resign.
Hehe.
Tak usah ditanyakan alasan saya
berhenti menjadi pekerja tetap, kamu pasti tahu alasannya kenapa. Pekerja tetap
artinya selama 24 jam 7 hari saya bekerja untuk orang lain – serius, setiap
hari? Yah. Serius.
Baik, lupakan rasa penasaran
kalian mengenai hal ini, karena apa yang saya bagikan di sini bukan mengenai
hal tersebut. Alhamdulillah, meskipun
saya keluar dari pekerjaan keliling Surabaya untuk memotret itu, sampai
sekarang saya masih bergelut di dunia yang sama. Tidak setiap hari seperti
dulu, namun masih sering.
Paling tidak, dua minggu sehari
saya pergi kuliner bersama kawan jebolan perusahaan
yang saya tinggalkan.
Sori, saya malas sebutin nama, nanti dia terkenal. Oh tidak!
Selama saya menjadi fotografer
makanan, tentu saja saya lebih banyak berada di jalanan daripada di studio
untuk memotret makanan, karena memang perusahaan yang saya tumpangi juga nggak
punya studio foto, apalagi properti foto. Sehingga, saya dituntut kreatif dalam
memotret hanya bermodalkan Etro – dan
sedikit rasa tak tahu malu.
Serius lho, untuk menjadi food street photographer kamu harus
membuang jauh-jauh rasa malumu. Apalagi, kamu berjalan sendirian hanya dengan
tas punggung dan kamera saja. Kamu akan bertemu dengan banyak orang asing
selama menjalani pekerjaan kamu dan yang jelas kamu akan tua di jalan ~ haha.
Baiklah, di bawah ini beberapa
hal yang harus kamu perhatikan untuk memotret makanan kaki lima atau memotret
untuk food street.
Tips Memotret Makanan Kaki Lima atau Food Street Photography
Perlu diketahui, saya tidak
mengurutkan aturan-aturan atau tips di bawah ini ya, jadi terapkan sesuai kebutuhan
dan diingat-ingat saja harus melakukan hal apa terlebih dahulu.
Tentukan Sudut Pandang yang Menggugah
Hal yang saya pelajari ketika
masuk dalam perusahaan ini adalah bagaimana mengambil sudut pandang foto
makanan agar menggugah yang melihatnya. Meskipun mereka tidak ikutan makan,
buatlah mereka ingin memakannya hanya
dengan melihat foto.
Sulit?
Gampang-gampang sulit sih, hehe.
Jadi, ketika memotret lihat dulu
mana bagian yang kira-kira bikin orang lain ngiler.
Tempatkan dirimu sebagai penikmat foto, bukan sebagai fotografer. Dari makanan
yang ada di depanmu, mana yang membuat kamu kelaparan walau sekadar melihatnya
saja. Terutama, ketika kamu memotret nasi campur.
Pengalaman saya ketika memotret
nasi cumi nasi hitam putih, saya harus menampilkan hal pertama yang orang lihat
dari tampilan si nasi cumi. Maka, saya harus mengambil cumi pada bagian depan
sehingga pertama kali orang yang lihat adalah si cumi. Tentu, antara nasi, tahu
dan cumi-cumi pasti lebih menggugah selera si cumi, kan?
Cari Lokasi yang Dihujani Cahaya
Pasta Kangen |
Untuk itu, kamu bisa membawa
makanan itu keluar restoran, cari cahaya putih. Kalau tidak menemukan tempat
seperti itu dan terpaksa memotret di dalam restoran, maka carilah yang dekat
lampu.
Saya lemah ketika memotret dalam
keadaan gelap, sungguh sampai sekarang belum bisa menemukan formula yang pas.
Apalagi ketika malam hari, ruangan gelap cahaya remang-remang. Saya menyerah.
Kalau kamu terniat sekali, bawa lighting
sendiri, hehe.
Selalu Kepo Akun-akun Kuliner, Terutama Akun Kuliner Food Street Photography
Yah, menjadi food photographer yang mengejar konten adalah harus up to date dalam mencari konten dan
kuliner baru.
Ketika di lokasi pun, kamu bisa
mencari referensi memotret mi, pempek, dll dengan melihat akun-akun kuliner di
Instagram mau di internet. Intinya, kamu memotret sekaligus belajar bagaimana
mengambil sudut pandang makanan yang menggugah selera.
Belajar Menata Makanan dan Asah “Kepekaan”
Pengalaman nih, foto di buku menu
tak melulu sama dengan sajian yang datang. Jadi, selain kamu harus jago
memainkan kamera, kamu harus sedikit banyak tahu platting makanan yang bagus seperti apa.
