Kiat-kiat menghindari sifat konsumtif : Rejeki Lancar, Bukan Berarti Harus Konsumtif - Sebelum online shop menjamur dan
ramai seperti sekarang, saya pernah berjualan juga. Memang, saya sekadar
menjadi reseller saja waktu itu,
tidak benar-benar menyetok barang. Dan, Alhamdulillah laris manis lantaran saya
juga memanfaatkan jasa fanpage untuk mempromosikan jualan saya. Sehari saya
bisa mendapatkan keuntungan Rp 50.000-, dan uang segitu untuk ukuran mahasiswa
gede banget. Bisa bayangin, kan, uang saku dari orangtua dapat, eh, dapat
penghasilan dari online shop pula.
Dan, ketika rejeki saya lancar
waktu itu, saya menjadi benar-benar konsumtif.
Karena saya merasa memiliki uang
lebih, saya menjadi suka membeli barang-barang tanpa pikir panjang. Bahkan, teman-teman
saya kerapkali mengingatkan untuk tidak konsumtif dan membeli barang yang tidak
perlu. Hanya lapar mata saja.
Hari ini, saya kembali mengingat
hal itu. Beberapa bulan setelah masa kejayaan saya waktu itu, Tuhan tak lagi
memperlancar rejeki saya. Akhirnya, saya tidak memiliki apa-apa lagi, terlebih
ketika saya sudah lulus kuliah. Saya sudah tak dapat uang jajan dari orangtua
pun dari jualan online.
Ya, hal itu terjadi karena saya
terlalu konsumtif dan tidak menabung. Akhirnya, saya kesusahan sendiri ketika
lulus kuliah dan belum mendapatkan pekerjaan. Uang saku tak ada, tabungan
apalagi. Benar-benar, miskin saya waktu itu.
Siang tadi, lagi-lagi saya
diingatkan seorang teman. Jangan konsumtif. Karena peringatan dia, saya ingat
masa lalu. Ya, meskipun sekarang saya juga menabung, bukan berarti saya bebas
membeli ini itu, kan?
Meskipun Tuhan memperlancar rejekimu, bukan berarti harus konsumtif
Nah, saya memiliki beberapa cara
atau planning cara agar tidak konsumtif.
Beberapa sudah saya lakukan dan Insya Allah lainnya menyusul.
Kiat-kiat menghindari sifat konsumtif
1 | Kurangi Jalan-Jalan di Mal
Sejak di Mojokerto ada mal, saya
jadi sering jalan-jalan ke sana nih. Entah sekadar cuci mata nggak jelas,
lihat-lihat diskon baju di Matahari atau sekadar nonton film di bioskop. Ah,
benar-benar membuat saya konsumtif. Pastinya dong ya, ke mal membeli sesuatu
dan mengeluarkan duit. Nggak mungkin, nggak.
Nah, mulai sekarang yuk,
kurang-kurangin jalan-jalan ke mal. Saya pun, akan berusaha demikian. Kalau
perlu, nanti dirobohin saja mal-nya, biar kita nggak bisa ke sana :D . Yeah,
daripada jalan-jalan ke mal habisin duit seratus dua ratus, mendingan beli
tiket Kereta Api terus cus ke Jogja atau ke mana gitu. Traveling!
2 | Prioritaskan Kebutuhan dibanding Keinginan
Kemarin dapat voucher belanja
ceritanya, saya jadi ingin membeli lipkrim lagi. Padahal, saya sudah punya
banyak lipstik dan lipkrim! Eh, ditambah ingin membeli bedak juga. Nah loh,
kalau manfaatin voucher saja okelah, tapi kalau nambah dana karena inginnya
kebanyakan janganlah ya. Akhirnya, teman saya berkata,” Aku pernah tuh, di
posisi kamu. Beli ini itu, akhirnya nggak kepake. Coba, waktu itu duitnya buat
ditabung, sekarang udah ke Eropa!”
