8 Kali Bisnis Online Shop, Mulai Stok Barang sampai Menjadi Reseller Dropship. Dan Semua Gagal - Menjalani usaha online shop
memang banyak menyenangkannya dan banyak-banyak pula sengsaranya, seperti
halnya berjualan di toko. Tak jauh berbeda, bedanya hanya pada menghadapi
customer via online dan offline saja. Saya sering menuliskan, kalau saya
merupakan pelaku penjual dan pembeli online shop di blog ini. Kamu penasaran
nggak sih, saya berjualan apa ketika menjadi penjual online shop? Nggak ya?
Hem. Saya akan tetap menceritakannya, di postingan ini. Hehe.
Buat informasi awal saja, bahwa
saya sudah mulai mengenal dan menjalani berjualan online sejak masa-masa
kuliah. Sejak sebelum, online shop menjamur seperti saat ini. Tokopedia,
Bukalapak, Lazada, dll, tak seterkenal sekarang. :)
Ah iya, 8 dari 9 usaha berjualan online saya gagal. Terus, yang satunya sukses? Hem, belum tahu, Sis. :)
Masih mau baca? Hayuk!
Berjualan Kain Flanel
Saya pernah menuliskan mengenai
kerajinan flanel ini di blog, kamu bisa membacanya di pada link tautan di bawah
ini ya. Yah, maafkan apabila tulisannya tidak jelas arahnya ke mana dan lebih
receh dari tulisan saya saat ini. Atau yang lebih parah, tulisannya terlalu
banyak typo. Sungguh, maafkan.
Oke, kembali ke bisnis online
shop ya.
Jadi, waktu itu saya lagi
suka-sukanya belajar membuat kerajinan dari kain flanel, saya belajar dari
internet. Saya lupa dari mana saya kenal kain flanel, sungguh sudah lupa.
Terlalu usang memang cerita ini, hehe.
Saya mencari kain flanel ke
tukang jahit dekat rumah, tidak nemu. Saya pun ke pasar, ke toko-toko kain,
juga tidak nemu. Sampai akhirnya, saya menemukan di salah satu toko yang
menjual beberapa peralatan kerajinan. Tentunya, saya senang sekali! Siang malam
saya belajar membuat kerajinan, seperti gantungan kunci cake, bros, dll. Sampai akhirnya, saya menjual hasil karya saya
yang sama sekali tidak layak jual, tetapi laku. Haha.
Bagaimana perasaan saya ketika
gantungan kunci saya laku? Tentu saja, saya sangat bahagia! Penghasilan dari
jualan membuat uang saku saya bertambah, duit jajan saya bertambah.
Sampai akhirnya, saya
mempengaruhi teman-teman kuliah saya untuk berjualan kerajinan kain flanel
juga. Kami menamakan toko kami, D’Bfrend Shop.
baca juga Kreasi Flanel
Berjualan Kerajinan Kain Flanel Bersama Teman Kampus
D’Bfrend Shop saya kelolah
bersama teman-teman satu kelas di kampus. Tidak semua, hanya beberapa teman
perempuan saja. Sekitar ada 9 orang waktu itu, hehe. Kami patungan 20ribu,
untuk membeli perlengkapan membuat kerajinan flanel. Saya dan beberapa teman berbelanja
ke salah satu pasar grosir di Surabaya.
Setiap hari tertentu, pada saat
mata kuliah hanya satu atau dua, sorenya kami berkumpul di kosan saya, membuat
kerajinan tangan tersebut. Kami menjualnya secara online. Sayangnya, hal ini
tidak berlangsung lama, karena banyak teman kami yang tidak konsisten atau
sekadarnya saja ketika bekerja.
Berjualan kerajinan kain flanel,
membuat kami punya pengalaman berjualan di TP pagi lho. Tahu TP pagi? Itu loh,
Tugu Pahlawan pada hari Minggu pagi, hehe.
Pagi-pagi sekali kami ke sana,
membawa tikar kecil, dengan membawa barang-barang jualan kami. Tentu saja, kami
berniat berjualan di sana. Bahkan, kami sudah menyiapkan selebaran yang kami
print di kertas HVS, hehe. Kami berputar beberapa kali, tiap kali kami hendak
menepati tempat, selalu ada yang punya. Sampai akhirnya, kami mendapatkan
sedikit lahan untuk menggelar jualan kami, kebetulan yang punya tidak jualan
hari itu.
Kami pun berjualan kreasi kain
flanel kami. :D
baca ceritanya Mendulang Rezeki di Tugu Pahlawan Surabaya
Seingat saya, ada 5 orang yang
ikut berjualan di TP pagi, saya dan Dina (salah satu teman saya) bagian
berkeliling Tugu Pahlawan, menyebarkan selebaran dari kain HVS. Ada beberapa
yang membuangnya, ada yang memakainya untuk tutup kepala. Sakit
tahu lihat kayak gitu.
