Pengalaman Pertama Menjadi Freelance Food Photographer - Menjadi freelance photographer merupakan dunia baru bagi saya. Terutama
untuk food photography. Ya, beberapa
waktu lalu, selama dua minggu lamanya saya menjadi freelance photographer untuk sebuah situs direktori makanan
hngrynow.com. Selama dua minggu itu pula, saya berkeliling Surabaya, dari satu
vendor ke vendor yang lain untuk motret kemudian makan. Tak usah ditanya apakah
berat badan saya bertambah, itu jelas. Bertanyalah bagaimana perkembangan skill fotografi saya atau bagaimana
perasaan saya ketika menjalani dunia baru ini.
Melalui postingan ini, saya ingin
berbagi pengalaman mengenai menjadi freelance
photographer yang saya jalani selama dua minggu dengan dua puluh vendor.
Yeah, saya berhasil menyelesaikan
semuanya.
Berawal dari seorang teman
kumpul-kumpul di Mojokerto, saya mendapatkan informasi mengenai hngrynow.com
yang membutuhkan freelance photographer
untuk memenuhi foto-foto di situs mereka. Hngry! merupakan situs direktori
makanan yang baru berjalan selama satu tahun ini, mereka butuh perkembangan
cepat. Makanan-makanan yang ada di situs tersebut khusus untuk kota Surabaya
dan Jakarta. Kawan saya meminta saya untuk mencoba melamar pekerjaan tersebut,
meskipun sejak awal saya berkata, “Saya tidak yakin bisa. Saya orang awam.
Belum jago motret.” Dengan berbagai alasan tersebut, saya ingin menolak
sekaligus merasa tertantang. Begitulah saya, takut-takut tapi ingin mencoba.
Untungnya, kawan saya menyakinkan
saya bahwa saya bisa. Foto saya lumayan bagus kok. Akhirnya dengan berbekal
Google Map, saya pun berangkat ke kantor hngry! Yang berada di Margumulyo
Surabaya dari Waru Sidoarjo. Hmmm, lumayan jauh juga perjalanan yang saya
tempuh. Sampai-sampai saya nyasar ke jalan tol waktu itu – plis yang satu ini
jangan dibahas, saya takut sekaligus malu. Xoxo.
Sekitar pukul sepuluh pagi, saya
janji temu dengan Pak Steven yang merupakan pendiri dari Hngry!, waktu itu saya
datang lebih awal daripada janji temu kami. Lumayan, saya butuh waktu dua jam
untuk menemukan kantor Hngry! yang satu lokasi dengan Pt. Inkatama.
Singkat cerita, dari pembicaraan
kami, saya harus datang ke satu vendor ke vendor yang lain untuk motret dan
makan, dengan list vendor yang disediakan oleh mereka dan tentu dana makan pun
dari Hngry!
Saya pikir, saya tidak jadi
diterima untuk menjadi freelance
photographer di Hngry! lantaran informasi kelanjutan kerja sama tersebut
tak kunjung saya terima. Sampai akhirnya, Dwi kawan saya mengirim pesan lewat
DM instagram bahwa sebentar lagi saya harus keliling-keliling motret makanan.
Tepat banget, saat itu badan saya benar-benar lagi drop. Meskipun begitu, saya memaksakan diri untuk tetap
menjalanankan pekerjaan tersebut.
Awal-awal ke salah satu vendor,
memesan makanan tapi tidak langsung dimakan justru dipotret, saya canggung.
Merasa banyak orang yang memerhatikan saya – padahal nggak. Makin ke sini,
makin terbiasa meskipun terkadang masih merasakan perasaan serupa.
Banyak hal yang saya dapatkan
dari pekerjaan ini, bukan hanya masalah bagaimana memotret makanan, tetapi juga
sensasi ketika mencari vendor-vendor yang kebanyakan penjual kaki lima. Benar-benar
seru. Terutama ketika saya ke warung Pak Ghofar yang fenomenal itu. Saya
benar-benar tidak menyangka, warung emperan dengan naungan sederhana, pun
dengan makanannya itu bisa mendatangkan banyak peminat. BUANYAK PEMINAT.
Ceritanya saya datang ke Warung
Pak Ghofar hari Kamis. Dari berbagai sumber yang saya baca, datang ke warung
ini harus pagi, bukanya sekitar jam delapan pagi, karena dua jam saja sudah
langsung habis dan ludes. Terlebih lagi, belum antrenya yang panjang. Makanya,
saya on the way dari indekos sekitar
jam tujuh pagi. Sampai di lokasi pukul setengah sembilan.
Awalnya, saya kira warungnya
sudah tutup karena sepi. Ternyata Pak Ghofar masih menata warung, padahal yang
datang pagi itu bukan hanya saya. Masih banyak peminat yang lain datang.
