taken from pexels.com |
Kita bisa
menjadi siapa saja di media sosial, bahkan kita bisa menjadi orang lain atau
kehidupan seperti yang kita inginkan. Bukanlah hal yang pantas apabila
membagikan sesuatu di media sosial mengenai masalah pribadi, terutama
pertengkaran suami istri. Bukan sekadar mengenai pantas dan tidak, pun kita
yang membacanya akan merasa risih.
Unfriend atau unfollow
Kita bisa saja
memilih salah satu hal di atas, saya pribadi memilih unfollow, bersyukur facebook sekarang memiliki fitur tersebut. Coba
saja tidak, mungkin kita akan merasa tersiksa dengan postingan-postingan sumpah
serapa seseorang di facebook karena tidak enak untuk membatalkan pertemanan di
facebook, takut memperburuk pertemanan di dunia nyata.
Sumpah serapah
yang dilontarkan kawan saya tersebut, ditujukan pada suaminya, bahkan ibu
mertuanya. Jelas-jelas, ia menuliskannya di media sosial. Bertengkar di sana. Saya
pun meluangkan waktu untuk menghubunginya lewat jalur pribadi. Dia masih
saudara saya, saudara jauh dari Lelaki Melankolis.
“Hei,
kalau kesal sama suami kamu, jangan diumbar di media sosial,”kataku. “Sini,
curhat aja sama aku.”
Dia sempat
berkata iya, mengungkapkan uneg-unegnya barang beberapa patah kata. Sayangnya,
ia melakukannya lagi dan lagi.
“Daripada
kamu marah-marah begitu, mending jualan aja di media sosial. Cari rezeki lewat
situ,”kataku lagi, di kesempatan yang berbeda.
Sayangnya,
dia masih melakukan hal serupa. Sumpah serapah tak henti-hentinya ia tuliskan
di beranda facebooknya, maka saya akhirnya menekan tombol unfollow.
Di
lain kesempatan, ternyata dia berganti akun facebook. Dia mengundang saya untuk
berteman di dunia maya. Selama berhari-hari, mungkin juga minggu-minggu, saya
tak kunjung menekan tombol konfirmasi. Yah, saya takut status-statusnya masih
serupa.
Lalu,
ia mengirimi saya pesan masuk, meminta untuk menerima pertemanannya. Saya pun
menekan tombol konfirmasi.
Kenapa
saya menuliskan cerita yang receh sekali ini? Lantaran, kawan saya sekarang
sudah berbeda dari yang dulu. Sekarang, dia rajin posting jualan online shop
miliknya. Saya hampir tak pernah melihat statusnya yang tak enak dibaca. Saya
bersyukur, dia sudah tak suka mengeluarkan sumpah serapah, entah untuk siapa.
Buat
kamu, yang kesal apabila melihat berandamu penuh dengan postingan jualan
seorang teman facebook, kamu harus bersyukur. Kamu tak perlu membaca
kalimat-kalimat kasar, sekadar dagangan saja yang kamu lihat.
Kini,
teman saya bisa menjaga cela keluarganya, dengan tidak mengumbar. Pun, dia bisa
membantu keuangan keluarga, atau keuangan diri sendiri.
Dia
sedang memperjuangkan kebahagiaannya dan berusaha untuk tak selalu bergantung
pada suami.
Saya setuju, sosial media memang efektif sekali untuk dipakai untuk berjualan online. Dan orang yang biasanya berani berjualan di profilnya sendiri, berarti telah melewatkan rasa malu untuk berjualan.
ReplyDelete