Tuhan Terima Kasih, Saya Wulan Kenanga - Ada belasan momen yang membuat
saya bersyukur menjadi diri sendiri. Bukan orang lain, meskipun itu seorang
Yuki Kato, yang kata teman-teman wajahnya serupa dengan saya – hmmm. Seringkali
saya katakan bahwa prioritas hidup setiap orang itu berbeda, sehingga hal
tersebut mempengaruhi sukses setiap orang. Dengan kata lain, sukses menurut
masing-masing orang berbeda.
Dan, sumber kebahagiaan setiap
orang itu berbeda.
Seperti saya, yang bahagia sekali
ketika sinopsis cerita yang saya tulis asal-asalan, saya ikutkan Gradien
Writing Class, kemudian terpilih. Saat itu, saya merasa sangat bahagia dengan
hal itu. Saya merasa beruntung sekali. Ada lagi, ketika ada talkshow
kepenulisan yang diadakan oleh Grasindo di Surabaya. Waktu itu, saya tidak ikut
kuis yang diadakan oleh mereka, sehingga tidak bisa ikut. Tetapi, memang rejeki
tidak kemana. Tiba-tiba, Mbak Tikha yang ikut acara mengirim pesan kepada saya
untuk datang ke lokasi, kata Mbak Tikha Mbak Monic menyuruh saya datang. Mbak
Monic merupakan salah satu peserta GWC tahun 2012 yang lalu.
Jadi selama acara tersebut, saya
hanya duduk, makan-makan dan menyimak para penulis Grasindo menuturkan
pengalaman menulis meraka. Saya duduk di belakang, sesekali tertawa dan
tersenyum. Selama perjalanan pulang, hati saya membuncah. Bersyukur
berkali-kali, bahwa saya Wulan bukan orang lain. Wulan yang beruntung
mendapatkan dua buah buku gratis dari acara tersebut.
Momen lain ketika saya sangat
bersyukur menjadi diri sendiri adalah ketika saya menemukan dua buku karangan
Winna Effendi dengan harga diskon di salah satu toko buku di Surabaya. Berkali-kali
saya tersenyum, menghidu buku, tersenyum dan tertawa. Rasanya, kebahagiaan saya
sangat receh tak berbobot. Tapi,
begitulah yang saya rasakan.
Memang malang tak urung datang
kepada kita, terkadang kita akan mengutuk Tuhan atas kemalangan yang menimpa.
Namun, memang begitulah kehidupan dan janji-janji Allah selalu benar adanya. Bertahun-tahun
lalu, saya selalu mengutuk diri sendiri dan tak jarang kepada Tuhan pula,
karena kehidupan yang saya miliki tak semenyenangkan kehidupan mereka. Saya
seorang yang pesimis menghadapi hidup dan selalu berpikiran negatif. Saya
selalu bertanya-tanya, kenapa saya tidak seperti si A, yang ceria? Kenapa saya
tidak seperti si B, yang mempunyai banyak teman? Kenapa, kenapa dan kenapa.
Saya ingat dulu pernah tidak
bersyukur seperti itu, tetapi perasaan tidak bersyukur mengenai hidup kini
sirna tergantikan dengan perasaan bersyukur yang berlipat-lipat. Saya merasa
sangat bersyukur dengan kehidupan yang Tuhan kasih. Saya bersyukur menjadi
Wulan Kenanga, seorang blogger, penulis, dan fotografer makanan. Ya, saya
sangat bersyukur. Terlebih lagi, dengan kemampuan-kemampuan yang saya miliki,
membuat saya terlihat berbeda. Menjadikan saya seseorang yang dikagumi oleh
seseorang *mbulet*.
Beberapa waktu yang lalu, saya
diterima menjadi pekerja tetap di HngryNow, situs direktori makanan di
Surabaya. Awalnya, saya sekadar pekerja freelance
di sana, kini saya menjadi pekerja tetap. Pekerjaan saya tidak jauh-jauh dari
kebiasaan saya selama ini, menulis dan memotret. Ya, saya jurnalis sekarang.
Selengkapnya mengenai pekerjaan
baru saya, saya tulis di postingan berbeda ya.
Intinya, saya merasa bersyukur
sekali menjadi diri sendiri. Mempertahankan apa yang saya percayai dan
menekuninya. Saya sangat-sangat bersyukur menjadi Wulan dengan segala hal
kekurangan dan kelebihan yang saya miliki. Apa pun itu, Tuhan telah memberikan
hal-hal baik dalam kehidupan saya. Kita harusnya sadar, kemalangan yang Tuhan
kasih adalah bentuk sayang-Nya kepada kita, agar kita menjadi pribadi yang
mandiri dan berani.
Dalam doa, saya selalu meminta
kepada Tuhan, kuatkan saya, berikan saya keberanian untuk menghadapi hidup. Dan,
beginilah cara Tuhan mengabulkan doa-doa saya.
Jadi, sudahkah berucap “Alhamdulillah”
hari ini?
Memotivasi banget kak tulisannya^^
ReplyDeleteAlhamdulillah ya Mba', daripada kufur, memang lebih baik bersyukur, sukses Mba'. :)
ReplyDelete