Rokok Harus Mahal, Agar Anak Indonesia Terhindar dari Stunting - Banyak sekali beredar mengenai
perbandingan rokok dengan membuat rumah. Hal ini mengusik saya, untuk
ikut-ikutan menghitung apakah benar, dengan berhenti merokok dan mengalihkan
uang rokok, bisa dijadikan rumah? Kebetulan, saya orang dusun yang di dusunnya
penghasilan utama warga adalah dengan membuat batu bata dan genteng. Dan
kebetulan (lagi) pembuat genteng tersebut, salah satunya adalah om saya. Ketika
saya bertanya kepada om, berapa sih harga satu biji batu bata? Dia bilang,
sekitar 500 rupiah. Yah, harga satu batu bata 500 rupiah saja.
Sekarang kita beralih ke harga
rokok, sebelum itu, kita melihat kebiasaan perokok. Mereka sehari butuh berapa
batang rokok? Satu? Dua? Ah, salah. Ternyata, setiap perokok paling tidak
sehari bisa menghabiskan satu bungkus rokok yang berisi 12 batang. Lalu, berapa
harga rokok setiap batangnya?
Setelah saya riset mengenai harga
rokok, rata-rata 17-20ribu setiap bungkusnya. Dua puluh ribu rupiah dibagi
menjadi 12, kira-kira akan mendapatkan 1.666 rupiah. Kita bulatkan saja menjadi
1700 rupiah setiap batang rokok, dan para perokok membakar uang seharga 1700 di
setiap batangnya.
Jadi, ya, harga sebatang rokok
dua sampai tiga kali lipat lebih mahal dari sebuah batu bata.
Saya tidak akan membicarakan,
berapa tahun kita harus menabung untuk bisa membeli batu bata untuk menjadi
sebuah rumah, karena saya tidak meriset sampai sejauh itu. Intinya, apabila
uang 20ribu itu kita tabung, akan lebih bermanfaat daripada membakarnya, yang
justru memberikan kerugian bagi diri sendiri, keluarga, dan lingkungan.
Itu baru dari sisi ekonomi, yang
saya bicarakan, masih ada aspek lain yang harus diperhatikan mengenai dampak
buruk dari rokok ini. Rokok bukanlah sebuah kebutuhan primer yang harus dipenuhi
untuk sehari-hari. Jadi, sangat salah apabila mengutamakan membeli rokok,
ketimbang membeli nasi untuk makan.
Okelah, kalau diantara
teman-teman yang merokok, sudah memiliki rumah, mobil, dan uang berlebih. Pasti
masalah ekonomi mengenai rokok, bukanlah hal yang harus dirisaukan. Jadi, hal
yang harus diperhatikan adalah mengenai kesehatan.
Rokok Menyumbang Penyebab Stunting
Ada masa tumbuh kembang di awal
kehidupan yang penting, biasa disebut dengan 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan),
yang termasuk di dalamnya adalah 9 bulan dalam kandungan dan dua tahun setelah
itu. Pada masa ini, perkembangan otak dan pertumbuhan anak teramat pesat. Buat
teman-teman yang sudah memiliki anak, pasti merasakan hal ini. Tak hanya
pertumbuhan fisik, pun perkembangan dan kecerdasan otak pada masa ini.
Tiba-tiba saja, baju anak sudah tak muat lagi dan dia semakin tinggi, dll.
Kurangnya gizi dan nutrisi pada
masa ini, bisa menghambat tumbuh kembang anak dan dampaknya adalah menjadi
stunting. Lalu, apa hubungannya dengan rokok?
Kemarin, pada tanggal 25 Juli
2018, saya mendengarkan siaran program radio Ruang Publik KBR mengenai “Harga rokok murah sumbang
penyebab stunting” bersama Dr. Bernie Endyarni Medise, SpAK MPH – Ketua Satuan
Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia dan Teguh Dartanto, PhD – Ketua Departemen
Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Jadi, pembicaraan rokok ini,
mengangkat masalah dari sudut pandang ekonomi dan kesehatan.
Melalui riset, mereka
memperhatikan keluarga yang salah satu anggota keluarganya perokok dan tidak. Hasilnya,
mereka yang tak memiliki keluarga perokok, memiliki anak dengan tumbuh kembang
lebih baik, seperti tinggi badan lebih tinggi, berat badan lebih bagus dan
kecerdasan lebih juga. Karena memiliki keluarga
perokok, mereka akan mengutamakan untuk membeli rokok ketimbang memenuhi
gizi anaknya.
Lebih memprihatikan lagi, ketika
keluarga tersebut memiliki ekonomi lebih rendah, dan perokok. Bisa dibayangkan,
bagaimana memenuhi gizi dan nutrisi untuk anaknya? Padahal, untuk anak tidak
boleh coba-coba, karena mereka merupakan penerus bangsa.
Memang yang merokok bukanlah sang
ibu, melainkan sang ayah sebagai firsthand smoker, tetapi sang ayah
mengeluarkan asap rokok yang bisa bertahan di udara selama 3-4 jam dalam
ruangan dan bisa menempel pada dinding dan perabotan rumah tangga. Mau tidak
mau, kita akan menghisap udara tersebut dan menjadi secondhand smoker.
Hal ini pun berkaitan dengan kelangsungan
negeri ini, kita akan kehilangan generasi yang cerdas apabila masih banyak
warganya yang tak sadar bahaya rokok. Kecerdasan anak akan lebih rendah
daripada anak yang tidak menjadi secondhand
smoker. Padahal, masa depan negeri ini tergantung dari penerus-penerus
bangsa alias anak-anak yang sehat dan cerdas secara fisik maupun otak.
Beberapa bahaya stunting
1 | Menghambat pertumbuhan; badan
lebih pendek. Padahal anak bisa lebih tinggi daripada orangtuanya.
2 | Berat badan kurang, cenderung
kekurangan nutrisi.
3 | Kecerdasan otak berkurang.
4 | Rentan terkena penyakit.
Kenapa banyak orang yang dengan
mudah merokok, terlebih lagi banyak anak-anak dan remaja yang
melakukannya. Tak hanya secara diam-diam, pun secara terang-terangan? Karena
harga rokok murah. Harga rokok masih terjangkau oleh anak-anak dan remaja.
Mari kita mendukung rokok harus
mahal, agar anak-anak, remaja maupun orang dewasa tidak bisa menjangkau benda
ini. Memang hal ini tidak bisa memberantas semua perokok aktif, tetapi paling
tidak ini akan membantu mengurangi angka kemiskinan dan perokok aktif, terutama
untuk anak-anak dan remaja.
Jadi, setuju kalau
#RokokHarusMahal?
#rokok50ribu
#rokok50ribu
Setuju tuh, biar mengurangi pemakaian rokok harga rokok memang harus di naikkan.
ReplyDeleteTerima kasih!
DeleteRokok memang bahaya banget bagi kesehatan tubuh. Mungkin tidak dalam jangka pendek tapi jangka panjangnya yang harus difikirkan ...
ReplyDeleteIya, kasihan orang sekitar :)
DeleteZaman sekarang saja anak-anak dibawah umur sudah bisa mengonsumsi rokok ...
ReplyDelete