Saya pernah memesan ketan durian
ala Thailand di salah satu restoran di Surabaya. Pada buku menu, duriannya
ditaruh di wadah kecil. Kenyataannya, ketika terhidang di depan saya, duriannya
disiram dengan santan bersamaan dengan ketannya. Jadinya, duriannya tertutup,
hehe.
Ketika saya ke Kizuna Sushi, di
sana saya kesulitan untuk memotret sushi yang berjajar lurus. Untungnya, ada
beberapa fodies yang membantu saya.
Mereka mengatur sushi tersebut, sehingga terlihat lebih menarik di frame
kamera.
Tidak semua platting dari restoran itu sesuai dengan frame kamera dan selera
kita, sehingga kamu harus tahu bagaimana cara platting makanan, sehingga tidak kebingungan seperti saya. Haha.
Cari Background di Sekelilingmu
Untuk beberapa makanan, kamu
memerlukan background yang tepat.
Apalagi, kalau kamu memotret minuman dan itu HANYA SATU! Pasti akan sulit
mendapatkan foto yang bagus dan cantik.
Untuk foto makanan, kamu bisa
menggunakan botol sambal, kecap, atau minuman untuk background-nya. Untuk hal ini, masih dibilang aman-aman saja. Tapi,
kalau kamu membeli minuman seperti KOI, Chatime, dll carilah background di sekeliling kamu.
Ketika antre membeli minuman KOI bertepatan
dengan mendekati Hari Natal, saya menjadikan pohon natal di mal untuk
background. Kamu juga bisa mencari background
putih atau tembok. Saya pernah menggunakan tembok untuk background churos dan hasilnya lumayan cakep.
Kamu pernah menemui piring
makanan yang begitu lebar? Nah, kamu bisa nih mensiasatinya dengan mencari background tekel yang lucu dan di foto
dari atas. Untuk ini, kamu membutuhkan bantuan untuk memegang piring tersebut.
Minta Bantuan Orang di Sekitarmu, Paling Aman sama Kang-Kang Jualan
Adakalanya kamu memerlukan orang
lain ketika memotret makanan, seperti yang saya katakan untuk memegang makanan
dan kamu memotretnya. Atau ketika orang tersebut menyiapkan makanan yang kamu
pesan dan gerakannya terlalu cepat, kamu bisa meminta dia untuk berhenti,
sehingga terlihat dia sedang bekerja dan fotomu tidak ngeblur.
Hand in frame juga menarik sekali untuk diabadikan, untuk itu kamu
perlu bantuan orang lain.
Selalu Bawa Tisu!
Sangat disarankan untuk membawa
tisu, bagi kamu food street photographer
karena banyak hal yang terjadi ketika kamu memotret. Terkadang ada hal kecil
yang luput dari perhatian, seperti sambal yang tercecer di tepi piring, meja
basah, tangan kotor, dll. Memang sih, terkadang kamu mendapatkan tisu dari
restoran, tetapi kalau sedang beli cilok pinggir jalan, bagaimana?
Hal kotor atau tidak tertata apik
pada foto makanan kamu, sungguh bisa membuat kamu gondok berhari-hari lho. Maka,
kamu harus lebih peka mengenai estetika foto makanan ini ya, jangan sampai ada
lalat yang hinggap dan kefoto.
Fiuh.
Editing; kurangi warm
Salah satu hal yang sering
diprotes sama Koko (atasan) adalah mengenai tone foto makanan. Menurutnya foto
makanan kuning nggak menggugah selera sama sekali. Sedangkan tidak semua tempat
memiliki lampu putih, justru beberapa resto pakai lampu kekuningan biar lebih
nyaman dan adem. Untuk itu, perlu dilakukan editing.
Menurut rekan kerja saya, editing
untuk foto kuning adalah mengurangi “warm” dari foto tersebut. Kamu juga harus
belajar beberapa skill editing foto untuk foto makanan kamu.
Fotografi itu mengenai rasa dan
selera, sehingga pendapat setiap orang berbeda-beda. Jadi, inilah tips memotret
makanan kaki lima, dari apa yang saya pelajari selama ini.
Bawa tissue. Note.
