Kelas Pra-Nikah di Masjid
Al-Falah Surabaya, tak hanya membicarakan mengenai pernikahan saja, pun
mengenai kehidupan setelah menikah, hubungan suami-istri dan tentu saja masalah
mengenai pengasuhan anak alias parenting.
Ilmu parenting luas sehingga, sebagai orang tua kita harus terus belajar
bagaimana menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak, serta bagaimana mendidik
anak sesuai agama Islam.
Kali ini, kelas parenting
dibawakan oleh Ustaz Miftahul Jinan, selama kurang lebih satu jam setengah.
Anak adalah?
Kalau ditanya, anak adalah? Kamu
akan menjawab apa? Beberapa teman kelas pra-nikah menjawab; anak adalah amanah
dari Allah, generasi penerus agama Islam, dll. Kata Ustaz Miftahul Jinan, semua
jawaban benar, menurut presepsi masing-masing.
Nah, buat kamu para orang tua,
bagaimana presepsi kamu kepada anak-anak kalian? Termasuk, bagaimana cara
mendidik anak-anak kalian itu. Apakah sudah benar sesuai karakter mereka atau
justru benar sesuai pemahaman kalian saja?
Ustaz Miftahul Jinan, memberikan
contoh sebuah kejadian antara kakak dan adik, berebutan remote tv. Hal tersebut
selalu saja terjadi setiap hari, akhirnya kedua orang tuanya memberikan solusi
dengan membelikan TV kepada kedua anaknya. Rumah pun tenang, keduanya tidak
bertengkar lagi.
Namun, apakah tindakan orang tua
tersebut, benar? Tidak sepenuhnya benar, karena akhirnya kedua anaknya
kehilangan momen bersama satu sama lain.
Pertikaian anak-anak adakalanya
sangat penting. Menjalin hubungan bersama. Diskusi. Bisa memahami satu sama
lain. Bayangkan, apabila tidak ada hal yang mereka perebutkan, karena
masing-masing sudah memiliki barang sendiri. Kapan mereka akan saling
berkomunikasi? Kapan mereka akan saling tahu kesukaan saudaranya sendiri? Dan
kapan mereka belajar untuk saling berbagi dan mengalah?
Anak Lebih Banyak Memberi
Sebagai orang tua, kita sering
merasa orang yang paling benar karena kita merasa banyak memberi kepada anak.
Sejak kecil, anak kita asuh, kita besarkan, sampai sekolah. Padahal, anak juga
lebih banyak memberi. Memberi kebahagiaan dalam rumah tangga.
Pada setahun pernikahan akan merasa
bahagia dengan adanya pasangan, tahun kedua mulai merasa sepi dan bosan. Saat
itulah, kehadiran anak perlu. Kehadiran anak memberikan kebahagiaan dan
keistimewaan.
Anak Semakin Nakal atau Orang Tua Semakin Tidak Sabar?
Semakin besar, anak semakin nakal
atau kita sebagai orang tua yang semakin tidak sabar? Harus dilihat dulu
kondisinya ya, sehingga tidak melulu menyalahkan anak yang aktif. Bisa jadi,
bukan anak yang semakin nakal, tetapi kitalah orang dewasa yang semakin tidak
sabaran dalam menghadapi perilaku anak.
Jadilah Orang Tua yang Mempercayai Anak
Saya dididik dengan rasa
kekhawatiran lebih dari orang tua. Tidak diberi kepercayaan dan apa-apa diurus
oleh orang tua. Sampai akhirnya, saya hidup dengan rasa cemas, takut, tidak
percaya diri dan minder. Apa pun yang saya lakukan sekarang, seakan tidak ada
gunanya. Saya harus memerangi diri sendiri setiap melakukan sesuatu.
Menyembuhkan rasa minder dan tidak percaya diri itu sulit. Bahkan, penolakan
demi penolakan yang saya terima, membuat buruk keadaan. Namun, saya terus
berusaha untuk bangkit.
Itu salah satu contoh pola asuh
dari orang tua saya, yang kurang tepat. Apa saya menyalahkan orang tua saya?
Awalnya iya, namun saya sadar orang tua saya tidak bersalah, karena memang
seperti itulah ajaran yang mereka dapatkan. Dan sekarang, bukan waktunya
menyalahkan orang tua, yang lebih tepat saya harus mengubah diri saya sendiri.
Banyak anak pandai, tetapi orang
tua terlalu dominan. Tidak bisa bebas mengekspresikan diri. Orang tua tidak
percaya anak. Akan ada masanya, ketika anak-anak tersebut dewasa, akan muncul
pertanyaan, kenapa saya tidak seperti orang lain yang berani mengungkapkan
pendapat?
Orang tua yang baik harus
memiliki ekspetasi tinggi terhadap anaknya. Harus memiliki keyakinan tinggi.
Tidak meremehkan kemampuan anak, serta memberikan latihan-latihan untuk melatih
tanggung jawab mereka. Setiap anak pasti punya potensi, jangan menyerah, gali
terus.
Ustaz Miftahul Jinan,
mencontohkan kisah penemu bola lampu, Thomas Alfa Edison, yang dikeluarkan dari
sekolahnya karena dianggap bodoh. Namun, ibunya tidak memberitahu hal tersebut,
beliau mendidik anaknya sendiri dengan kepercayaan diri dan keyakinan penuh.
Bagaimana cara berpikir orang
dewasa saat ini, tergantung bagaimana orang tuanya mendidik dahulu. Sangat
berpengaruh besar. Otak anak-anak itu terputus, sehingga orang tualah yang
bertugas untuk menyambungkannya.
Menjadi orang tua memang tidak
mudah, apalagi kita adalah manusia biasa, namun harus terus belajar. Belajar
mendengar keluhan anak, meresponnya dengan baik. Supaya apa? Supaya anak lebih
terbuka kepada kita, bukan orang lain.
Menjaga keseimbangan dalam
mendidik anak itu juga perlu. Tidak melulu menjelekkan anak dan tidak melulu
memujinya. Keduanya, harus dalam porsi yang tepat. Rosulloh sendiri mendidik
dengan ketegasan, bukan kekerasan.
Anak yang tak punya pilihan, dia
mudah mendobrak prinsip.
Menjadi orangtua yang percaya sama anaknya itu memang penting banget
ReplyDeleteHmm memang kalau sudah menikah itu akan ada banyak peristiwa yang akan dihadapi ya
ReplyDeleteHmm bener banget tuh, kita sebagai orangtua memang harus sabar ya dalam mengahadapi sikap anak
ReplyDeleteWah bener banget nih Mbak, terima kasih informasinya sangat membantu
ReplyDeleteDengan mempercayai anak, maka anak akan senang ya Bun
ReplyDelete