Lalu, saya ingat ketika pertama
kali memutuskan freelance dan cari
kerja nggak dapat-dapat. Saat-saat di mana, duit lima puluh ribu saja masih
minta sama orangtua padahal seharusnya udah bisa nyari sendiri. Akhirnya, saya
hanya membeli bedak karena memang lagi butuh bedak tabur, itu pun pakai voucher
belanja.
3 | Cermat Dalam Berbelanja
Nggak semua barang branded dan
mahal itu bagus. Ada beberapa barang dengan kualitas oke, tapi terjangkau.
Dalam membeli sesuatu, selain mengutamakan kebutuhan, tapi juga harus cermat
memilah-milah mana barang yang sesuai budget
dan sesuai kebutuhan. Karena hidup adalah pilihan, kita harus pintar dalam
memilih yes. Jangan sampai nyesel
loh, hanya karena gengsi jadi nggak mau pakai barang murahan.
4 | Membuat Anggaran Belanja Bulanan
Mumpung masih awal bulan, baru
gajian dan memang pas banget buat mengawali hal-hal baru. Yuk, bikin anggaran
bulanan. Seperti bayar listrik, internet dan kebutuhan mutlak lainnya. Setelah
kebutuhan mutlak sisakan untuk kebutuhan mendadak dan untuk sedekah serta
menabung.
5 | Bersedekah
Sejak dulu, saya suka bersedekah.
Di mana ada kesempatan, saya selalu menyisikan sedikit uang saya untuk
bersedekah. Kalau diingat-ingat, sudah saya lakukan sejak mendapatkan
penghasilan sendiri ketika berjualan online shop. Sampai sekarang pun, saya
masih melakukannya setiap bulan, meskipun tidak banyak.
6 | Menabung
Kesalahan fatal yang saya alami
ketika kuliah adalah tidak menyisikan penghasilan untuk ditabung. Setiap
penghasilan yang saya dapatkan, saya habiskan untuk keperluan pribadi, yang
kalau dipikir-pikir tidak ada gunanya sama sekali. Coba waktu itu, saya
menabung di bank dan tidak menggunakan uang untuk membeli pakaian, pasti
sekarang saya sudah ke Eropa – Mengutip kalimat teman saya.
Seperti saya yang memiliki dua
tabungan dan satu tabungan berjangka yang baru saya buka. Sebelumnya, saya
pernah cerita punya dua tabungan, satu untuk transaksi dan satu untuk
benar-benar menabung. Nah, tabungan berjangka benar-benar tabungan untuk masa
depan. Nantinya, saya tidak akan bisa mengambil dana dalam tabungan berjangka
sampai jatuh tempo. Asik, kan?
Kenapa sih, saya harus menabung
di bank? Nggak takut duit hilang atau bagaimana? Nggak sama sekali! Menabung di
bank, sudah ada yang menjamin. Aman. Tidak perlu takut uang kita hilang ke mana
atau bagaimana kalau bank bangkrut.
Jadi, ketika kita menabung di
bank, secara otomatis tabungan kita dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan).
LPS adalah lembaga independen yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (UU LPS) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009. Seperti yang saya sebutkan di atas,
LPS menjamin setiap rekening sampai 2miliar. Sehingga, kita akan aman menabung
di bank, tidak takut ketika bank gulung tikar kita akan kehilangan tabungan.
Sebelum itu, kita harus tahu apa itu 3T.
3T merupakan Kriteria Simpanan
Layak Bayar
1 | Tercatat dalam pembukuan Bank
2 | Tingkat bunga simpanan tidak melebihi tingkat bunga penjaminan
3 | Tidak melakukan tindakan yang merugikan bank
Yuk, Genk kita nabung bersama-sama demi mencegah sifat konsumtif. Berdoa
bersama-sama agar rencana masa depan agar tidak konsumtif terwujud.
Bener bgt, budaya konsumtif demi masa depan kita juga ya..
ReplyDeleteNomor 5 itu kekuatannya luar biasa.
ReplyDeleteThanks untuk tipsnya mba, No 5 sudah teruji dan terbukti :)
ReplyDeleteAku juga udah mulai mikir nabung atau nabung emas, soalnya kalau ke mol uang suka raib bgtu saja
ReplyDelete