taken from pexels.com |
Cara Mengatur Keuangan Freelance, ala Wulan Kenanga - Memilih bekerja freelance bukan berarti, kamu tidak bisa
mengatur keuanganmu loh. Justru karena keuangan setiap bulannya tak tidak
stabil – kadang kaya raya, kadang miskin sengsara -, kita kudu jago dalam
mengurus keuangan. Bukan berarti karena keadaan keuangan kita tak stabil, kita
bisa melepaskan keinginan untuk menabung demi masa depan.
Sedikit cerita, ketika saya
kuliah, saya mempunyai seorang kenalan. Dia bekerja di sebuah toko dengan gaji
Rp. 700.000 perbulan. Dia mengeluh, bahwa gaji segitu tak cukup untuk ditabung.
Kala itu, saya bertanya, “Masa, nggak bisa sih, Mas?” Ya, saya heran, karena
bagi saya uang 700rb itu banyak, terlebih lagi bagi mahasiswa yang setiap
Minggunya mendapat jatah 100rb ini.
Masa sekarang, ketika saya
memiliki uang lebih setiap bulannya, saya baru mengerti bahwa uang 700rb itu
sedikit. Tak bisa ditabung. Uang pulsa, uang internet, jajan, buku, makeup dan
keperluan wanita lainnya. Padahal, saya masih numpang di rumah orangtua. Makan
tidur ya orangtua yang menanggung. Saya berpikir, sebenarnya uang 700rb itu
sedikit karena memang sedikit, atau saya yang boros?
Di sisi lain, ketika saya
melakukan interview, saya berbincang dengan salah satu kandidat. Dia bekerja
sebagai admin di sebuah toko di Mojokerto. Jam kerjanya, gila. Dari jam delapan
pagi sampai jam sepuluh malam. Lalu, saya bertanya berapakah yang ia dapat. Ia
berkata, satu juta duaratus. What?
Bukannya apa-apa, dengan jam
kerja semacam itu mendapatkan penghasilan setiap bulan tidak sampai dua juta
bahkan tidak sampai satu setengah juta, membuat saya berpikir. Apakah pantas? Dan,
tentunya dengan pengahsilan demikian, teman baru saya itu hanya menghabiskan
penghasilannya sebesar 400rb. Keren, kan?
Dari cerita-cerita tersebutlah,
saya memikirkan bagaimana cara saya mengatur keuangan saya sendiri. Berapapun
penghasilan yang saya dapatkan setiap bulannya, tidaklah penting. Yang
terpenting adalah, setiap bulan saya bisa menyisahkan uang untuk ditabung. Yes?
Jadi, begini saya mengatur
keuangan saya.
Membuat Dua Buku Tabungan atau Dua Rekening
Hal ini saya lakukan secara tidak
sengaja. Awalnya, saya memiliki tabungan Bank BNI, kemudian dengan suatu alasan
saya memiliki tabungan BCA. Sebelumnya, saya pernah mendengar sebuah acara
mengenai keuangan untuk keluarga. Di dalam keluarga, sebaiknya suami dan istri
memiliki buku tabungan masing-masing,
dan satu buku tabungan untuk bersama. Buku tabungan bersama itu, dibuat
untuk keperluan bersama atau bila memiliki bisnis bersama. Dari situlah saya
berpikiran untuk membagi keuangan saya. Yaitu, satu menjadi buku tabungan –
dalam artian saya hanya boleh mengisinya, tanpa melakukan penarikan – kedua saya
memakainya untuk transaksi.
Buku tabungan yang saya jadikan
tabungan adalah di buku tabungan Bank BNI karena rekening Bank BNI saya hanya
bisa diakses dengan kartu ATM dan dengan mendatangi langsung ke bank
bersangkutan. Sehingga, jika dijadikan sebagai rekening transaksi, akan
menyulitkan bagi saya. Untuk itu, rekening Bank BCA lah yang saya jadikan
rekening transaksi, karena saya bisa mengaksesnya melalui internet untuk
melakukan transaksi. Alasan lainnya adalah kebanyakan klien memakai Bank BCA
untuk bertransaksi, sehingga pas sekali.
Sudah selama tiga bulan terakhir,
setiap akhir bulan saya menarik uang dari rekening BCA kemudian saya pergi ke
Bank BNI. Kenapa? Tentunya, saya mau menabung dong. Kan bisa transfer langsung
dari BCA, kan. Takut kena potongan? Bukan. Alasan utama kenapa saya melakukan
hal tersebut adalah untuk menghargai diri saya sendiri. Biar saya berasa kerja
di luar rumah, mendapatkan gaji cash
dan saya tabung. Haha.
