“Saya sedang pada fase memasukki
dunia tanpa pernah puas, Kak. Rasanya sudah mau masuk ke jurang.”
Begitu kata salah satu kenalan
saya di instagram. Dia merasa berada di dunia yang tak akan pernah puas. Mau
lebih, lebih dan lebih. Namun, bukankah dunia memang tempatnya hal-hal yang tak
akan bisa memuaskan kita?
Kenalan saya tersebut memiliki
online shop yang menjual berbagai kebutuhan muslimah; gamis dan kerudung. Dia
berkata, dunia fesyen tidak ada habisnya, akan membuat orang terus menerus
berganti gaya dan mengeluarkan dana untuk hal yang sebenarnya bisa
disederhanakan.
Terus terang, pernyataan dia tersebut
membuat saya tertampar. Beberapa waktu lalu, saya juga merasakan hal serupa.
Saya merasa dalam lingkaran setan, yang ingin terus membeli produk-produk
fesyen dan tak bisa saya hentikan. Selalu ada saja hal yang ingin saya beli,
dengan alasan sepele; bagus kali ya, kalau saya pakai?
Sudah Hampir Dua Tahun Mengenakan Jilbab
Sudah hampir dua tahun saya
mengenakan hijab dan saya terkejut, ternyata kerudung saya benar-benar
menumpuk. Dan, tidak jauh berbeda dengan gamis serta rok. MasyaAllah, banyak sekali.
Saya pun tak memakai semua itu, hanya beberapa gamis dan kerudung saja yang
saya pakai. Saya pun mulai resah dengan hisab yang akan saya tanggung nantinya.
Saya berpikir, kalau belum dua
tahun saja koleksi fesyen saya sebanyak ini, bagaimana kalau saya sudah
menjalani bertahun-tahun mengenakan hijab?
Saya sadar, fesyen saya menumpuk
karena hati saya belum mantap pada satu gaya. Setiap hari ada saja model gamis
baru, yang membuat saya ingin memilikinya. Atau model hijab. Dulu, pertama kali
berhijab saya suka memakai kerudung model pasmina. Saya membeli pasmina melulu
sampai menumpuk. Dan sekarang, saya lebih suka model segiempat. Akhirnya,
kerudung model pasmina saya bagi-bagikan.
Lalu, sampai kapan saya akan
berubah-ubah seperti itu?
Kita Adalah Orang-Orang yang Serakah
Mungkin, jika Allah tak
menghadirkan rasa kenyang, mulut ini akan terus menerus mengunyah dan menelan.
Saya mengingat pada buku Hunger Games, orang-orang Capitol suka berfoya-foya,
berpesta pora dan meminum cairan yang bisa memuntahkan makanan yang sudah
mereka makan, hanya agar bisa makan di pesta sepuasnya. Mungkin, apabila di
dunia nyata ada demikian, kita akan melakukan hal serupa.
Tak pernah ada rasa kenyang. Tak
akan pernah puas.
Pencapaian-pencapaian yang kita
kejar di dunia ini, tak akan pernah membuat kita puas. Kita akan terus menerus
menginginkan hal lebih. Awalnya, kita bisa menerima penghasilan satu juta
setiap bulannya. Lalu, kita menginginkan lebih dan lebih. Akhirnya, gaya hidup
kita akan terus menerus menginginkan lebih juga.
Banyak Bersyukur Sebagai “Rem”
Salah satu alasan Allah meminta
kita untuk sering-sering bersyukur ya untuk ini, karena kita manusia-manusia
serakah yang tak akan pernah puas akan sesuatu. Untuk itu, banyak-banyak merasa
cukup dan bersyukur agar tidak tergoda dengan hal-hal di luar sana, yang bisa
jadi bisa menjerumuskan kita ke jurang kesengsaraan.
Meskipun saya menuliskan hal ini
panjang lebar, bukan berarti saya bisa berhenti dari jerat setan ini. Saya
masih berusaha untuk berhenti, meskipun terkadang lost control juga. Belajar untuk menyederhanakan diri, dengan bersyukur
apa yang sudah saya miliki. Tidak tergiur dengan gamis-gamis keceable yang sebenarnya kece karena
modelnya selebgram-selebgram cantik, tinggi, putih mulus. Huft.
Kalau ditanya, kerja freelance selama ini, kok duitnya nggak
kekumpul ke mana saja? Larinya ke fesyen, Kak!
Hem.
Ya Allah mbak, tulisannya namparrr bangettt :(
ReplyDelete