Seperti tajuk yang saya pilih,
teman saya yang pengusaha kelapa sawit di Sampit, Kalimantan pernah bilang
kepada saya, kalau membeli mobil secara tunai dan full payment itu perbuatan yang merugikan. Dia pun menjelaskan
panjang lebar kepada saya mengenai hal tersebut, bercerita mengenai pengalaman
dia sebagai usaha.
Dia
si pengusaha, hutang menumpuk, hidup banyak duit. Lho?
Beberapa
bulan lalu, saya kedatangan tamu dari Kalimantan, ya teman saya ini. Dia
mengajak saya menginap di salah satu Homestay di Surabaya, lebih lengkapnya di
Kertajaya Homestay yang harga sewanya sudah seharga hotel.
Dia
berencana di Surabaya selama sebulan dan saya diminta untuk menemani dia selama
di Surabaya. Ketika masa-masa menemani dia itu, dia bercerita mengenai
pengalamannya terjun ke dunia bisnis atau dunia pengusaha.
“Orang
lihat sih, kayaknya aku ini banyak duit. Nggak tahu saja, setiap bulan muter
otak gimana nyicil hutang.”
Dia
bercerita sembari makan makanan yang kami pesan dari go food. Sesekali, saya sering mendapati dia “gupuh” mengangkat
telepon, karena jelas itu mengenai bisnisnya yang ia tinggal. Yah, gimana lagi,
dia yang pegang duit dan urus duit?
Temanku
kembali bercerita, bagaimana ia bisa mendapatkan pinjaman dari bank. Saya
sendiri, sampai tidak paham bagaimana mekanismenya, sampai ia mendapatkan
pinjaman. Jangan dikira sekadar 20-30 juta pinjamnya, melainkan 200-300 juta. Di
lain hari, dia juga bercerita sampai kena pajak 50juta.
Hem.
Saya duit tiga juta saja kadang ada, kadang tidak.
Dia
mengungkapkan, kebanyakan pengusaha tidak suka membeli mobil secara tunai atau fullpayment, alasannya uang untuk membeli
mobil itu bisa digunakan untuk mengembangkan usaha dan laba dari usaha
tersebut, bisa digunakan untuk mencicil mobil.
Kalau
kita mah, nyicil motor karena nggak ada duit banyak dan nggak bisa bayar penuh
secara langsung. Dia malah yang duitnya turah-turah, juga memilih membeli mobil
dengan mencicil.
Saya
pernah bercerita seseorang, mengenai teman saya ini. Buat dia, tidak masuk
akal, memiliki banyak duit, tetapi banyak hutang juga. Kalau dipikir-pikir
secara logika memang demikian sih. Teman saya ini untuk membeli apa pun tidak
pakai mikir. Pergi ke Gramedia, tahu-tahu borong buku habis 500ribu. Belum
lagi, beliin jam tangan untuk adik temennya seharga smartphone baru. Atau belanja di Eiger habis sejuta.
Begitulah.
Saya
melihatnya, enak sekali hidup semacam itu. Seakan apa yang diinginkan bakalan
ada terus. Tapi, ingat kembali kata-katanya, ada saatnya dia kebingungan untuk
mengatur usahanya. Apalagi, usaha pasti ada saingannya, dia harus berani
mengajukan pinjaman ke bank, demi usahanya tetap jalan, kalau tidak, usahanya
mandek dan selesai sudah.
Jadi,
ada saatnya memang kita harus melakukan hal demikian lah ya (pinjaman). Jangan
bilang mending enak hidup pas-pasan ya, karena kita sama-sama tahu, nggak
selalu enak. Haha.
0 Comments:
Post a Comment
Komentar akan dimoderasi terlebih dahulu. Hanya memastikan semuanya terbaca :)
Usahakan berkomentar dengan Name/URL ya, biar bisa langsung BW balik saya ^^