Saya dan Dina berkeliling
beberapa kali, tetapi tetap belum ada yang membeli dagangan kami. Beberapa
hanya berhenti, bertanya, kemudian pergi. Sampai akhirnya, ada seseorang yang
datang membeli produk kami. Dia membeli beberapa produk, kemudian hal lucu
terjadi.
“Nggak ada kantong plastik?”Ah, iya! Kami tidak menyiapkan kantong plastik. Haha.Meskipun begitu, bapak itu tetap membeli produk kami dan tersenyum. Terima kasih ya, Pak!
Dan kami pun lelah, memilih
merapikan kembali barang jualan kami dan menggulung tikar. Kami berbaur bersama
orang-orang di Tugu Pahlawan. Kami
membeli nasi pecel, jajan, dan berfoto.
Yeah!
Lalu bagaimana nasib D’Bfrend
Shop? Tokonya tutup, persahabatan kami tetap utuh.
Peringatan! Postingan ini masih panjang. Sediakan camilan dan secangkir teh manis.
Berjualan Tas OPI
Gagal dalam berjualan kerajinan
flanel, saya pun berusaha mencari usaha lain. Bermodal uang beberapa ratus
ribu, saya mencoba untuk stok barang berupa tas. Saya menemukannya di internet,
tentu saja. Namanya tas OPI Bandung. Desainnya lucu-lucu dan saya yakin banyak
yang akan menyukainya.
Sebenarnya sih, sebenarnya nih,
saya melihat salah satu online shop yang berjualan tas bahu (bahasa kerennya tote bag) dari kain yang laris banget.
Sekali upload di facebook, komentar berjibun. Makanya, saya mencari informasi
mengenai tas bahu juga, tentunya dengan desain yang lebih unik dan bagus, dan
saya menemukan tas OPI Bandung :)
Kalau tidak salah ingat, saya
membeli satu lusin waktu itu, tentunya dengan berbagai macam model yang unyu serta kekinian (saat itu). Dan
memang, ketika tas OPI Bandung saya datang, tasnya cakep-cakep, rasanya ingin
saya kekepin sendiri deh.
Tentunya, desain yang unik-unik,
paling unyu dan paling bagus laku terlebih dahulu. Saya menjualnya di beberapa
teman kampus, teman SMP, dan di facebook. Sayangnya, tidak semua tas yang saya
beli terjual. Akhirnya, saya berhenti tidak membeli lagi tas OPI Bandung.
Saya berhenti berjualan?
Tidaklah. Kan saya sudah sebutkan di atas, 8 dari 9 usaha online shop saya
gagal. Ini baru yang ke-3. Sudah saya bilang, masih panjang. Hehe.
Berjualan Dompet Tanggulangin
Di Sidoarjo ada pusat penjualan
tas dan dompet, namanya pasar Tanggulangin. Nah, setelah nggak restock tas OPI Bandung, saya dan teman
saya membeli dompet di Tanggulangin. Waktu itu sedang booming dompe HPO. Kami pun naik motor ke Sidoarjo, tepatnya ke
Tanggulangin untuk membeli dompet. Tentu saja, untuk dijual kembali.
Kebanyakan dompet yang kami beli
adalah dompet wanita, yah, karena memang sasaran pasar kami perempuan. Kami
menjualnya via facebook,seperti sebelum-sebelumnya. Beberapa ada yang laku dan
ada beberapa yang tidak terjual, sampai akhirnya kami pakai sendiri. Sama
halnya seperti tas OPI Bandung, usaha kami mandek. :D
Berjualan Kerudung
Setelah berjualan kerajinan
flanel, berjualan tas, saya masih belum kapok untuk mencoba peruntungan dari
bisnis online shop ini. Saya pun mulai mencoba berjuala kerudung paris bersama
teman SMA saya. Kebetulan, dia juga berkuliah di kampus yang sama dengan saya,
hanya berbeda jurusan saja. Kami belanja kerudung paris di Darmo Trade Center
atau biasa disebut dengan DTC. Kami membeli satu lusin, dengan warna
berbeda-beda.
Kerudung tersebut tidak kami jual
polosan, melainkan kami hias dengan manik-manik, sehingga harganya jauh lebih
mahal daripada harga beli. Sayangnya, ternyata tak banyak orang yang suka
kerudung dengan manik-manik, karena terkesan “ndeso”. Saya dan teman saya pun
tidak melanjutkan usaha ini.
Reseller Kaos Couple
Sebelum-sebelumnya, saya menjual
barang-barang yang saya stok sendiri dan menjual bersama teman. Kali ini, saya
sudah menemukan hal yang sebelumnya tidak saya ketahui, bahwa saya bisa
berjualan meskipun tak memiliki stok barang sendiri. Istilahnya, menjadi reseller.
Apa itu reseller? Saya sudah
pernah menjelaskannya di blog ini juga, mengenai apa itu reseller dan
dropship. Baiklah, buat kamu yang belum paham apa itu reseller dan dropship
silakan baca-baca artikel saya dahulu.
