Sertifikasi Tukang, untuk Kinerja yang Lebih Baik- Saya mempunyai seorang teman perempuan, yang terjerumus dalam jurusan Teknik Sipil. Jadi, dia asal saja memilih opsi kedua jurusan yang ia pilih dengan memilih Teknik Sipil. Dalam keseharian perkuliahannya, kawan saya tersebut akrab dengan beton, bata, semen, dan alat pertukangan. Bukan hanya itu saja, tapi dia juga dituntut untuk teliti dalam menghitung jarak ini itu, bahkan dalam menggambar sekalipun. Mungkin, kedepannya kawan saya tersebut akan menjadi arsitek atau kontraktor, atau apalah yang berhubungan dengan perkuliahannya tersebut.
Setiap kali saya melihat kawan
saya tersebut, saya teringat dengan tukang-tukang bangunan yang sering
dipanggil ibu untuk membuat kandang bebek, membetulkan tembok di sisi pintu, atau
tukang bangunan yang sering saya jumpai di rumah-rumah orang yang baru dibangun.
Saya mengenal sebagian tukang
bangunan yang sering dipanggil oleh ibu. Mereka adalah tetangga saya sendiri
dan sesuai dengan pengetahuan saya, mereka tak pernah sekolah di perguruan
tinggi seperti kawan saya yang perempuan itu. Bahkan, sebagian dari mereka tak
lulus SD. Lalu, keterampilan dalam pertukangan, mereka dapatkan dari mana?
Kita tahu sendiri, jaman sekarang
orang-orang lebih percaya sesuatu di atas kertas. Stempel dari perguruan tinggi
yang menjamin setiap mantan mahasiswa tersebut pernah bersekolah di perguruan
tinggi. Lalu, bagaimana nasib para tukang bangunan – tetangga saya- yang tak
pernah mengecap bangku perguruan tinggi? Tentunya, mereka tak memiliki sebuah
jaminan yang mendasari bahwa mereka memang bisa. Mumpuni dalam pekerjaan bangunan.
Ah, toh sekadar mengaduk semen, kenapa ribet sekali?
Bukan begitu. Ada hal-hal yang
memang harus diberikan standar khusus bagi mereka yang mau berkembang dan mereka
yang ingin kinerjanya dihargai. Tentunya, bila pekerja bangunan atau tukang
bangunan diberikan sebuah pegangan berupa skill
dan bukti berupa sertifikat, orang lain tidak akan memandang rendah. Sama
seperti halnya orang-orang yang lulusan dari perguruan tinggi.
Karena dasar itulah, Semen Gresik
menunjukkan kepeduliannya terhadap tukang bangunan yang ada di Indonesia. Sebagai
perusahaan BUMN dan satu-satunya semen yang dimiliki oleh Indonesia, Semen
Gresik merasa memiliki kewajiban sosial bagi tukang bangunan di Indonesia.
Untuk itu, Semen Gresik mengadakan Pembekalan
Dan Fasilitas Uji Kompetensi, Tukang Bangunan Umum Menggunakan Mobile Training
Unit (MTU) di Mojokerto. Acara tersebut akan dilaksanakan selama tiga hari (1-3
Juni) di Hotel Slamet, Mojokerto dan pada hari Rabu, 1 Juni 2016, merupakan
pembukaan yang menghadirkan Kepala Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Propinsi
Jawa Timur, Bapak Gentur Prihantoro.
Acara pelatihan tersebut disebut
Edutrain, yang merupakan gagasan dari Semen Gresik dari tahun 2007- hingga
sekarang dan bekerjasama dengan badan pemerintahan selama dua tahun belakangan.
Selama sepuluh tahun melakukan pelatihan pertukangan yang dilaksanakan setiap
tahun di berbagai daerah, Semen Gresik mendata sebanyak 11.500 tukang yang
tersebar di seluruh Indonesia, yang sebanyak 5000 tukang sudah tersertifikasi.
Setiap tahunnya, Semen Gresik
akan melakukan pelatihan pertukangan sebanyak empat kali. Sebelum pelatihan di
Mojokerto, Semen Gresik sudah melakukan pelatihan di Pacitan dan nantinya juga
akan melaksanakan di Tuban dan Sumbawa.
Nantinya, tukang yang sudah
terdaftar dalam komunitas tukang Semen Gresik ini akan mendapatkan sertifikasi
secara gratis dan keuntungan-keuntungan lainnya. Seperti mendapatkan nomor gratis
yang nantinya bisa saling berhubungan antar komunitas tukang di Indonesia. Semen
Gresik menyediakan call center untuk para
tukang yang ingin belajar terus mengenai pertukangan, sehingga tidak hanya
mengacu pada kelas singkat yang diadakan oleh Semen Gresik.
