Awalnya, saya ingin memberi judul
artikel ini “bagaimana saya menghadapi depresi”, lalu saya urungkan. Alasannya
sederhana, saya tidak tahu apakah saya depresi atau tidak. Meskipun, apa yang
saya rasakan kemarin-kemarin itu sesuai dengan arti kata depresi di KBBI, hehe. Di sini, saya ingin berbagi bagaimana saya
menghadapi titik terendah dalam hidup, yang baru bisa saya lepaskan secara
perlahan awal tahun ini. Sebelumnya, saya benar-benar tidak tahu harus ke mana,
harus bagaimana dan harus seperti apa.
Namun, bukan berarti saat ini
saya sudah baik-baik saja, hanya saja saya sudah merasa baik-baik saja dan
perlahan menerima tanpa melawan, menyembuhkan tanpa “tapi”. Cara setiap orang
menghadapi titik terendah dalam hidup berbeda-beda. Ada yang melemah beberapa
waktu, kemudian tegar. Ada yang butuh banyak sekali waktu untuk mengembalikan
kesehatan mentalnya yang awut-awutan.
Orang berkata “ikhlas dan sabar”
karena memang itu jalan satu-satunya, tetapi saya tahu itu berat dan seperti
tidak mungkin bisa dilakukan. Tapi, rasa ikhlas dan sabar itu butuh waktu,
semua butuh waktu.
Di bawah ini merupakan hal yang
saya lakukan ketika menghadapi titik terendah dalam hidup, ketika saya ingin
menghilang saja, ketika perasaan setiap bangun tidur saya merasa tidak berguna,
ketika saya tidak baik-baik saja, ketika saya harus tidur dengan bantuan antimo
~
Menyibukkan Diri
Awalnya, saya tidak tahu harus
berbuat apa. Bahkan, bekerja pun sangat-sangat tidak bergairah. Kalau tidak
mengingat saya perlu untuk makan dan membayar indekos, mungkin saya tidak akan
bekerja. Saya benar-benar lelah, bahkan hubungan saya dengan Tuhan ikut
memburuk. Saya tidak pernah lagi berlama-lama dengan-Nya, sehingga saya hanya
salat lalu selesai. Tidak ada doa. Tidak ada pengharapan-harapan apa-apa lagi.
Saya takut berharap, bahkan kepada-Nya saya tidak berani berharap apa-apa.
Jadi, ketika pada titik terendah,
saya menyibukkan diri. Apa pun itu. Kalau saya mengisinya dengan banyak menulis
artikel maupun fiksi, lalu saya mulai membuat video mengenai kehidupan saya
sehari-hari. Dalam video tersebut, saya ungkapkan apa yang saya rasakan saat
itu dan satu hal lagi. Dalam video saya mendokan mereka untuk bahagia. Saya
berharap, dengan begitu saya ikut bahagia.
Menulis Jurnal
Saya sudah membagikan bagaimana
saya mengisi jurnal. Di sana jelas tidak ada tulisan curhat atau mengenai
kegundahan saya. Saya memakai jurnal tersebut untuk menulis pekerjaan-pekerjaan
saya. Memberikan saya banyak pekerjaan, meskipun tidak ada uang di dalamnya.
Menulis jurnal ini, bertujuan agar saya tetap di jalan yang tepat. Agar saya
tetap fokus dengan tujuan hidup saya, sebelum saya di titik terlemah.
Bertemu Teman
Sudah saya katakan di awal, ada
kalanya saya tidak baik-baik saja, meskipun sekarang saya merasa baik-baik
saja. Saya sempat bermimpi mengenai seseorang yang menyakiti saya, dalam mimpi
tersebut saya dimaki-maki, saya dimarahi habis-habisan dan saya tidak berbuat
apa-apa. Bangun tidur, dada saya kembali sesak. Saya sedih dan membuat mood saya kembali berantakan. Untuk itu,
saya langsung ingin bertemu seseorang.
Saya bertemu seorang teman,
mengajak dia jalan-jalan ke mal, kemudian pulang. Dan yah, sebelumnya saya
ke psikolog, untuk mengetahui apakah
saya baik-baik saja atau memang saya depresi.
Bermonolog
Saya melakukan monolog. Saya
mengambil kursi, kemudian duduk di depan cermin. Saya menanyakan pada diri
sendiri, “Wulan apa kabar?” saya bercerita kepada diri sendiri, memberikan
semangat untuk diri sendiri. Terkadang, saya melakukan itu sambil menangis.
Tidak lama, hanya beberapa menit saya saya bermonolog. Sejujurnya, saya tidak
tahu apakah hal itu bermanfaat untuk saya, meskipun setelah saya melakukan hal
itu dada saya sesak. Tapi, mungkin saja semangat yang saya lakukan untuk diri
sendiri, akan memberikan saya hati yang kuat.
Siapa tahu, kan?
Ruqyah Mandiri
Saya tidak bisa tidur. Terkadang
sampai subuh. Teman saya menyarankan untuk membaca trikul dan ayat kursi, lalu
ditiupkan ke air putih dan diminum. Saya melakukan tersebut sebelum tidur.
Memang, cara tersebut tidak selalu berhasil dan membuat saya tidur lebih awal.
Tapi, hati saya tenang. Saya tidak cemas dan saya tidur dengan tenang.
Hal lain yang saya lakukan adalah
berhenti mengingat perkataan buruk orang lain kepada kita. Tidak seratus persen
bisa saya lakukan, tetapi ini harus dilakukan. Orang lain bisa sangat tidak
peduli kepada kita, meskipun kita begitu peduli dan sayang. Untuk itu, kita
harus juga bisa masa bodoh dengan orang lain.
Saya katakan, untuk saat ini saya
baik-baik saja. Saya bahagia.
Mbak Wulan, terima kasih ya udah berbagi. Sebelumnya mau kasih peluk dulu. :){}
ReplyDeleteMenjelang akhir tahun kemarin juga merupakan masa-masa menyakitkan dalam hidupku. Ada rentetan momen yang membuatku kehilangan arah dan merasa tidak berguna. Tiap malam aku tidur diselimuti rasa cemas. Seringnya sih jadi susah tidur dan suka tiba-tiba nangis saat beraktivitas. Rasanya sesak dan seperti punya lubang menganga yang tak terlihat. Tapi alhamdulillah aku bisa melaluinya, walau aku nggak tau apakah diriku sudah baik. Yang aku tau aku sudah lebih baik dari kemarin.
Terus bertahan ya Mbak, insyaAllah akan selalu ada pelangi sehabis badai. :'
Semangat mba Wul.. (hug tight)
ReplyDelete