Tradisi Lebaran - Hari raya Idul Fitri tinggal
menghitung hari, tak terasa sekali ya kita sudah menjalankan ibadah puasa
selama sebulan penuh. Sayangnya, saya harus bolong beberapa hari. Kesempatan
bolong puasa tak saya sia-siakan, tentunya. Memang, saya berencana melakukan
sesuatu ketika libur puasa, yaitu membuat kue.
Sebenarnya, saya bukan pecinta
kue, saya hanya suka. Terutama kue nastar dan kue pai susu. Saya sangat
menikmati ketika mencium harum keju dan mentega, kemudian lumer dalam mulut
lalu rasa manis dari selai nanas. Saya sangat suka dengan kue nastar, entah sejak
kapan.
Sepertinya, tradisi membuat kue
menjelang lebaran sudah mendarah daging di Indonesia ya. Entah membuat kue
tradisional seperti kue jepit atau kue Kaastengel yang kata si Riska Ngilan kue
tersebut dari Belanda. Tradisi membuat kue menjelang lebaran pun mampir di
rumah kami. Dulu, bukan kue nastar yang saya sukai, tetapi jajan jepit buatan
emak.
Hiks.
taken from http://www.resepmemasak.web.id/ |
Bertahun-tahun yang lalu, ketika
saya masih kecil dan emak masih sehat dan bugar, emak selalu membuat jajan
jepit (setelah search goole namanya kue Semprong) di rumah. Emak dengan alat penjepit di tangan kiri dan adonan di tangan
kanan, lalu menungkan adonan ke atas cetakan yang diletakkan di atas tungku.
Menjepitnya hingga mengeras, kemudian membalikkan cetakan sampai jajan
benar-benar kering kecokelatan. Emak sesekali membuka cetakan untuk mengecek.
Dan saya, duduk di bangku kecil di samping emak. Mencuil sedikit-sedikit
remahan jepit dari atas tempeh. – tidak tahu ya kalau teman-teman tak mengerti
bahasa saya, maafkan-. Sesekali, saya akan meminta emak membentuk jajan jepit
tersebut menjadi segitiga, bukan lingkaran memanjang seperti jajan astor. Lalu,
saya akan memakannya sampai remahan kue menjatuhi rok yang saya kenakan. Saya
suka jajan jepit buatan emak yang gurih, legi, dan agak gosong.
saya suka minta dibentuk segitiga begini. taken from pinterest.com |
Ah, saya rindu sekali.
Namun, tradisi tersebut lambat
laun menghilang, karena kondisi tubuh emak yang semakin tua.
Dan, sekarang benar-benar
menghilang karena emak sudah tiada dan tidak ada yang bisa membuat jajan jepit
seenak buatan emak. Yang ada, jajan jepit di pasar berwarna pucat dan rasanya
hambar.
Tradisi Baru
Tradisi baru ini, saya yang
memulainya. Saya lupa sejak kapan, tapi yang jelas sejak saya tahu cara membuatnya.
Yaitu, membuat cokelat kacang. Ah, mudah sekali, ya? Iya. Cukup dengan membeli
kacang tanah, kemudian disanggrai sampai matang sedikit hangus, melelehkan
cokelat batangan di atas tungku, lalu mencampur keduanya dan cetak. Cara
membuat kue yang mudah, enak, dan laris.
Setiap tahun, ketika saya membuat
kue tersebut, kue cokelat itu selalu laris. Tentunya, anak-anak kecil sangat
menyukai hal-hal yang manis, bahkan orang dewasa pun tak jauh berbeda.
Tahun ini, tak hanya kue cokelat
yang saya buat, tapi juga kue nastar. Sudah lama saya ingin membuatnya, tapi
tak pernah terlaksana karena tak mempunyai oven. Tahun ini, saya nekat dan
meminjam oven tetangga. Ah, terima kasih untuk Mbak Dyah Prameswari yang telah
memberikan resep nastar legit untuk saya.
Awal membuatnya, saya terlalu
boros. Satu keju prociz utuh, dua sachet susu dancow, margarin 500gr, dan degan tepung terigu
500gr. Hasilnya, ketika saya panggang, nastar saya semacam berair karena
kebanyakan margarin. Saya lihat-lihat, jadi seperti naskar goreng bukan nastar
panggang. Mana pakai drama api elpiji melebar ke mana-mana lagi. Huft. Untungnya tak sampai terjadi
kebakaran.
Tantangan ketika membuat kue
nastar adalah membuat bulatan adonan yang rata. Sayangnya, tidak ada yang sama
persis. Ada yang kecil, besar, agak bengkok. Mana setelah dipanggang melebar
lagi nastarnya. :D Intinya, awal membuat kue nastar semacam trial error. Tapi, saya senang
membuatnya terlebih ketika membuat selai nanas yang rasanya juara. Ah, saya
bangga.
Pencampuran adonan kedua, saya
mengurangi susu dancow, margarin dan keju. Sehingga, rasanya lebih pas daripada
sebelumnya. Tapi ya, tetap saja enak. Toh selai nanasnya emang enak, kok.
Dan sekarang, saya ingin mencoba
membuat kaastengel, tapi entah kapan. Sebenarnya sih, tak terlalu suka dengan
rasanya yang asin itu. Berbeda dengan nastar yang mendapatkan rasa manis dari
selai, kaastengel lebih dominan asin.
Semoga tahun depan saya bisa
membuat kue nastar lagi, karena saya suka sekali. Bahkan, ini saya cemal cemil
sedikit. Astaga, enak sekali.
xoxo,
Wulan K.
Kalau ke surabaya nyicip ya
ReplyDeleteAku malah blas enggak buat Mbak, beli... hehehe
ReplyDeleteSoalnya kerja liburnya mepet, terus mudik... hehehe
Kue coklatnya bikin ngiler kak :D
ReplyDeletelebaran dua tahun lalu sempat coba bikin kue nastar tapi gagal, sampe saat ini gak berani coba lagi, huhuhu :(
ReplyDelete