Saya Mundur Menginspirasi Karena Ini - Pada awalnya, saya berpikir
mengikuti kegiatan ini sebagai dedikasi saya terhadap kampung halaman. Saya di
Surabaya ikutan, kenapa ketika kegiatan ini ada di Mojokerto tidak ikut?
Tentunya, dengan semangat 45 saya mendaftar. Karena yah, saya merasa nyaman
sekali ikutan menginspirasi di Surabaya.
Sampai akhirnya saya terpilih,
kemudian dimasukkan ke dalam grup. Sejak awal masuk, sudah ada tanda-tanda
tidak keramahan di sini, namun saya cuek. Saya memperkenalkan diri beserta
domisili saya. Lalu, mereka masih asik ngobrol sendiri dan saya minta mereka
berkenalan dengan domisili juga dong. Oke, sampai di situ, saya masih tetap
cuek. Hehe.
Hari demi hari, tidak ada
pembahasan mengenai apa saja yang harus dipersiapkan ketika hari H tiba. Hanya beberapa
pertanyaan mengenai ajakan untuk meninjau lokasi. Saya tidak ikut, karena
memang berhalangan.
Setelah mereka meninjau lokasi,
tiba-tiba saja di grup whatsapp, mereka minta kita untuk iuran sekitar 150ribu.
Tentunya saya terkejut dengan hal ini. Namun, saya tidak langsung membalas
permintaan tersebut. Ada dua orang yang membalas.
“Bisa dikurangi dikit nggak, kak?”
“Kalau boleh tahu itu buat apa
saja, ya?”
Akhirnya, saya pun bertanya
seperti orang kedua. Tentunya, saya tidak mau dong memberikan iuran berapapun
tanpa ada kejelasan dan detailnya seperti apa. Selama saya digrup tersebut,
tidak ada sama sekali pembahasan mengenai iuran dan untuk apa, tiba-tiba saja
langsung main minta.
Seperti halnya, kamu baru
berkenalan orang beberapa menit, kemudian dimintai duit. Begitu rasanya. Mungkin,
bagi mereka biasa saja, karena mereka sudah tahu perinciannya dan sudah
dibicarakan dengan anggota mereka sendiri.
Di hari berikutnya, mereka memberikan detail rencana dan menimbulkan
masalah baru
Mereka akhirnya memberikan rincian
apa saja uang itu digunakan dan mereka mengurangi biaya iuran menjadi 100ribu. Sayangnya,
mereka menekan biaya segitu bukan dari barang-barang yang mereka beli,
melainkan dengan menambah iuran dari panitia sendiri. Pada perincian tersebut,
banyak hal-hal yang tak perlu dan sebenarnya merugikan serta tidak sesuai
dengan tujuan awal, yaitu menginspirasi.
Balon sebanyak 10 pack.
Untuk apa balon-balon tersebut?
Mereka menjelaskan untuk dipakai penutupan dengan memainkan balon. Ayolah,
balon itu terbuat dari apa? Apa mereka tidak tahu banyak sampah plastik dan
balon yang membuat banyak binatang di lautan terbunuh? Sampah menumpuk dansebagainya? Ini mau menginspirasi dari mana, kalau mereka sendiri mengajarkan
hal seperti ini.
Dan pada saat semua setuju dengan
total iuran, salah satu dari mereka berkata apa tidak kasihan dengan panitia
yang lelah-lelah, bahkan mereka masih kuliah. Intinya, kita yang sudah bekerja
diminta memahami hal tersebut. Astaga, sejak awal mereka tidak pernah mengajak
diskusi selayaknya panitia seharusnya. Sekarang, kita diminta untuk memahami
mereka.
Salah satu dari mereka berkata,
“Ini hanya satu fotografer yang keberatan, kan? Yang lainnya, nggak?”
Padahal, semua fotografer
keberatan dan sudah mengutarakannya. Dan mungkin, yang lain juga iya, hanya
memilih diam. Hem.
Maaf ya, saya emosi, haha.
Oke. Tarik napas. Keluarkan.
Jadi, dia berpikir karena kita
sudah bekerja, maka kita bisa dengan leluasa mengeluarkan – ujug-ujug diminta –
uang, gitu? Apalagi, waktunya mepet sekali.
Pengalaman saya, mengikuti
kegiatan ini di Surabaya, mengeluarkan uang tidak sampai 30ribu. Karena kami
sejak awal diskusi, rembuk bareng enaknya seperti apa. Panitia di Surabaya,
tidak henti-hentinya mengadakan pertemuan via whatsapp karena jelas untuk
bertemu langsung belum tentu bisa. Dan kami memberikan apa adanya, bukan
diada-adakan, tetapi kesusahan mencari dana.
Akhirnya, saya tetap memberikan
iuran kepada mereka, tetapi saya mengundurkan diri. Biarlah, dibilang tidak
serius ikut atau apalah, karena saya sudah enggan.
0 Comments:
Post a Comment
Komentar akan dimoderasi terlebih dahulu. Hanya memastikan semuanya terbaca :)
Usahakan berkomentar dengan Name/URL ya, biar bisa langsung BW balik saya ^^