Life begins at the end of your
comfort zone
- anonymous
Entah siapa yang menulis quote di atas. Saya menemukan quote tersebut di Pinterest, ketika
memang berniat mencari quote-quote
bagus untuk properti foto. Ya, baru-baru ini saya membeli alas foto dan
bunga-bunga untuk properti, lalu saya gabungkan dengan quote-quote yang saya cari di internet.
Maklum, saya nggak jago lettering maupun membuat quote bagus – terlebih lagi dalam bahasa
Inggris.
Back to topic.
Intinya, quote tersebut menyentil saya keras-keras. Bahkan, hati saya
berusaha menolak keras-keras quote
tersebut. Kenapa? Karena quote itu
benar. Sangat benar malahan.
Kemudian saya berpikir, apakah
setiap orang yang membaca quote di
atas juga merasakan hal yang sama? Seringkali, comfort zone ditujukan pada orang-orang pekerja kantoran. Eh, nggak pengen resign? Terus buka usaha gitu? Nggak bosen jadi
bawahan terus? Sekali-kali dobrak zona nyaman.
Nah lalu, untuk pekerja freelance seperti saya, yang dikatakan tidak menjadi
bawahan pun tidak menjadi atasan, apakah juga harus keluar dari zona nyaman?
Ehm, berarti zona nyaman setiap
orang itu berbeda-beda. Atau justru, sebenarnya zona nyaman yang selama ini
kita kira demikian, sebenarnya bukan zona nyaman sama sekali? Buktinya,kita
bosan dan ingin ada perubahan.
*ribet*
Actually, kehidupan itu harus ada perubahan. Zona nyaman bukanlah
hal yang harus dihindari karena semacam setan yang harus dibunuh, tetapi lebih
pada perubahan. Bosan juga hidup yang tak ada perubahan sama sekali. Setiap
hari lihat tembok melulu.
Sama seperti kehidupan saya.
Setiap hari saya bangun tidur, melamun, cek hp (padahal nyawa belum lengkap,
sempet-sempetnya cek hp), melakukan beberapa hal, bikin kopi, nyalahin laptop,
cek email, negosiasi dengan klien, desain blog (kalau ada), menulis artikel
(kalau ada), buka facebook, nonton drama, baca buku, belajar motret. Kemudian,
semua kegiatan itu diulang-ulang setiap hari.
Semua kegiatan itu pun tak setiap
hari saya kerjakan. Kalau ada job ya
dikerjakan, kalau tidak ada ya melamun atau nonton drakor atau juga motret-motret bikin flat lay agar instagram keisi. Bisa
dibilang, kehidupan saya lebih banyak nganggurnya. Mau ngemol juga molnya jauh
(dan baru dibangun), hangout sama
temen juga di sini nggak punya temen.
Bisa merasakan bagaimana bosannya
hidup saya?
Itulah alasan kenapa saya ingin
keluar dari zona nyaman. Saya terlalu muda dan terlalu tak punya pekerjaan bila
waktu saya, saya habiskan di rumah saja.
Rasanya saya kayak nggak hidup.
Sebenarnya sih, ada rencana
membuat sebuah media online yang membahas mengenai perempuan, sudah beli domain
juga. Tapi, belum saya isi. Saya masih ragu-ragu mengenai kehidupan. Halah.
Kalau boleh jujur, saya ingin
tinggal di Jogja. Di sana banyak orang-orang kreatif dan saya yakin akan mampu
membangkitkan semangat saya yang luntur. Tapi, ada pikiran-pikiran yang di mana saya harus siap menghadapi orang (saya perlu belajar itu). Pikiran itu benar-benar menakutkan, tahu sendiri saya introvert.
Jadi, siap keluar dari zona nyaman?
Merantau aja, mba. Nanti juga nemu ritme kerja yang baru dan pertemanan baru. Nggak ada salahnya kenal dengan orang lain :)
ReplyDeleteMbak Wulan introvert? :). Coba ikut-ikut kegiatan kemasyarakatan Mbak, biar sedikit berwarna. Daaaan bener kata Mbak Ila, coba merantau. :). Saya juga sering ngerasa comfort zone, banget, nget. Apalagi saya pekerja kantoran yang jadwalnya gitu2 aja dari senin-jumat. Hidup terlalu comfort itu emang bikin kita terbuai dan nyaman ya, sampe lupa buat ngambil tantangan yang lebih besar. Nah, saya juga sedang proses pengen keluar dari zona itu, dengan berkarya Dan berusaha berbagi banyak dgn yang lain. #lah malah curhat :D
ReplyDelete