Ada beberapa hal yang saya
inginkan dalam hidup ini, salah satunya adalah menjadi seseorang yang saya
kenal di media sosial. Bukan mengenai fisiknya, melainkan soal prestasi dan
kehidupannya yang saya tahu lewat media sosial. Terdengar aneh banget, kan?
Ingin memiliki kehidupan orang lain, menjadikan semacam goallife.
Sebagai seorang penulis, tentunya
goallife saya tidak jauh-jauh dari
profesi tersebut. Melihat kehidupan orang lain, dengan profesi serupa, dan
kehidupan yang saya idam-idamkan. Memberikan inspirasi tersendiri. Nah, di sini
saya akan bercerita tiga sosok tokoh yang menginspirasi kehidupan saya atau
bisa disebut goallife saya.
Prisca Primasari
Actually, saya bukan penggemar buku-buku dari Prisca Primasari.
Memang beberapa kali saya membaca buku beliau, tetapi dapat dari meminjam punya
Mbak Tikha. Saya hanya sekali membeli buku Prisca, itupun kado dari Mbak Tikha.
Kalau tidak salah waktu kami sama-sama taruhan siapa yang paling cepat
menyelesaikan novel kami, maka dia berhak mendapatkan sebuah buku dari yang
kalah.
Tulisan-tulisan Prisca bagus,
namun bukan selera saya sampai-sampai saya harus membeli bukunya langsung dan
mengoleksinya. Saya lebih tertarik dengan kehidupan si Prisca ini. Setahu saya,
beliau belum menikah padahal usianya sudah cukup matang untuk menikah. Saya
sampai penasaran, apakah dia tidak galau seperti saya, di usia segitu belum
menikah? – usia Prisca jauh di atas saya, btw-.
Selain alasan belum menikah, pun
ada alasan lain kenapa saya tertarik dengan kehidupan Prisca. Alasan ini
merupakan alasan utama saya mengangumi kehidupan Prisca, bahkan terkadang mampu
memberikan saya motivasi.
Dari feed instagram dan membaca tulisan di blognya, saya menangkap
Prisca suka jalan-jalan. Kehidupan nomaden dan menulis cerita melalui
perjalanan-perjalanannya tersebut. Jadi, pekerjaan Prisca murni dari menulis
novel yang selalu laris tersebut.
Salah satu alasan saya kenapa
saya sekarang indekos adalah goallife
ini. Saya ingin menikmati masa “sendiri” saya selagi masih ada waktu. Menggali
sedalam-dalamnya kemampuan diri, bertemu dengan orang-orang baru, belajar
sesuatu yang baru, berkarya dan terus berbahagia dengan diri sendiri.
Laura Winardi
Tak perlu mengerutkan kening
ketika membaca nama Laura Winardi. Mungkin, bagai kamu yang penggemar Winna
Efendi, nama tersebut tidak asing. Ya, Laura Winardi adalah nama tokoh karangan
Winna Efendi dalam novelnya yang bertajuk Melbourne: Rewind.
Dikisahkan dalam buku tersebut,
Laura merupakan perempuan yang lulusan perguruan tinggi di Melbourne. Mencari
pekerjaan sana kemari belum ada yang menerimanya, sampai akhirnya dia menyerah
dan menjadi freelancer.
Pekerjaan yang dijalani Laura
adalah penyiar radio ketika malam hari, content
writer dan penulis fiksi. Tak hanya kehidupan dalam pekerjaannya saja yang
membuat saya, kehidupan Laura adalah goallife
saya, melainkan juga karena kisah percintaannya dengan Max, serta karakter
Laura Winardi.
Btw, Laura Winardi hidup sendirian di Melbourne dengan sahabatnya
Cecily.
Windry Ramadhina
Bukan kehidupan Windry yang
membuat saya ingin menjadi Windry, melainkan kemampuan yang ia miliki. Dia
merupakan penulis favorit saya, setelah saya membaca karyanya yang berjudul Montase.
Bagi saya, Windry menulis cerita-ceritanya secara total. Mendetil dari ujung
kuku sampai ujung rambut. Karakter setiap tokohnya unik, selalu berbeda dengan
ciri khas masing-masing. Dalam setiap tokoh yang ia ciptakan selalu istimewa.
Selain kemampuannya dalam menggambarkan tokoh, salah satu hal yang saya kagumi
adalah mengenai ia jago menggambar pula.
Saya selalu mengagumi orang yang
jago menggambar, entah kenapa saya begitu terkagum-kagum.
Di antara ketiga sosok di atas,
mana kehidupannya hampir mirip dengan saya? Yang jelas, bukan Windry ya. Karena
kemampuan yang ia miliki, saya tak sanggup menandingi. Iyalah, saya sama sekali
tidak bisa menggambar!
By the way, tulisan ini merupakan tulisan kolaborasi saya dan Mbak
Tikha. Silakan baca punya Mbak Tikha juga ya!
Aku juga merasakan demikian. :)
ReplyDeleteAh...saya belum nulis eiy
ReplyDeleteMenemukan goallife kayaknya emang penting banget ya. Mumpung usia masih muda. Beberapa nama yang ada di atas juga merupakan tipe perempuan ideal versiku, yaitu : mandiri, bebas, dan benar-benar tahu apa yang diinginkan. Semoga aku juga bisa seperti mereka :D
ReplyDelete