ReplyDeleteHand in frame ini seolah gampang ya. Aku pernah coba, pakai tangan suami sendiri. Tapi dasar akunya kurang skill di food photography, jadinya hasilnya menurutku biasa banget. Haha
Kece mba tipsnya jd lebih semangat nh belajar fotonya 😊
ReplyDeleteWow, aku bacanya sambil bayangkn makanan trus ngangguk2 👍😍 Sip aku mau coba praktekkan ah. Sama, ga bisa juga foto makanan dlm keadaan gelap dan remang2 hahhaah salam kenal ya mbak Wulan cantik 😘
ReplyDeleteWah, aku bacanya sambil ngebayangin makanan dan ngangguk2 oooh begitu hahaha. Aku ga bisa juga fotoin makanan dalam gelap dan remang2. Sip tq tipsnya. Salam kenal ya, mb Wulan cantik 😍
ReplyDeleteAh, kebetulan sekali lagi hunting info ini. Thanks, Kak!
ReplyDeleteSangat bermanfaat!
Boleh jg nih tipsnya. Biasanya klo makan di foodcourt cahayanya udh bgs jd gak bingung, yg ribet emang klo di pinggir jalan ya kdg gk ada meja jg
ReplyDeleteSelalu salut sama mereka yg bisa motret makanan jadi demikian apik hingga kita pengin memakannya karena mengundang selera.
ReplyDeleteAku juga sering foto foto makanan mbak. Karena duka melihat makanan apalagi kalau penyajiannnya syantik, langsung deh dijepret. Hehhehe. Makasih tipsnya.
ReplyDeleteBoleh juga tipsnya mbak, bisa sambil dipraktekkan ya biar bisa motret makanan bagus. Thanks mbak 😉
ReplyDeleteWow, baru tahu ternyata editing buat foto kuning itu dgn cara kurangi warmnya yah! Siap dipraktikin nih. Saya selama ini belajar motret jg otodidak. Tengkyu Mbak Wulan sarannya! Satu hal lgi, ehehe, soal "fotografi itu mengenai rasa dan selera"---mentor street food photography yg kujumpai tahun lalu jg pernah bilang kayak gini. Emang kudu banyakin jam terbangnya yah biar terasah "rasa" dan "seleranya" ��
ReplyDeletekusuka minuman background pohon natal itu, so kawaii *_*
ReplyDeleteTekwen Pempek pengen banget hasyemm 😎
ReplyDeleteSaya sering bermasalah dengan background dan cahaya. Caranya mem-blurkan background gimana ya,Mbak?
ReplyDeleteSaya terkadang kesulitan untuk mengambil sudut foto yang menarik, butuh beberapa kali jepretan dan itupun kalau moment gak hilang, biasanya saya gerak cepet untuk foto biar moment gak ketinggalan..
ReplyDeleteIlmunya mantap neh.... Pantesan hasil foto saya gak pernah bagus karena emang ada banyak kesalahan fatal saat memotret
ReplyDeletePengen banget belajar food photography
ReplyDeleteMantap, foto-fotonya bagus..
ReplyDeleteTernyata ada juga ya trik khusus untuk memotret makanan kaki lima ya..
Malam-malam baca ginian bahaya nih, lapeeer jadinya. Coba kucari area yang dihujani kasih sayang, bisa ga Lan? Kupraktekin ah..moga-moga berhasil.
ReplyDeleteDicatett tipsnya.. hehe aku suka nih street food photography karena makanannya menggoda banget.. bukan cuma buat difoto tapi juga dimakan
ReplyDeleteWah..makasih tips2nya...dulu pernah ikut semacam worshop food fotografi, yang saya ingat cuma foto makanan yang bagus tu yang membangkitkan selera orang yang melihatnya...😀
ReplyDeletebuat aku motret makanan itu susah, karena harus menampilkan feel dan rasa pada makanan. emang kudu banyak latihan ya
ReplyDeletePernah beli kue cubit di area kampus dan aku coba-coba foto ala foto foodstreet gitu tapi belum tau skillnya jadi asal-asalan deh dan ga gitu menarik, udah baca ini langsung mau terapinya ah
ReplyDeleteterima kasih telah berbagi tips memotretnya ya
ReplyDeletejadi inget pas mbak curhat ini di toiletnya delta aku hehehehe. poto2 nya mbak bagus bagusss lanjutkaaaan. tengkiuu ya selalu mau kasi masukan aku yang baru belajar poto
ReplyDeleteWaaa... Keren! Lihat sop lodeh bogowonto aku jadi penasaran
ReplyDeleteWah keren. Tulisannya edukatif banget mbak. Saya juga suka motret makanan, hanya saja angelnya masih sesuai selera sendiri. Thank mbak infonya, ini mau tak pelajari ah 😍
ReplyDeleteTipsnya berguna banget nih buat aku yang mengklaim sebagai food blogger ini. Biar dapet foto yang kece..
ReplyDelete