Berdamai dengan diri sendiri
Berdamai artinya memaafkan,
menerima apa yang terjadi dan terus maju. Terkadang, apa yang kita takutkan
atau risaukan adalah hal yang menghambat kita untuk terus maju. Salah satu hal
yang bisa kita lakukan adalah dengan berdamai dengan diri sendiri, menerima
diri kita utuh; buruk dan baiknya
kita.
Seumur hidup, saya sering tidak
bersyukur dengan kondisi fisik yang saya miliki. Saya memiliki tubuh yang tidak
tinggi, tidak langsing dan struktur wajah saya tidak seperti mbak-mbak selebgram itu. Seringnya, saya mengutuki diri sendiri
dan Tuhan, kenapa saya tidak dilahirkan dengan fisik yang cantik paripurna?
Tanpa harus pakai krim pencerah wajah sudah terlihat kinclong, tanpa harus berolahraga berat tubuh sudah semampai?
Pemikiran semacam itu terus
berulang-ulang dalam benak saya, tanpa saya sadari saya yang terlalu fokus
dengan kelemahan itu, menghambat kita untuk berkembang. Pemikiran negatif
semacam itu tidak akan membawa kita ke mana-mana. Yang ada, waktu terus
berjalan dan saya masih jalan di tempat, meruntuki diri sendiri.
Ketika kita sibuk memikirkan kelemahan-kelemahan
yang kita miliki, di luar sana banyak orang-orang bergerak, melawan rasa takut,
melawan kemalasan dan melawan segala hal yang menghambat mereka. Seharusnya,
saya – kita – bisa juga seperti mereka. Mereka sibuk mengembangkan diri, kita
sibuk tidak bersyukur dengan diri sendiri.
Kenapa tidak memaafkan diri sendiri
dan menerima segala baik dan buruk yang kita miliki. Kalau memang bisa diubah,
kenapa nggak? Kalau memang sudah dari percetakannya, ya sudah terima saja.
Kita bisa menghitung berapa
nikmat yang Allah kasih kepada kita. Tak terhingga. Coba, kita merenungi
kembali, apa yang bisa kita kerjakan dengan kedua tangan ini, dengan kedua kaki
ini, dengan kedua mata, telinga, mulut dan otak yang Allah kasih. Kesempurnaan
tiada tara, kesempurnaan yang mampu kita maksimalkan untuk mendapatkan hal-hal
yang kita mau.
Terkadang saya menyesal menjadi
diri sendiri, padahal di luar sana banyak yang ingin berada di posisi saya saat
ini. Kita hanya tak tahu, seberapa besar arti hadir diri kita untuk orang lain.
Mulailah mencoba menerima diri apa adanya, terus berusaha menjadi lebih baik
dari diri kita kemarin. Bukan karena orang lain lebih sukses, kemudian kita
bukan apa-apa. Melainkan ini mengenai zona waktu masing-masing. Kesuksesan
datang bukan dari hal-hal yang membuat kita tidak percaya diri, melainkan dari
hal-hal baik yang ada dalam diri.
Mulailah mengucapkan “Alhamdulillah”
apa pun yang terjadi dengan diri kita.
Membaca tulisan ini jadi bikin saya keinget sama diri sendiri yang akhir-akhir ini juga merasakan hal yang sama. Semangat mbak! :)
ReplyDeletekuncinya bersyukur dengan apa yang kita miliki
ReplyDeletesering terlintas dalam benak saya juga mbak, yang terpenting kita harus selalu mengucap syukur atas semua nikmat yang telah diberikan oleh-Nya.
ReplyDelete