“Bahwa menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Kamu dapat berencana menikah dengan siapa, tapi tak bisa rencanakan cintamu untuk siapa...” – Sujiwo Tejo
Mereka berkata, jodoh dan cinta
itu dua hal yang berbeda. Kamu bisa menikah dengan seseorang yang tidak kamu
cintai, tetapi kamu belum tentu bisa menikah dengan orang yang kamu cintai.
Seperti kata Sujiwo Tejo,” Bahwa menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Kamu
dapat berencana menikah dengan siapa, tapi tak bisa rencanakan cintamu untuk
siapa...” Mereka bilang, cinta bisa datang dengan sendirinya setelah
pernikahan. Seperti kata pepatah jawa, tresno
jalaran soko kulino.
Pertanyaannya, bagaimana jika
setelah bertahun-tahun menikah ternyata cinta itu tak kunjung hadir?
Di Indonesia, pernikahan menjadi
tujuan hidup hampir semua individu, terutama perempuan. Bagi perempuan,
pernikahan adalah cita-cita. Sesuatu hal yang harus terjadi kepadanya, tolak
ukur harga dirinya. Terkadang, ada beberapa orang yang kebelet nikah, karena dikejar usia. Seperti yang kita sama-sama
tahu, ada penelitian-penelitian atau lebih buruk lagi, stigma di masyarakat
mengenai perempuan yang sudah siap nikah
tetapi tidak menikah-menikah. Ada usia sebagai tolak ukur, berkualitasnya
seorang perempuan dari usia berapa mereka menikah. Siapa yang menikahinya serta
stigma-stigma yang membuat perempuan harus menahan diri tidak berkarier, sekadar untuk memuaskan orang
sekitar.
Dan terjadilah, pernikahan tanpa
cinta. Pernikahan karena memang sudah saatnya menikah. Pernikahan karena lelah
dengan cemooh orang sekitar. Pernikahan karena “tidak tahu lagi harus ke mana
lagi hidup ini”.
Oke. Kalau kalian menikah tanpa
cinta. Tetapi, secara tidak sadar ketika memutuskan menikah dengan seseorang,
ada rasa yang mendominasi. Rasa percaya, bahwa nantinya dia mampu membahagiakanmu.
Rasa nyaman. Rasa aman. Rasa-rasa itulah, yang muncul ketika memutuskan untuk
menikah dengan seseorang, meskipun kalian menganggap itu bukan cinta. Kenyataannya,
tanpa disadari awal mula perasaan cinta itu muncul karena rasa-rasa yang
mendominasi tersebut.
Saya tidak percaya, ketika
memutuskan untuk menikah sama sekali tidak ada perasaan-perasaan tersebut. Bagaimana
mungkin kita memutuskan untuk mengikat janji dengan seseorang seumur hidup,
apabila tidak ada rasa percaya, nyaman dan aman?
Pada kenyataannya,
perasaan-perasaan yang mendominasi ketika memutuskan menikah dengan seseorang
itulah, perasaan awal yang nantinya akan menjelma menjadi rasa sayang. Dan pada
akhirnya, cinta itu hadir.
Terutama bagi seorang perempuan,
bagaimana mungkin bisa mempercayakan hidupnya kepada lelaki (menggantikan
ayahnya) untuk menjaganya. Menuntunnya dan menjamin kehidupannya, apabila
lelaki tersebut bukan lelaki yang ia percaya bisa melakukan hal tersebut?
Saya memang mengedepankan
perasaan cinta dalam sebuah hubungan, saya percaya dengan adanya cinta dan kita
mau terus menerus mempertahankannya, maka hubungan tersebut akan terus
bertahan. Tetapi, saya juga percaya cinta akan hadir dengan sendirinya karena kita
berusaha untuk menghadirkannya. Dengan syarat, modal awal untuk menghadirkan
perasaan tersebut adalah dengan adanya rasa percaya, aman dan nyaman. Terlebih
lagi, saya merupakan orang yang moody
banget, sehingga sulit sekali dipaksa untuk menerima sesuatu bila hal tersebut
tidak nyaman.
Jadi, jodoh dan cinta itu memang
dua hal yang berbeda. Tetapi, bukan berarti kita bisa sembarangan memutuskan
untuk hidup bersama seseorang, bila ia tak bisa kita percayai.
Karena alasan tersebutlah,
beberapa waktu lalu saya mau didekati oleh seorang kawan lama. Saya sudah
mengenal dia hampir pada masa muda kami dan memang sejak awal, saya merasa
nyaman dengannya (atau mungkin memang sudah sayang). Meskipun, pada akhirnya kami
memutuskan untuk berhenti. Mungkin karena dia belum percaya kepada saya atau
mungkin rasa percayanya kepada saya belum kuat.
Kawan saya berkata, kalau jodoh
seribu perbedaan pun akan tetap bisa bersatu. Akan ada satu alasan kuat kenapa
kita harus bersama. Kalau belum jodoh, persamaan sebanyak apa pun, pasti akan
ada satu alasan kenapa kita harus berpisah.
Entah soal jodoh atau cinta, akan
ada faktor-faktor lain yang mendukungnya. Entah kita menyadarinya atau tidak,
faktor-faktor tersebut adalah penguat dari sebuah hubungan. Mau jodoh karena
cinta atau tanpa cinta, jangan sampai kita mendominasi hidup hanya untuk
mengejar sesuatu yang Allah sudah gariskan.
Jangan sampai, karena satu hal
yang belum kita dapatkan, kita terus fokus pada hal tersebut sampai-sampai
melepas hal yang lain. Karena hidup, bukan mengenai jodoh saja. Tetapi, ada
hal-hal lain yang mendominasinya pula.
Kata orang jodoh itu terkadang tidak datang dengan sendirinya, tapi kita juga harus ikhtiar untuk mendapatkannya...
ReplyDeleteJawaban dari "Pertanyaannya, bagaimana jika setelah bertahun-tahun menikah ternyata cinta itu tak kunjung hadir?" menurut saya adalah ya tidak apa-apa. Kemungkinan tersebut bisa terjadi. Itu adalah resiko pernikahan. Sebagaimana setiap orang yang makan belum tentu akan merasa kenyang.
ReplyDelete