“Ini belum buka, kan?”tanya saya
pada Cece yang duduk di sebelah saya, yang menunggu warung Pak Ghofar juga.
“Belum.”
“Baru pertama kali datang ke
sini?”tanya Pak Ghofar.
“Iya, Pak.”
Waktu pun berjalan maju, tetapi
warung belum buka-buka juga. Meja di depan saya masih kosong, hanya berisi
kerupuk dan kolak saja. Peminat warung ini pun berdatangan, memenuhi lokasi.
Tetapi, warung belum buka juga. Dan, ternyata warung baru benar-benar buka
pukul sebelas siang!
HAHAHA.
Rencana awal kita datang pagi
untuk sarapan, malah jadi makan siang.
Tak usah membayangkan berapa fee yang saya terima untuk pekerjaan
ini, karena tidak sebanyak yang teman-teman pikirkan. Saya masih baru dalam
dunia fotografi dan saya menerima pekerjaan ini murni karena ingin belajar dan
mendalami fotografi. Sayang banget kan, Etro kalau dianggurin dan tak menghasilkan
apa-apa. Apa pun yang membuat saya tertarik, akan saya gali terus sampai saya
puas dan menambah kemampuan saya.
Kalau dipikir capeknya karena
kehidupan saya jadi lebih banyak di jalan raya, iya. Tapi, saya mengerjakannya
dengan “bahagia” sehingga segala rasa lelah dan rasa “sesuai nggak sih?”
terbayar lunas.
Melalui pekerjaan ini, saya
belajar bagaimana mengambil sudut pandang untuk memotret makanan. Bagaimana
saya mengedit foto hingga tampak menarik dan tentunya networking yang saya jalin pun bertambah.
Dan kawan, memotret makanan
sangat jauh lebih sulit daripada yang saya bayangkan. Ketika mengabadikan
makanan, bukan mengenai sudut pengambilan agar terlihat bagus saja yang harus
diperhatikan, tetapi ada tanggung jawab besar di baliknya. Yaitu, foto kita
harus bisa membuat orang lain kepengen
alias menelan ludah. Selain itu, kita harus memperhatikan kebersihan dari foto
atau makanan tersebut, jangan sampai membuat orang lain eneg atau jijik ketika melihatnya.
Tak hanya ketika mengabadikan
makanan saja yang membuat saya kesusahan, tetapi mengedit juga. Apabila biasanya
saya mengedit foto flatlay saya asal
cerah, untuk foto makanan beda lagi. Tone foto tak boleh kuning dan harus minim
bayangan. Intinya, saya belum tahu bagaimana mengedit foto makanan baik.
Sungguh, pekerjaan memotret
makanan ini lebih banyak tantangannya daripada tidaknya. Jangan dikira, karena
saya sudah menjadi food photographer,
maka saya jago dalam memotret. Salah besar! Saya belum jago dan ketika
pengambilan foto pun tak sepenuhnya benar. Ada beberapa foto yang terkena
omelan atasan atau kritikan. Bahkan, ada beberapa foto yang saya ambil tak
terpakai. Sedih ya :’)
Hal yang harus diperhatikan lagi,
pekerjaan saya ini pekerjaan lapangan. Sudah dipastikan kegiatan saya di luar
ruangan, naik motor sendirian, panas kepanasan, hujan kehujanan, kalau sakit nggak
ada yang meluk #eh.
Ada beberapa hal juga yang menjadi
kendala, yaitu ketika saya harus memotret malam hari. Selain saya sudah
kehilangan cahaya matahari pun karena kalau malam bawaannya malas melulu.
Maklum, wanita. Inginnya dipeluk dan disayang – kalau malam bahaya cin.
Sekarang, sudah terhitung bulan
ketiga saya bekerja freelance sebagai fotografer makanan. Banyak suka dukanya,
seperti pekerjaan kalian juga kok. Saya bakalan mulai memotret list ketiga
bulan ini dan yang membuat saya khawatir, musim hujan mulai datang. Sudah
dipastikan langit jauh dari kata cerah dan jelas, saya akan kehilangan cahaya
matahari huhu.
Saya hanya berharap selalu
dilindungi oleh Allah dari bahaya apa pun – termasuk bahaya lelaki tukang
pemberi harapan palsu – dan selalu diberi kesehatan serta rejeki melimpah
berupa suami soleh dan ganteng :’) Amiin.
Seru pengalaman MB wulan jd foodfotographer ya, paling suka yang bikin penonton meneken ludah, emang bener uey.. sempet galfok sm laki pemberi harapan palsu😂 smg dijauhkan ya mbak..
ReplyDeleteYup, perasaan diperhatikan banyak irang pas kita motret, harus dibuang jauh-jauh ya ternyata. Karena belum tentu mereka bener-bener merhatiin kita.
ReplyDeleteWul,dengarkan nasehat Om Inijie!
