Istilah hutan gambut sudah saya dengar sejak SMA. Maklum, kebetulan saya masuk jurusan IPA ketika duduk di sekolah menengah atas, sehingga kata hutan gambut bukan hal yang asing.
Ingatan saya mengenai hutan gambut atau lahan gambut ketika SMA sudah memudar. Saya sudah tidak ingat apa sih, kegunaan dan manfaat lahan gambut bagi ekosistem sekitar atau bahkan untuk kita - manusia.
Sebelum menuju manfaat lahan gambut, mari mengenal apa itu lahan gambut.
Apa Itu Lahan Gambut
Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk; oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi. Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan basah ini disebut dalam bahasa Inggris sebagai peat; dan lahan-lahan bergambut di berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama seperti bog, moor, muskeg, pocosin, mire, dan lain-lain. Istilah gambut sendiri diserap dari bahasa daerah Banjar. (sumber: Wikipedia)
Manfaat Lahan Gambut
Tak banyak masyarakat yang mengerti dan tahu bahwa hutan gambut memiliki banyak manfaat dan peran penting dalam menyeimbangkan ekosistem. Tentunya, hanya orang-orang yang concern mengenai lingkungan yang paham dan mengetahui fungsi dari lahan gambut. Bukankah Allah menciptakan sesuatu beserta manfaatnya?
Salah satu manfaat hutan gambut adalah menyimpan karbon dalam jumlah banyak agar tidak terlepas ke atmosfer. Karbon merupakan zat yang berbahaya bagi ekosistem, terutama manusia. Zat tersebut mengakibatkan kepala pusing, pengelihatan kabur, dan lainnya.
Selain untuk menahan karbon, gambut juga berfungsi untuk mencegah perubahan iklim, menghambat kebakaran, bencana alam, serta meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Kenapa bisa begitu?
Gambut meningkatkan perekonomian masyarakat karena bisa dimanfaatkan untuk berbagai bidang. Masyarakat yang hidup di dekat hutan gambut bisa memanfaatkan lahan gambut untuk perikanan. Selain itu, lahan gambut juga bisa dimanfaatkan untuk holtikutura karena lahan gambut cenderung subur dan bagus untuk tanaman.
Lahan gambut juga bisa mencegah kebakaran hutan. Gambut bisa mengatur lajur siklus air. Sebab, gambut memiliki bentuk seperti spons. Lalu, apabila ada banjir, lahan gambut bisa menyerap air.
Berbicara mengenai kebakaran hutan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia tiga tahun lalu adalah salah satu yang paling mengkhawatirkan selama dua dekade terakhir.
Kebakaran Hutan dan Lahan Semakin Mengkhawatirkan
Kebakaran hutan merugikan banyak pihak, tidak hanya ekosistem yang menghuni hutan tersebut, tetapi juga kita dan negara tetangga. Tentu saja, hal ini membuat hubungan antarnegara menjadi kurang baik karena mereka ikut merasakan dampak kebakaran hutan.
Selain kita, ada pula hewan yang kehilangan rumah mereka, sehingga hewan ke pemukiman penduduk. Sudah jelas, penduduk merasa terganggu dengan adanya hewan liar yang datang.
Data pemerintah menunjukan hutan dan lahan seluas 1,6 juta hektare hangus dilalap api. Ini menjadi yang terparah sejak bencana asap 2015. Pemerintah rutin menjadi sorotan akibat kebakaran yang tak berkesudahan. Asap akibat kebakaran hutan kerap memanaskan hubungan diplomatik dengan negara tetangga. Karhutla pula yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Kemarau panjang (El Nino) selalu dituding sebagai pemicu kebakaran. Namun, faktanya kebakaran terus terjadi bahkan di tahun-tahun tanpa kemarau panjang. Itu sebabnya, faktor lain lebih tepat dianggap sebagai penyebabnya: ulah manusia.
Untuk itu, kita yang concern terhadap lingkungan ikut melek dalam memanfaatkan lahan gambut untuk mencegah kebakaran hutan, serta membantu melestarikan ekosistem di sekitar lahan gambut.
Bener banget sedari SD sudah mempelajari tanah dan lainnya, tetapi baru mau menerapkan. Lahan gambut bisa jadi solusi mengurangi kebakaran hutan dan lahan yang sering terjadi di musim kemarau. Terima kasih sharingnya!
ReplyDelete