Ketika saya menggulir video di Tiktok, saya menemukan sebuah trend “normalisasi ke kafe sendirian, nonton sendirian, makan sendirian”. Dahi saya berkerut menonton trend tersebut, sebab saya sudah melakukan hal itu sejak lama.
Saya melakukan kegiatan tersebut sejak lulus kuliah. Saya berkuliah di Surabaya, kemudian kembali ke Mojokerto. Di Mojokerto teman saya tidak terlalu banyak, itupun mereka rata-rata sudah menikah. Maka, saya mau tidak mau harus ke mana-mana sendiri.
Namun, saya dasarnya memang lebih suka ke mana-mana sendiri, me time. Berkencan dengan diri sendiri.
Ke mal sendiri, makan sendiri di luar, ke toko buku, ke kafe, bahkan nonton film sendiri. Sehingga, hal itu menjadi sebuah hal biasa.
Kegiatan itu masih saya lakukan sampai saat ini. Ketika saya jenuh menulis di rumah, maka saya akan membawa laptop dan nongkrong di kafe. Saya bisa menulis di kafe berjam-jam. Biasanya tiga sampai enam jam, tergantung mood dan kondisi saat itu.
Pertanyaan yang selalu muncul di komentar instagram adalah “Memangnya bisa tenang menulis di kafe atau tempat umum?”
Jadi, begini …
Menulis di Kafe
Menulis di kafe atau bekerja di kafe tetap bisa dilakukan asalkan kamu memang berniat untuk bekerja. Dengan kata lain, kamu tidak mengajak teman atau seseorang yang datang tapi tidak niat melakukan pekerjaan apa-apa.
Saya bisa tenang menulis di kafe asalkan tidak diganggu oleh teman atau tidak diajak ngobrol, sebab apabila diajak bicara pikiran akan terbagi dan apa yang sudah ada di otak akan menghilang.
Agar menulis atau bekerja di kafe lebih tenang lagi, kamu bisa memutar lagu melalui earphone. Dengan begitu, kamu bisa fokus dengan pekerjaan kamu dan tidak terganggu dengan keadaan di sekitar kamu.
Menulis di Kafe Membantu Pekerjaan Cepat Selesai
Terkadang, saya kesulitan untuk menyelesaikan satu bab novel yang terdiri dari sekitar 1000-1500 kata. Namun, saya kesulitan untuk bisa menulisnya sampai selesai. Alasannya ada saja. Entah saya sedang buntu ide. Merasa cerita kurang menarik dan lainnya. Maka, ketika saya merasa demikian, saya pergi ke kafe dan menulis di sana.
Ketika menulis di kafe, saya bisa menyelesaikan satu bab novel dalam waktu sekitar dua jam saja. Sebab, yang ada dalam benak saya adalah “Harus selesai. Bayar ini.”
hehe.
Pengalaman Menulis di Kafe
Saya juga pernah memiliki pengalaman menulis di kafe yang kurang menyenangkan. Ceritanya, saya dan teman mau work from cafe di Mojosari. Kami pergi ke salah satu coffee shop di Mojosari. Buat kami, itu satu-satunya coffee shop yang oke saat itu. Lalu, setelah pesan kami naik ke atas. Dan, lantai dua berupa bangunan dari besi, begitu juga lantainya. Yang paling parah itu lantainya goyang-goyang ketika ada orang lewat.
Kenapa tidak di lantai bawah? Karena nggak ada.
Oke, tidak sampai di situ. Di sana juga ada pengunjung lain, perempuan yang sedang bercanda dengan temannya dan dia teriak-teriak sambil loncat. Ya, akhirnya kami seperti bermain di wahana.
Maka, saya tidak akan ke sana lagi.
Menulis di kafe itu menyenangkan. Ada orang yang lebih suka tempat sunyi. Ada juga yang menyukai tempat ramai. Seringnya, saya pergi sendirian ke kafe dan seringnya saya melamun ketika berpikir.
Suatu saat, saya ingin bekerja di kafe dengan seseorang - maybe my soulmate? - dia dengan pekerjaannya, saya dengan pekerjaan saya. Ya, sendirian yang tidak sendirian.
Sendirian bersama kamu.
Semoga ya!
Hai...
ReplyDeleteMemang paling enak itu nulis di tempat tenang seperti kafe apalagi kalau di kafe itu bikin nyaman banget sama suasananya. Terlebih mau apa aja bebas, tempat terbaik sih buat nulis. Langsung lancar ide, terima kasih sharingnya!
ReplyDelete