Korona n struktur seperti mahkota (KBBI)
Menurut KBBi korona struktur
seperti mahkota atau mahkota, mungkin karena pada sekeliling virus korona
terdapat benda mencuat keluar.
“Apabila ini hanya flu, kenapa
harus diisolasi?”
“Apabila ini sekadar batuk,
kenapa banyak yang gugur?”
Virus korona atau covid-19
pertama kali muncul di Wuhan, China. Kala itu, akhir Desember 2019 pemerintah
Wuhan melaporkan kasus ini ke WHO. Dan pada bulan Januari, pertama kali kasus
kematian karena virus ini di Wuhan. Setelah itu, virus ini menyebar ke berbagai
negara di Asia, termasuk Indonesia yang baru ditemukan pada awal Maret 2020.
Corona virus diduga disebarkan
oleh hewan di Wuhan, setelah diselidiki korban-korban pertama yang terpapar
virus pernah pergi ke pasar basah makanan laut dan hewan lokal di Wuhan. Diduga
virus ini dibawa kelelawar, lalu ditularkan ke hewan lain, kemudian hewan
tersebut dikonsumsi oleh orang-orang China.
Awal tahun, ketika publik ramai
membicarakan virus ini, saya biasa saja. Sebab, lokasinya sangat jauh dari
tempat tinggal saya. Berkilo-kilo meter jauhnya. Membutuhkan berhari-hari perjalanan
darat dan berjam-jam perjalanan udara. Pun ketika itu belum ada satupun warga
Indonesia yang dikabarkan terpapar oleh virus ini, meskipun mereka baru
bepergian keluar negeri.
Baru pada awal Maret kemarin,
kasus virus korona ditemukan di Indonesia. Dua orang perempuan positif terkena
virus ini. Mendadak, orang-orang panik dengan membeli banyak kebutuhan.
Toko-toko swayalan banyak yang kehabisan stok, serta berita di mana-mana
mengenai virus ini.
Kasus-kasus baru pun muncul
beberapa hari kemudian, menyebar sampai ke Solo, Jogja, lalu datanglah ke
Surabaya. Sampai akhirnya, pemerintah memutuskan untuk warga tetap di rumah
saja selama 14 hari, untuk memutus mata rantai penyebaran.
Saya ingat betul hari dimulainya
kampanye #dirumahsaja atau #stayathome,
yakni tanggal 16 Maret. Kala itu, sehari sebelumnya saya berencana kembali ke
Surabaya (indekos), sebab besok saya harus ujian mengaji. Tapi, pada hari
Minggu, 15 Maret 2020 saya mendapat pengumuman bahwa ujian ditunda karena
mengikuti anjuran pemerintah untuk di rumah saja.
Tak hanya saya saja, para pekerja
kantor, anak-anak sekolah, PNS dan semua orang dianjuran di rumah saja paling
tidak selama 14 hari. Itupun tak semua
orang bisa mematuhinya, karena tak semua pekerjaan bisa dikerjakan di rumah.
Tentu, kita tak ingin perekonomian merosot karena ini, meskipun pada
kenyataannya, kita tak bisa menghindarinya.
Adanya corona virus, membuat
orang-orang mencari masker, handsanitizer, disinfektan. Parahnya, karena banyak
yang mencari hal-hal tersebut menjadi langka dan banyak orang-orang tidak
bertanggungjawab yang menimbun, lalu menjualnya dengan harga yang tinggi.
Karantina Mandiri 14 Hari
Karantina mandiri selama 14 hari
bertujuan untuk melihat, siapa saja yang terkena virus ini. Kalaupun terkena,
mereka tidak akan menyebarkan ke orang lain. Sebab, meskipun kita tidak
terjangkit karena sistem imun tinggi, bisa saja kita menjadi pembawa virus dan
menyebarkan ke orang lain. Untuk itu, kita diminta di rumah saja guna melihat
perkembangan kesehatan masing-masing.
Kala itu, saya berharap setelah
14 hari, semua akan baik-baik saja. Meskipun akan ada pelonjakan kasus, paling
tidak orang-orang yang terjangkit bisa dikarantina, sehingga akan memutus
penyebaran. Pada kenyataannya, tidak semudah itu. Sebab, pada akhirnya kampanye
atau imbauan di rumah saja diperpanjang; setiap dua minggu sekali, anak-anak
sekolah mendapat imbauan untuk sekolah di rumah. Terakhir, hari ini, adik saya
diminta di rumah sampai bulan Juni nanti.
Hal-hal yang Terjadi di Sekitar
Dengan adanya pandemik virus ini,
tentu banyak hal berubah. Yang paling sering saya lihat pada linimasa yakni
orang-orang mulai berjualan masker; meskipun sebelumnya mereka tak berjualan.
Selain berjualan masker, banyak orang yang mulai menjahit dan membuat masker
sendiri. Ada pun orang-orang yang menjual disenfektan. Linimasa riuh mengenai
covid-19, masker, disenfektan, handsanitizer, resep makanan, dalgona dan
perkembangan mengenai virus ini.
Setelah hal-hal kecil tersebut,
maka banyak kebijakan yang berubah. Mulai dari anak-anak sekolah yang sekolah online, seminar online, kursus online.
Semua serba online. Hal paling besar
terjadi yakni banyaknya pengangguran; banyak buruh pabrik yang terkena PHK,
hotel-hotel mendiskon kamar mereka gila-gilaan, jasa travel memberikan diskon
tidak masuk akal. Tentu, perekonomian sangat terganggu dengan adanya virus ini.
Pada akhirnya, wabah ini membuat
saya dan orang-orang sekitar parno akan banyak hal. Takut memegang sesuatu,
takut untuk keluar rumah, takut akan banyak hal dan paling terasa yang saya
rasakan yakni takut bahwa tak ada masa depan.
Musibah Bersama
Harus sadar diri, bahwa ini
musibah bersama. Ujian bersama. Tak perlu dibawa sendirian, mengeluh dan saling
menyalahkan. Sebab, semua mengalami sakit yang sama. Perekonomian sangat
terganggu dengan adanya wabah ini. Saya pribadi, yang selama ini mencari uang
makan dari ngeblog pun merasakan hal serupa, yakni dengan adanya wabah tak ada
lagi event, tawaran pekerjaan sepi. Bahkan, saya sampai memutuskan untuk
pulang, karena tak sanggup membayar uang indekos.
Ini kenyataan yang harus kita
hadapi, yang terpenting saat ini yakni terus berusaha meskipun dari rumah dan
menjaga kesehatan. Tanpa kesehatan, kita tak bisa menumbuhkan perekonomian
lagi.
Mari menerbangkan doa ke langit
agar segera dikabulkan oleh-Nya. Semoga wabah ini segera berakhir, tanpa ada
korban lagi. Dan semua orang yang berjasa diberikan kesehatan.
0 Comments:
Post a Comment
Komentar akan dimoderasi terlebih dahulu. Hanya memastikan semuanya terbaca :)
Usahakan berkomentar dengan Name/URL ya, biar bisa langsung BW balik saya ^^