“Sebanyak 24% kontribusi
diberikan oleh daerah Mojokerto, Gresik, dan Surabaya. Itulah, kenapa kami
memilih Mojokerto,”tutur Bapak Danu selaku Kasi Komunikasi Pemasaran Semen
Gresik.
Kami juga bertanya, apa kendala
yang dialami oleh Semen Gresik dalam acara pembekalan tukang bangunan ini.
Bapak Danu menjelaskan, kendalanya adalah ketika melakukan perekrutan anggota,
karena mereka sulit dalam menyampaikan informasi langsung kepada masyarakat. Dalam
perekrutan pihak Semen Gresik dibantu oleh BPMD (Badan Pemasyarakatan Daerah)
guna mengumpulkan data tukang bangunan di daerah masing-masing.
Dalam perekrutan pun, Bapak Danu
tidak asal merekrut orang. Para tukang yang mendaftar pun, harus melakukan
interview. Yang unik adalah, mereka harus berjabat tangan agar pihak Semen
Gresik tahu kalau mereka benar-benar tukang bangunan. Sehingga, mereka tak
serta merta langsung lulus karena harus melakukan serangkaian uji kompetensi
dan ujian lainnya.
“Di negara Malaysia, tukang pun
harus bersertifikasi. Jika, mereka tahu kalau tukang tersebut tidak
bersertifikasi, maka ditolak,”kira-kira begitu kata Bapak Bapak Gentur
Prihantoro, selaku Kepala Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Propinsi Jawa
Timur.
Pelatihan Edutrain merupakan
pelatihan untuk sertifikasi, yang nantinya para tukang tersebut mempelajari cara
pemasangan bata, pemasangan kusen, pembuatan kolom-kolom beton (bekisting).
Dengan adanya pelatihan tukang
dan tukang bersertifikasi ini, mereka akan bisa bersaing dengan negara-negara
ASEAN yang belakangan kita sudah dihadapkan dengan MEA. Selain itu, diharapkan
dengan adanya tukang bersertifikasi kinerja tukang semakin memadai dan bertanggung
jawab dengan apa yang mereka kerjakan.
“Orang yang bersertifikat adalah orang yang kerjanya baik,”ujar Bapak Gentur
Prihantoro.
tukang bangunan masa kini kudu cerdas dan cekatan ya.... kereeennnn
ReplyDeleteBener mbak...
DeleteSemen Gresik luar biasa nih kepedulian pada peningkatan mutu SDM Indonesia. top deh.
ReplyDeleteSalut sekali ya mbak.
DeleteKeren nih Semen Gresik! Jadi mereka gak sekadar jual produk ya.. tapi sekalian ngasih pelatihan untuk mereka yang pastinya akan banyak berinteraksi langsung dengan produknya.
ReplyDeleteIya Mbak Dian, peduli sama customernya
DeleteWow tukang bangunan juga sekarang persaingannya ketat ya
ReplyDeleteBenar :)
DeleteSemen Gresik, keren.
ReplyDeleteMemperhatikan sekali... dan sertifikasi tukang juga berguna untuk menghadapi MEA...
Pesertanya antusias banget loh
Deletewah mantap dah lama" para tukang ini bakal terferivikasi....
ReplyDeleteBerkat Semen Gresik :)
DeleteKeren y semua profesi sekarang dituntut sertifikasi. Nice info mba nambah pengetahuan lg
ReplyDeleteSama-sama mbak, saya juga baru tahu dari acara tersebut.
DeleteKadang tukang bangunan yang kerja di perumahan-perumahan itu suka asal, rumah masih baru sudah mulai retak-retak temboknya. Kayaknya memang perlu deh, tukang bangunan harus punya sertifikasi
ReplyDeleteTukang - tukang hebat harapan bangsa Indonesia :)
ReplyDeleteAku tuh selalu takjub dgn hasil kinerja tukang2, bisa menyulap suatu bangunan menjadi luar biyasak. Padahal mereka nggak pernah mengikuti pelatihan, pun memiliki sertifikasi.
ReplyDeleteGak kebayang gimana kerennya Indonesia kalo mereka nanti sudah dibekali pelatihan plus sertifikasi. Dan dengar2 negara tetangga ini pun mengakui, kalau mereka nggak akan semaju sekarang, tanpa jasa para TKI dari Indonesia (ya tukang-tukang keren itu lah).
Tfs 'Lan, salut dengan komitmen Semen Gresik untuk Indonesia.
Tukang sekarang pendapatanya tidak se imbang dengan biaya hidup...kalau di bandingkan demgan jaman sebelum krismon..thn 1996 upah tukang sehari di belikan beras dapat 23 kg.. ( 15000 : harga beras 650 rupiah perkilo...
ReplyDelete