Kelas Inspirasi Surabaya 2018 - Pada rombel kami, ada tiga
fotografer dan satu videografer. Tentunya, salah satu fotografer tersebut
adalah saya sendiri. Kebetulan, SD Islam Al-Furqon memiliki gedung bertingkat
dengan tiga lantai. Para fotografer dibagi menjadi tiga bagian. Saya pada
tingkat pertama atau dasar, Aya di tingkat kedua, dan Mas Adi di tingkat
teratas alias tingkat tiga.
Sebelumnya,
saya sudah menceritakan mengenai Kelas Inspirasi Surabaya di sini. Nah,
sekarang merupakan bagian kedua, bagian paling menarik yang harus dibaca. Yah,
karena bagian pertama lebih kebanyakan curhat daripada ceritanya, xoxo.
Usai
apel pagi, anak-anak dari kelas 1-6 tetap berada di lapangan, begitu pula kami
serta para guru. Aziel salah satu relawan pengajar, menjadi pemimpin anak-anak.
Mereka diajak bermain dengan tepuk tangan, membangun semangat di pagi hari, dan
diakhiri dengan goyang bersama.
Lucunya,
ketika beberapa anak diminta maju ke depan untuk memperagakan goyangan, tidak
ada yang mau, tetapi ketika Aziel berkata,”Yang berani maju dapat hadiah!”
Sontak hampir semua anak kelas satu maju ke depan.
Matahari
sudah teramat terik, saya sampai kepanasan berada di lapangan. Keringat
bercucuran tak henti, sekitar pukul tujuh lebih anak-anak diminta masuk ke
dalam kelas masing-masing. Saya sibuk mengabadikan momen, namun ada saja
anak-anak yang menyalami saya. Mau tak mau, saya menghentikan kegiatan
memotret. Ya, lumayan.
Akhirnya,
saya masuk ke kelas di lantai satu, yang terdiri dari dua ruangan. Satu ruangan
merupakan ruang guru dan satunya lagi merupakan kelas, yang bercampur dengan
ruangan untuk menyimpan peralatan drumband. Jadi, satu ruang kelas ini diisi
oleh dua kelas (eh, gimana?). Begini, kelas 1 dan 2 dijadikan satu dalam satu
ruangan. Begitu.
Karena
dua kelas menjadi satu ruangan, maka hasilnya adalah sangat ramai. Apalagi ini
kelas 1 dan 2, yang masih kecil-kecil sekali. Di dalam kelas, mereka membuat
lingkaran duduknya. Pada kelas pertama ini Septi, menertibkan anak-anak,
membagikan kertas untuk nametag. Saya
tentunya, mengabadikan momen. Namun, karena Septi kewalahan, selain karena ini
dua kelas dijadikan satu pun karena mereka masih terlalu kanak-kanak. Akhirnya,
saya turun tangan membantu bersama Whinny, selaku fasilitor kami.
Di
kelas ini ada yang bernama Ubay, dia berkali-kali berkata kepada saya “Namaku
Ubay, namaku Ubay.” Saya Cuma tersenyum dan mengangguk. Dan Ubaylah salah satu
anak yang paling ramai, karena dia selalu berteriak keras. Dan anak-anak lain
justru semakin menakut-nakutinya dengan perkataan “Nanti disuntik dokter.”
Teriakkan Ubay pun semakin keras.
Sungguh,
kelas ini luar biasa. Ketika kelas berlangsung ada yang main pemukul drum, dll.
Saya berkata kepada mereka.”Ayo, ditaruh, kasih contoh baik ke
temannya.”Beberapa ada yang menurut ada yang tidak. Yang menurut pun, ditaruh
sebentar kemudian diambil lagi.
Saya
yang membawa kamera pun tak luput dari perhatian mereka, beberapa kali mereka
minta difoto dan ingin tahu hasilnya. Saya pun menuruti, dengan syarat usai
saya tunjukan foto mereka, mereka mau duduk dan mendengarkan relawan pengajar
yang mengajar.
Paling
sulit adalah ketika berfoto bersama, mereka sulit sekali diatur. Terutama untuk
anak laki-laki. Mereka tidak mau berbaris dengan benar, akhirnya mereka berada
di depan dan menutupi teman-temannya yang di belakang. Saya ikutan berteriak
menenangkan, sampai suara saya tak terdengar dan berbaur dengan suara
anak-anak.
Sesi
Kelas Inspirasi Surabaya dibagi menjadi tiga sesi. Saya, sesi pertama dan kedua
berada di lantai satu. Ketika sesi terakhir, saya bertukar dengan Aya.
Sehingga, saya berada di lantai dua. Ternyata, anak-anak di lantai dua dan tiga
(saya berkeliling) lebih tenang dan menurut. Yah, karena memang mereka lebih
dewasa sehingga lebih tenang.
Pada
sesi terakhir, anak-anak diminta menulis cita-cita mereka pada sebuah kertas
berbentuk kartu pos. Dan sekitar jam 12 siang, anak-anak kembali berkumpul di
lapangan untuk menunjukkan kartu pos mereka. Kami berfoto bersama dan yah,
salaman satu per satu.
Sebenarnya,
usai Kelas Inspirasi ini ada acara refleksi di Gedung Siola, seperti ketika
acara briefing sebelumnya. Sayangnya, karena tidak enak badan, saya memutuskan
untuk tidak ikut. Padahal saya ingin sekali ikutan.
Perasaan
yang sebelumnya, enggan ikutan Kelas Inspirasi Surabaya, usai acara saya
bersyukur tetap ikutan acara ini. Seru sekali berkumpul dengan anak-anak,
berkenalan dengan orang-orang baru, sampai mengenal seseorang yang ternyata
satu kabupaten. Yah, dunia selebar daun kelor.
Yang
jelas, saya berharap bisa ikut Kelas Inspirasi lagi. Tak hanya di Surabaya,
saya berharap bisa berkesempatan di tempat lain. Aamiin.
0 Comments:
Post a Comment
Komentar akan dimoderasi terlebih dahulu. Hanya memastikan semuanya terbaca :)
Usahakan berkomentar dengan Name/URL ya, biar bisa langsung BW balik saya ^^