ReplyDeleteMotret makanan tuh 'haram' hukumnya bila dilakukan malam hari. Malam itu waktunya sayang-sayangan, bukan cuek-cuekan.
#apasih
Saya malah senang lihat cewek mandiri kayak dirimu, Wul.
ReplyDeleteSkill foto juga makin kesini makin ciamik.
Ah, saya masih nabung untuk kamera karena si Canon lagi sakit.
Sukses terus ya, Wul.
Wahhh kerennn, yg mahal memang pengalamannya. Syrmangat.
ReplyDeleteMbk wulan kece. Multitalent bgd.
ReplyDeleteAku juga lagi nyoba food photography Mbak 😍
ReplyDeleteTricky sih kalo buatku. Soalnya kita sering ketemu makanan yang penampilannya biasa, tapi rasanya NAK BANGEDH. Nha, transfer tampilan biasa yang nak bangedh lewat foto itu yang buatku masih susah2 gampang. Tapi tep harus banyak belajar dan semangat makaaaan. Eh, fotooooo.
xoxo,
honeyvha.com
wah pengalaman yang asyik juga ya, semua pasti ada suka dan dukanya ya
ReplyDeleteWah seru banget pengalamannya, mbak. Dibalik "wah enak ya, kerjaannya makan2 n dibayarin" ternyata ada tanggung jawab yang jauh lebih besar.
ReplyDeleteSukses terus buat kedepannya, Mb Wulan 😀
Mumpung masih mudaa.... Peluang di depan mata jangan dianggurin. Keren deh mba Wulan.
ReplyDeletepengalaman adalah guru yang terbaik ya mbak
ReplyDeleteWelcome to the club mbak, susah ya motret makanan? Makanya kalau ada foto yang sampai dicuri, bikin kezeel pake banget.
ReplyDeleteAkupun pantang motret malam, flat hasil foto makanannya.
Semangat, semoga suksees kerjaab barunya
Woww.... keren mba.
ReplyDeleteSemoga sukses terus ya Mba. aku ada kamera nganggur belum bisa dimanfaatkan maksimal, padahal pengin juga belajar moto makanan yang bagus. Sayang saat ini waktu tak memungkinkan.
Peluang mba. Semoga dimudahkan ya pekerjaan barunya, eh sudah bulan ketiga memotret makanan. Semangat mba.
ReplyDeleteInspiring single! Saya jadi tau juga ttg tone yg nggak boleh kuning dan minim bayangan. Minim bayangan ini yg agak sulit buat saya. Sinar matahari tentunya juga untuk belakangan ini yg mendung terus. Makasih untuk sharing yg teramat lengkap ini, Mba. Suka dan sulitnya pun saya jadi tau. Moga rezekinya menular, walau sekarang ini masih ta'arufan dulu dg kameranya, haha...
ReplyDeleteIh serunya... Aku juga pengen belajar gitu, tapi apalah aku ini cuma lap lensa doank (sambil ngelap air mata). Sukses selalu ya mba... Dan jangan lupa bagi bagi ilmune heheh
ReplyDeleteIhh serunya... Saya juga pengen belajar gitu. Tapi apalah aku ini cuma lap lensa doank (sambil ngelap air mata)
ReplyDeleteSalam kenal ya... Sukses selalu. Dan janagn lupa bagi bagi ilmune hehe...
Iyah klo nggak ada matahari, daku panik juga mba :D
ReplyDeleteBerkah selalu ya mba^^
Aku penasaran warung ituuuu, tapi jauh hihiii.. kapan2 moga bisa ke Kota mu mbaaa
Aish....kamu keren Wul...junjunganku...
ReplyDeleteSemangat mba, semoga lancar ya kerjaannya :)
ReplyDeleteSelamat datang di dunia FP :)
ReplyDeleteSemoga di postingan selanjutnya ada tips & trick foto makanan saat Malam/ hujan. Penasaran euy.
ReplyDeleteSeru banget mba, aku juga kepingin belajar jadinya. Selama ini penasaran sama foodstagram yang fotonya bagus-bagus itu apakah dari kameranya aja, taunya ndak ya, harus tetep tau teknik-tekniknya biar makanannya bikin ngiler. Sukses mbak buat profesi barunya :D
ReplyDeleteSeru banget pengalaman barunya,aku gk jago moto makanan,jagonya ngabisin..hhi
ReplyDeleteTp memang benar semuanya btuh proses y kak,hrus terus belajar. Sukses terus.
Mantep ya Mba', punya ilmu dan pengalaman baru. Semangat terus Mba' 😊😊
ReplyDeleteSemoga cuaca mendukung, keep safe ya.. foto2ne makin ciamik rek..keren
ReplyDeleteKeren bgt fotonya, moga next bisa jadi fotografer profesional ya mbak
ReplyDelete