Kurang lebih delapan belas tahun
lalu, saya mendapatkan menstruasi pertama. Pada pakaian dalam saya terdapat
bercak merah cenderung cokelat, yang sangat sedikit. Saya diam. Menolak
kenyataan kemungkinan itu darah haid. Sampai-sampai, saya tidak minum seharian,
pun ketika ditawari ibu es degan. Dengan pikiran, ketika saya tidak minum darah
haid akan terhenti, hehe.
Pada akhirnya, saya menyerah dan
bercerita kepada ibuk. Ibuk dengan sigap membantu saya mengenai hal-hal yang
harus saya lakukan. Saya bilang ke ibuk, jangan cerita ke bapak. Tapi, namanya
juga ibuk, kalau tidak cerita ke belahan jiwanya kurang afdol, yekan ~
Malam itu, tak ada
bintang-bintang di langit, bulan pun
enggan menampakkan diri. Meskipun begitu, saya dan bapak tetap tiduran di
ruangan terbuka di belakang rumah. Bapak pun membahas mengenai anak
perempuannya yang mulai haid.
Jangan dibayangkan bapak seperti
ayah yang tegas dan lugas dalam menyampaikan hal ini. Bahasa bapak teramat
kaku, antara tabu dan beliau harus
menjalankan tugas seorang ayah.
“Wulan, perempuan kalau disentuh
itunya bakalan lemas,”ucap beliau. Saya bengong. Senyum-senyum. “Wulan sekarang
sudah dewasa,”tambahnya lagi. Saya tahu, kalau perempuan yang sudah haid dan
kalau tidak haid berarti dia hamil. Begitu pengetahuan saya waktu itu.
“Jadi, Wulan harus hati-hati
dengan laki-laki.”
Hati-hati dengan laki-laki, saya menangkapnya waktu itu berarti
menjaga jarak, tidak boleh sering-sering berinteraksi. Bapak terus memberikan
nasihat mengenai hal tersebut terus menerus, saya hanya senyum-senyum dengan
pikiran, “Masa saya bakalan hamil di luar nikah, sih?”Apalagi, waktu itu sedang
santer mengenai sinetronnya Agnes Monica.
Dari nasihat bapak tersebut, saya
menjadi lebih berhati-hati bermain dengan anak laki-laki, padahal biasanya ikut
main layangan, main kelereng, atau main jentik’an.
Selang satu bulan, saya tidak haid selama satu bulan penuh.
Tebak apa yang saya lakukan
mengetahui hal ini? Saya masuk kamar, bersembunyi di belakang pintu kamar,
jongkok dan menangis. Saya mengingat-ingat di sekolah saya dekat-dekat dengan
teman lelaki siapa? Saya tidak datang bulan, apa saya hamil? Haha. Padahal yah,
waktu itu saya masih kelas 5 SD, belum mendapatkan pelajaran mengenai
reproduksi. Soal hubungan intim perempuan dan laki-laki saja informasi yang
saya ketahui masih rancu, hehe.
Dewasa ini, saya baru menyadari
bahwa ketika itu saya ikut kegiatan gerak jalan, hampir setiap hari latihan
sepulang sekolah. Saya kelelahan dan mengakibatkan saya tidak datang bulan.
Ternyata ya, itu berpengaruh terhadap siklus datang bulan saya. Bahkan sampai
dewasa masih sering saya alami.
Setelah mendapatkan nasihat dari
bapak, saya pun berpikiran untuk ikut beladiri ketika SMP dan itu saya lakukan.
Buat apa? Untuk melindungi diri dari laki-lakilah. Buat apalagi? Saya ikut
beladiri sampai mendapatkan sabuk kuning. Bahkan, waktu itu saya memotong
rambut saya teramat pendek menyerupai laki-laki.
Semakin ke sini, saya menyadari
bahwa nasihat bapak itu kurang lengkap dan setengah-setengah. Maklum saja, sex education untuk anak-anak masih
dianggap tabu, aneh, dan jangan sampai anak tahu. Sayangnya, itu keliru.
Akhirnya, bapak menyampaikan sesuatu hal setengah-setengah, mengakibatkan anak
perempuannya ini menempuh jalan yang ambigu.
Di lain hal, nasihat bapak masih
kurang lengkap atau bapak tidak cukup pengetahuan untuk melindungi dan menjaga
putri kesayangannya. Bahwa ada hal yang juga sangat penting untuk dijaga ketika
anak perempuannya yang telah dewasa.
Bukan sekadar keperawanan pun....
....hatinya.
Yah bagaimana yah, banyak orang
tua yang terlalu fokus untuk menjaga anak perempuannya dari tangan-tangan jahil
para lelaki, menjunjung tinggi nilai keperawanan, sehingga tidak dibekali
dengan menguatkan hati dari lelaki buaya.
Seharusnya, bapak belajar dari
Ari Lasso bahwa ada satu bagian dari perempuan yang amat peka apabila disentuh oleh laki-laki.
Sentuhlah dia tepat di hatinya
Dia 'kan jadi milikmu selamanya
Sentuh dengan setulus cinta
Buat hatinya terbang melayang
Dari Ari Lasso untuk bapak-bapak
Indonesia
Yah, seharusnya, saya tidak hanya
belajar beladiri, pun belahati ~
0 Comments:
Post a Comment
Komentar akan dimoderasi terlebih dahulu. Hanya memastikan semuanya terbaca :)
Usahakan berkomentar dengan Name/URL ya, biar bisa langsung BW balik saya ^^