Kenapa Harus Freelancer? - Satu tahun yang lalu, saya mulai
kembali membuat resume untuk melamar kerja. Mencoba mencari jalan rejeki lain,
selain dari ngeblog dan desain. Jauh sebelum lebaran tiba, saya dikontak teman
saya Mbak Tikha, kalau ada lowongan kerja di salah satu yayasan di Surabaya.
Oke, saya melamar pada yayasan tersebut.
Usai lebaran, tepatnya bulan
lalu, saya dipanggil untuk interview dan psikotest. Dalam interview yang saya
jalani, beliu bertanya, “Kenapa kamu memutuskan untuk kerja kantoran? Kan,
selama ini sudah freelance, kerja bebas.”
Saya lupa menjawab apa atau
memang saya ingin melupakannya. Yang jelas, saya lupa memberitahu bahwa saya
menjadi freelance bukanlah keputusan saya pribadi; adalah keadaan sekitar yang
mengharuskan saya terjun ke dunia freelance.
“Ibu, yang perlu ibu ketahui
adalah saya menjadi freelance karena orang-orang seperti ibu, tidak menerima
orang-orang seperti saya bekerja di kantor.”
Ada di mana satu titik saya
menyerah. Saya menyerah menghabiskan waktu mengirim resume melalui pos, surat elektronik maupun secara langsung. Saya
menyerah menghabiskan waktu untuk mencari info lowongan pekerjaan.
Sampai-sampai, saya menjadi eneg
ketika melihat tulisan LOWONGAN PEKERJAAN. Beruntunglah kalian yang sudah tidak
lagi dalam status job seeker tetapi
galau mau resign atau tidak.
Salah satu hal yang mendasari
saya untuk berhenti “mencari” adalah karakter Laura di novel Winna Efendi.
Tepatnya, novel yang bertajuk “Melbourne”. Seperti saya, Laura pun ke sana
kemari melamar pekerjaan, namun tak ada hasil. Akhirnya, dia memilih bekerja
secara lepas. Menjadi penyiar radio, penerjemah, penulis dan pekerjaan freelance lainnya yang bergaji sedikit. Dari
situ, saya memutuskan untuk mengembangkan, mensyukuri apa yang saya miliki. Toh,
memang selama ini pekerjaan ini yang saya inginkan.
Saya selalu minta sama Tuhan,
saya ingin pekerjaan yang sesuai dengan passion
saya. Pekerjaan yang mampu membuat saya berkembang dan pekerjaan yang saya
cintai. Dengan freelance, saya mampu
mewujudkan impian saya tersebut. Tuhan mengabulkannya. Tetapi, ada hal-hal yang
memang tidak bisa kita raih semua. Salah satunya adalah kebanggan orang tua
mengenai pekerjaan ini.
Apa yang bisa dibanggakan dengan
pekerjaan tidak jelas seperti yang saya lakukan ini? Income yang tak menentu setiap bulan, terkadang hanya di dalam
rumah seharian, kelihatannya santai nggak kerja. Dan yang jelas, tidak ada
kenaikan pangkat. Orang melihat pastinya, masa depan saya suram.
Apa benar begitu?
Saya tidak tahu, saya bukan
Tuhan, apalagi kalian.
Selain waktu yang tak terbatas –
sebut saja demikian – saya bisa mengatur waktu itu sendiri. Bahkan, saya bisa
bekerja 24 jam kalau saya mau – dan tidak mengantuk. Saya bisa mengerjakan
pekerjaan lain, kalau memang pekerjaan urgent
sudah selesai. Seperti sekarang, saya mengerjakan pekerjaan memotret, karena
bulan lalu saya melamar pekerjaan sebagai food
photographer lepas. Tentunya, ada ilmu-ilmu baru yang saya dapatkan.
Sampai saat ini, tujuan utama
saya bekerja adalah untuk mengembangkan potensi diri alih-alih untuk menggendutkan
tabungan. Memang, saya pun tertarik dengan duit, sama seperti kalian. Tapi,
prioritas utama saya masih “bekerja untuk mengembangkan diri”. Berapapun hasil
yang saya capai sampai saat ini, saya mensyukurinya. Jika Tuhan mengijinkan
saya bekerja di kantor – dan berharap masih dalam ruang lingkup industri
kreatif – tentu, saya akan menjalaninya.
Siapa sih yang tak mau dengan
pekerjaan tetap?
Saya mau, kok, asal....
Mwahaha, aku juga sempet galau mau kerja atau teteup ngeblog aja biar santai. Tapi kalau aku emang galau sama anak, dan kurang siap mental kayaknya kalau harus bekerja dengan rutinitas yg sama setiap hari, karena aku suka kerja bebas aka freelance, dan mungkin harusnya aku ini wirausaha aja biar pnya tantangan baru.
ReplyDeleteAwalnya jadi freelance sambil nyari kerja dan susahnya minta ampun cari kerjaan tetap. Pas dapat kerjaan tetap beberapa bulan lalu, saya pun bersyukur. Tapi tetap saja, kalau ada job freelance dan bisa saya kerjakan, saya ambil juga. Habis kalau ngandalin gaji tetap nggak cukup. Apalagi harus bantu ngurangin beban kedua orang tua buat biayai adik yang masih kuliah.
ReplyDeleteJadi kalau menurut hemat saya, mau freelance atau kerja tetap, yang penting nggak nyusahin orang lain. Iya nggak?
Apapun jalannya semoga yang terbaik ya, Mbak :)
ReplyDeleteAku sekarang kerja diyayasan
ReplyDeletegajinya mungkin sangat tidak seberapa, dibawah UMR.
Tapi niat kita sama, aku kerja karna ingin mengembangkan diri.
dan jangan lupa buat meniatkan segalanya untuk ibadah, semoga bernilai pahala :)
Freelance tidak seindah yang diharapkan ya hehe
ReplyDelete