dijual di toko buku offline merupakan terbitan dari penerbit mayor. Sebab, ciri paling menonjol dari penerbit mayor adalah dengan mendistribusikan buku ke toko buku offline.
Agar lebih jelas, berikut daftar ciri penerbit mayor:
Menerapkan seleksi naskah
Cara penerbit mayor menerima naskah untuk diterbitkan adalah dengan diseleksi. Jadi, kamu mengirim naskah ke penerbit kemudian akan ada jangka waktu tiga sampai enam bulan sampai akhirnya naskah kamu akan diterima atau ditolak.
Namun, bisa juga kamu beruntung dengan menerima tawaran dari penerbit untuk menerbitkan karya kamu. Dalam hal ini, kamu adalah seorang yang suka membagikan karya di media sosial, entah dalam bentuk cerita di Wattpad, tulisan di twitter/instagram, bahkan berupa video di tiktok.
Dipasarkan di Toko Buku Offline dan Online
Penerbit mayor mendistribusikan buku ke seluruh toko buku offline di Indonesia. Biasanya adalah toko buku Gramedia. Selain toko buku offline, mereka juga mendistribusikan ke toko buku online.
Penulis Tidak Mengeluarkan Biaya Apa Pun
Penulis tidak mengeluarkan biaya apa pun, baik untuk editor, desain cover, ISBN, promosi, dll.
Harga Buku Ditentukan Oleh Penerbit
Penerbit menentukan harga jual dari buku yang diterbitkan. Dilihat dari ketebalan buku, serta hal lainnya.
Royalti 10%
Penulis mendapatkan royalti 10% dari harga buku. Royalti tergantung dari masing-masing penerbit dan bisa berubah tergantung dari penjualan buku. Biasanya, penulis akan mendapatkan uang muka.
2 | Penerbit Independen (indie)
Penerbit indie atau independen berbeda dengan penerbit mayor. Hal yang paling jelas bisa dilihat dari cara penjualannya. Penerbit indie menjual buku di toko online saja. Meskipun begitu ada beberapa penerbit indie yang mendistribusikan buku ke toko buku offline dengan ketentuan yang berlaku. Biasanya, penerbit ini memberikan keterangan penerbit semi-mayor.
Penerbit Indie:
Tidak Menerapkan Sistem Seleksi
Berbeda dengan penerbit mayor, penerbit indie tidak menerapkan sistem seleksi. Siapapun bisa menerbitkan di penerbit ini. Namun, ada juga yang menerapkan sistem seleksi, tetapi sangat jarang.
Ada Paket Penerbitan
Di penerbit indie juga ada paket penerbitan yang bisa kamu pilih sesuai kebutuhan dan dana yang kamu miliki.
Berbayar
Karena ada paket penerbitan, tentu saja berbayar. Biasanya berbayar karena ada biaya cetak, editing, cover, ISBN, dll.
Harga Buku Ditentukan Oleh Penulis
Enaknya di penerbit indie, kamu bisa menentukan harga bukumu. Misalnya, harga cetak satu buku Rp 50.000,- maka kamu bisa menjual di atas itu.
3 | Self-Publishing
Self-Publishing tidak jauh berbeda dengan penerbit indie. Bedanya adalah kamu bisa menerbitkan dengan nama penerbit kamu sendiri. Kamu bisa menerbitkan secara pribadi di penerbit indie yang menerima self-publishing. Biasanya, akan ada paket khusus untuk self-publishing.
Bener banget, tapi setiap jenis penerbit ini mempunyai persyaratan sendiri untuk naskah yang diterbitkan. Pastinya penerbit mayor sangat ketat tentang seleksi naskah, yang jadi pilihan sih penerbit indie. Terima kasih informasinya, sangat bermanfaat!
ReplyDelete