Sebelumnya, saya menuliskan
mengenai Novel Bumi Manusia; Intrik Politik Pada Masa Itu di sini. Silakan
dibaca, apabila sudah, Alhamdulillah, terima kasih. Kali ini, saya ingin
membahas tiga tokoh utama dalam novel ini; Minke, Nyai Ontosoroh, dan Annelies.
Kenapa Annelies saya letakkan pada urutan ketiga, bukannya bersanding dengan
Minke? Alasannya, karena karakter Annelies kurang menonjol dibandingkan ibunya,
Nyai Ontosoroh.
Apabila kamu sering membaca novel
dengan kisah cinta segitiga; merebutkan satu laki-laki atau satu perempuan.
Pada novel ini pun ada bagian itu, tetapi bukan antara Annelies dan Nyai
Ontosoroh merebutkan Minke. Akan tetapi, Annelies diperebutkan oleh Minke dan
Robert Suurhof – teman sekolah Minke.
Jadi, saya akan bercerita
mengenai siapa dulu, nih? Hem, saya
akan mulai dari Annelies, terlebih dahulu.
Annelies Mellema
Annelies Mellema, diceritakan
seorang perempuan Indo-Eropa yang cantik jelita. Anak dari Nyai Ontosoroh dan Tuan
Mellema. Dasarnya, Annelies perempuan yang cekatan. Dia bekerja di perusahaan
keluarga, sebagai mandor untuk pekerja-pekerja di perusahaannya. Akan tetapi,
dia juga perempuan yang lemah dan sangat bergantung kepada orang lain.
Sejak bab-bab awal, sudah
digambarkan demikian. Selain lemah hatinya, ia juga digambarkan lemah fisik. Tentunya,
lemahnya fisik Annelies karena lemah hatinya. Ketika dia berpisah dengan Minke,
Annelies benar-benar merindukan lelaki itu, sehingga ia jatuh sakit. Bahkan,
Annelies mempunyai dokter pribadi.
Tentunya, sifat Annelies seperti
ini bukan tanpa alasan. Alasan utamanya, karena ibunya sendiri Nyai Ontosoroh
dan hal buruk yang dialaminya dengan kakak kandungnya sendiri; Robert Mellema.
Di buku keduanya, Anak Semua
Bangsa, saya berharap Annelies memiliki sisi lain. Sayang sekali, Kakek Pram
tidak memberikan harapan itu.
Nyai Ontosoroh
Sebutan “Nyai” pada zaman itu
untuk orang-orang yang menjadi selir, atau istri tidak sah. Biasanya,
perkawinan tidak sah itu antara juragan dan bawahannya. Biasanya juga, disebut
dengan “gundik”. Nyai Ontosoroh merupakan gundik, yang dijual oleh ayahnya
sendiri. Akan tetapi, dia merupakan Nyai-Nyai yang berpendidikan, berpengetahuan
luas, meskipun ia sama sekali tidak duduk di bangku sekolah.
Sekolah utamanya adalah
pengalaman hidupnya sendiri dan Tuan Mellema. Dia belajar membaca dan segala
hal dari Tuan Mellema,sampai akhirnya, dia bisa menjalankan perusahaannya
seorang diri, setelah Tuan Mellema kehilangan akal sehatnya.
Kerasnya Nyai Ontosoroh, tentu
karena adanya dendam di masa lalu. Masa lalu yang belum bisa ia maafkan dan
terima. Hal ini, berpengaruh pada psikis Annelies.
Minke
Minke, merupakan seorang pemuda
pribumi yang bersekolah di kalangan orang-orang Eropa. Seorang terpelajar, yang
selalu ingin tahu banyak hal. Dari interaksinya dengan Annelies dan ibundanya,
Minke tipe laki-laki yang pandai membesarkan hati seorang perempuan. Ketika
membaca bagaimana ia dengan Annelies, saya langsung manggut-manggut, kenapa
Iqbal dipilih memerankan Minke dalam film Bumi Manusia.
Minke bukan laki-laki yang gila
jabatan. Terekam dari perkataannya kepada ibundanya, bahwa ia ingin menjadi
orang yang bebas. Meskipun, dia anak orang terpandang. Banyak orang yang ingin
menjadikannya sebagai menantu.
Minke juga suka menulis.
Tulisannya sering dimuat di koran dengan nama samaran dan memakai bahasa
Belanda, bukan bahasa Melayu atau bahasa pribumi. Masalah ini, akan muncul pada
buku kedua.
Inilah karakter yang saya tangkap
dari novel Bumi Manusia dan saya sudah membaca buku kedua kurang lebih 100
halaman. Saya menemukan sisi lain dari Minke. Minke yang awalnya rendah hati,
kini agak sedikit berbeda. InsyaAllah, nanti saya akan mengulasnya lagi ya.
Tabik,
Wulan K.
Ditunggu ulasan selanjutnya. Awalnya gak tertarik dengan buku itu, tapi setelah baca tulisan ini, jadi pengen beli
ReplyDeleteAku udh nonton filmnya tp belum baca bukunya. Segera hunting bukunya hehehe
ReplyDelete