Mengenai Bersyukur dan Menerima - Beberapa bulan yang lalu, saya
mendapatkan pesan via wasap. Pesan tersebut berisi tawaran meliput event lari yang
diselenggarakan oleh bank di Surabaya. Saya kurang tahu, bagaimana mereka tahu
nomor wasap saya. Mungkin, dari acara yang saya ikuti sebelumnya yang dibuat
oleh bank tersebut.
Pesan wasap tersebut tidak hanya
berisi ajakan meliput event lari di Surabaya saja, melainkan juga membahas
mengenai prosedur peliputan dan berapa fee
sebuah blogpost di blog saya.
Saya pun menyebutkan nominal
untuk sebuah blogpost di blog ini dan
apa saja yang akan mereka dapatkan, nominalnya masih di bawah satu juta, tapi
masih cukup “besar” daripada fee yang
pernah saya terima selama ini. Karena biasanya, agency akan menawar dari harga yang saya tetapkan, maka saya
meminta lebih. Ternyata,agency tersebut tidak menawar dan langsung setuju.
Saya pun sangat senang, tertawa,
bercerita kepada ibu (menjadi sebuah kebiasaan ketika saya mendapatkan job dengan fee lumayan), kemudian saya tertegun.
Saya menyesal.
Apa yang saya sesalkan?
Yang saya sesalkan adalah, kenapa
saya tidak meminta lebih? Kali saja, bakalan langsung deal juga.
Saya mulai serakah
saudara-saudara.
Mari aku ceritakan, kenapa saya menyebut diri saya serakah
Jauh sebelum saya sering
mendapatkan tawaran iklan di blog saya ini, saya benar-benar miskin. Bukan
keluarga saya yang miskin, saya. Saya miskin. Usai lulus kuliah, saya belum
mendapatkan pekerjaan. Pekerjaan saya satu-satunya adalah ngeblog dan itupun, belum menghasilkan dana untuk membiayai hidup
saya sendiri. Bahkan, untuk membeli pulsa internet saja saya tak mampu, padahal
pekerjaan saya tergantung dengan koneksi internet.
Waktu itu, ada di salah satu grup
blogger di facebook, menawarkan content
placement di blog dengan syarat DA dan PA sekian. Saya pun mendaftarkan
diri. Teman-teman tahu, berapa fee
yang saya dapatkan untuk satu artikel yang dipasang di blog ini? Rp. 30.000,-.
baca juga Mengenai Bertahan Hidup
baca juga Mengenai Bertahan Hidup
Seperti yang teman-teman blogger
tahu, Domain Authority memang menjadi tolak ukur berapa blog kita dihargai.
Saat itu DA saya masih berkisar 15 dan parahnya – entah kenapa bisa – PA saya
hanya satu. Akhirnya, saya terancam tidak bisa mendapatkan job tersebut. Teman-teman tahu? Saya benar-benar kepikiran, sedih,
sampai susah tidur memikirkan bagaimana cara PA saya tidak satu. Karena tidak
masuk akal saja, DA di angka 15 sedangkan PA satu. Padahal, umur blog saya ini
sudah bertahun-tahun dan domain saya sudah berumur sekitar setahun.
Jadi, inilah alasan saya kenapa
saya mulai serakah. Fee yang saya
tetapkan untuk meliput event lari itu, berkali-kali lipat dari fee penempatan konten yang saya terima
sebelumnya. Yang saya kejar-kejar meski hanya Rp.30.000,. Sekarang, Tuhan
memberi saya rejeki yang jauh lebih besar, saya justru meminta lebih dan lebih.
Tidak bersyukur dengan apa yang saya terima. Padahal, di luar sana banyak teman
blogger yang ingin berada di posisi saya.
Kawan, karena perasaan serakah
saya waktu itu, saya sampai tidak bisa tidur. Menangis dan curhat kepada ibu
dan kawan saya. Saya benar-benar sedih karena sifat saya tersebut. Akhirnya,
saya benar-benar belajar bersyukur dengan apa yang saya terima.
Kemudian, selang beberapa waktu
saya mendapatkan pesan via wasap kembali. Tawaran meliput toko kue yang berada
di Surabaya. Apakah saya menaikkan fee
saya daripada sebelumnya dari fee
event lari? Tidak. Saya tetap meminta harga serupa.
Karena semua butuh proses dan
bagaimana kita bersyukur. Sedikit demi sedikit, blog yang kita rawat dan kita
bisa menghargainya, maka orang lain pun akan menghargainya lebih pula. Dan,
sekarang Alhamdulillah rejeki dari Allah tak putus-putus, asalkan kita tetap
bersyukur dan menerima.
Mbaaaaak makasih udah ceritaaaa. Ini pengingat juga buat aku biar "tahu diri" dan nggak terus menerus merasa kekurangan. Dengan apa yang aku dapet sekarang, InsyaAllah aku bersyukur karena banyak yang berharap jadi aku :')
ReplyDeleteAku pun pernah terbesit berharap jadi kamu, Mbak. Bisa ngeblog, bikin template, foto flatlay ciamik, aaah iri bener. InsyaAllah aku jadiin motivasi untuk jadi lebih baik. Aku diem2 belajar dari kamu juga lho Mbak :D