Berbelanja Dengan Kartu ATM/Debit
Percaya atau tidak, seringkali di
dompet saya hanya ada uang 50rb saja. Sukur-sukur ada 100rb. Kalau ada sampai
200rb itu, sudah wah sekali. Memangnya saya nggak punya duit? Punya. Tapi
duitnya di ATM. Saya lebih suka mengambil uang ketika saya butuh, daripada uang
banyak di dalam dompet padahal saya lagi tidak butuh. Kenapa begitu? Karena
saya ini tidak tegaan. Kalau ada uang di dompet, ada saja hasrat ingin membeli
sesuatu. Xoxo. Jadi, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, saya
melakukan cara tersebut.
Selain cara di atas, saya juga
lebih sering membeli sesuatu dengan kartu ATM dengan catatan saya berbelanja di
swalayan yang menyediakan pembayaran dengan ATM. Saya melakukan hal ini, karena
saldo yang akan terpotong atau uang yang akan terpotong nantinya akan sesuai
dengan jumlah yang saya butuhkan. Misalnya, total pembelanjaan saya 38rb,
sehingga itulah yang harus saya bayar. Sedangkan, kalau saya melakukan
penarikan tunai, minimal saya harus mengambil 50rb. Nah, nanti 12rb-nya mubazir
dong. Dan, pastinya akan hangus karena membeli sesuatu yang tak saya inginkan.
Catat Kebutuhan (Bukan Keinginan) Selama Satu Bulan Kedepan
Sejujurnya, saya jarang melakukan
hal ini. Karena kebutuhan saya selama satu bulan tidak banyak. Palingan makeup
atau perintilan perempuan lainnya. Kalau masalah baju, buku, dan jajanan luar
merupakan hal yang masuk dalam daftar keinginan. Sebenarnya, buku ingin saya
masukkan ke dalam daftar kebutuhan, tapi terkadang saya masih memiliki buku
yang belum saya baca. Sehingga, daftar kebutuhan saya paling ya pulsa internet.
Cara ini terbilang efektif
lantaran kita tahu, apa yang akan kita beli dan berapa uang yang harus kita
keluarkan untuk kebutuhan tersebut. Dengan begitu, sisanya bisa kita masukkan
ke rekening tabungan.
Buang Kartu Kredit
Huaaa, kalau ini mah bukan saya
banget. Saya memasukkan ke dalam artikel ini, saya tujukan untuk teman-teman
yang memiliki kartu kredit. Kalau benar-benar ingin berhemat, mending tidak
pakai kartu kredit. Alasannya jelas, teman-teman pengguna kartu kredit lebih
paham. Kita sebagai manusia cenderung memiliki pemikiran, dipikir nanti, deh.
Nah, yang memiliki pemikiran semacam itu, mending tidak usah pakai kartu
kredit. Ya, tentunya kalau memang benar-benar butuh ya, monggo.
Butuh Liburan? Cari gratisan!
Kelihatan tidak tahu malu? Jangan
salah dulu. Mencari liburan gratisan bukan berarti kita maksa pemilik tempat
liburan untuk memberikan tiket masuk gratis. Bukan. Tapi, kita mencari
tempat-tempat wisata yang bisa kita nikmati secara gratis atau hanya dengan
membayar uang masuk yang murah. Sehingga, dengan begitu kita bisa berhemat
sekaligus bisa liburan.
Beberapa tip di atas kebanyakan
sudah saya praktikan, kecuali mengenai kartu kredit. Ya, karena saya belum
mempunyainya dan tidak berencana untuk punya. Saya takut kebablasan. Orang
punya ATM saja saya takut bolak balik tarik tunai, apalagi kalau punya kartu
kredit yang tinggal gesek, dipikir nanti? Errr.
Mari menerapkan hidup hemat,
meskipun pendapatkan kita tidak besar. Saya percaya, berapapun pendapatan kita,
kita pasti bisa menyisihkan sedikit penghasilan untuk ditabung. Okelah, kalau
tidak untuk masa depan, depannya lagi. Paling tidak, kita punya uang cadangan
atau uang lebih untuk membeli sesuatu nantinya.
Misalnya, membeli laptop agar
tidak meminjam laptop adik terus? *ngaca
xoxo,
Wulan K.
Buang kartu atm
ReplyDeleteSemenjak gak bekerja kantoran penghasilanku tiap bulan sbg freelance ga tetap dan blm sebesar mba wulan, malah kadang ga ada cuma adanya kiriman dr suami XD... Maka kl dapet transferan aq habiskan semuanya hahaha... Buat tambah2 beli vitamin dan susu hamil...
ReplyDeleteNantilah, kl penghasilannya sebesar pas bekerja dl baru deh ditabungin hihi...
ga nyimpen uang didompet efektif banget mbak:-)
ReplyDelete