Sedikit gambaran, reseller merupakan penjual yang menjual
bukan dari produknya sendiri dan dropshipper
penjual tidak perlu packing atau
mengirimkan barang. Sehingga, apa yang saya lakukan hanyalah mempromosikan kaos
couple dari salah satu pemasok, di media sosial, dengan harga yang sudah saya
naikkan. Nah, nantinya pemasok akan mengirim kaus couple tersebut atas nama
toko online saya. Ada gambaran?
baca juga Apa itu Reseller Dropship?
Saya menjual kaus couple di facebook dengan terus menerus update stok yang sebenarnya barangnya
pun saya tidak tahu seperti apa. Waktu itu, cukup lumayan peminat dari kaus couple yang saya jual, meskipun
kebanyakan juga hanya tanya-tanya saja, tanpa membeli.
Saya akhirnya menyerah juga
dengan usaha jualan online kaus couple ini. Banyak alasan yang mendasarinya,
yaitu ketersediaan stok pada pusat yang terkadang ada, kadang tidak. Saya harus
cek berkali-kali untuk hal ini. Saya pun pernah mendapatkan kejadian buruk
ketika berjualan kaus couple ini, karena kesalahpahaman saya sampai dikatain
anjing oleh salah satu customer. Hoho.
baca juga Saya Pernah Dikatain Anjing!
baca juga Saya Pernah Dikatain Anjing!
Pada sela-sela berjualan kaus
couple, saya juga mencari informasi lain mengenai reseller. Masih berkutat pada sekitar kaus, saya mencoba menjadi reseller kaus ngampus. Saya pun bertanya
kepada salah satu seller kaus ngampus
mengenai reseller ini. Sayangnya,
saat itu Kaus Ngampus hanya menerima reseller
setiap kampus hanya satu reseller.
Okelah, saya pun mencari seller lain.
Eh, saya diterima. Lalu, saya mulai berjualan di facebook. Apa yang terjadi? Seller pertama yang menolak saya,
menuduh saya mengambil foto-foto dia, padahal tidak. Ramailah di facebook,
hehe.
Owner Cywol Store :)
Usai berhenti berjualan kaus couple saya mencari informasi lain lagi.
Yah, tentu saja saya masih mencari produk yang bisa menerima reseller dan dropship. Dan yang jelas, saya juga mencari yang bisa menerima reseller tanpa modal.
Dari kebiasaan saya membeli
produk secara online, saya mengenal
Mbak Intan, kalau kalian searching
Intan Nurimani sekarang seorang pembisnis Moment. Namun, ketika itu, beliau
belum bergabung dengan Moment, sehingga bisnis yang saya geluti juga bukan MLM.
Hehe.
Mbak Intan menjual lulur putih
tradisional, pemutih wajah ADC, masker bengkoang, dll. Nah, saya menjual
produk-produk tersebut. Bermodalkan BBM, akun media sosial dan testimoni dari
pelanggan Mbak Intan, saya pun mulai berjualan. Memang awal-awalnya sulit,
namun lama kelamaan saya terbiasa dan mulai mendapatkan pelanggan. Bahkan,
hampir setiap hari ada saja orderan yang masuk. Alhamdulillah.
Saya pun mulai memasang iklan di
fanpage seseorang, dengan mengeluarkan uang limabelas ribu sekali posting.
Namun, dampaknya sungguh luar biasa, karena setelah iklan saya muncul banyak
sekali pin BBM yang minta dikonfirmasi, hehe. Jualan saya pun semakin lancar
dan laris.
Apakah bertahan lama? Hem, saat
itu sudah akhir masa kuliah, saya disibukkan dengan skripsi dan hal-hal kuliah
lainnya. Sampai akhirnya, toko online saya tidak terurus. Dan, saya pun
berhenti total tidak berjualan lagi sampai lulus kuliah.
Menjual Jam Tangan
Setelah tidak berjualan cukup
lama, masa-masa mencari kerja yang tak kunjung diterima. Saya pun mencoba
peruntungan kembali di masa pengangguran tersebut. Mahasiswa sudah bukan,
pekerja apalagi. Saya pun berjualan jam tangan vintage, namun tidak bertahan
lama karena ya, tidak sesuai juga. Akhirnya, bisnis ini juga berakhir.
Menjual Properti Foto
Sibuk dengan dunia blogger dan menjadi pekerja lepas, saya
tidak pernah kepikiran untuk berjualan kembali. Namun, setelah melihat saya
suka sekali membeli properti foto untuk kegiatan memotret saya, akhirnya saya
meluangkan sedikit gaji dari nulis untuk berbelanja properti foto. Ya, saya
berjualan properti foto yang saya beri nama di IG @kreasietro.Toko online saya saat ini baru berjalan satu bulan dan
Alhamdulillah, lumayan lancar.
Yah, saya tidak berharap banyak
dari berjualan properti foto ini, namun saya senang karena sesuai dengan hobi
saya memotret still life photography.
Mantap semangatnya.. sukses mba
ReplyDelete