taken from https://hasyimmah.files.wordpress.com/ |
Majalah Dinding, Yah Majalah Peace -Baiklah, tema one day one post hari ini mengenai majalah dinding di sekolah alias MADING. Entah kenapa, setiap kali mendengar kata mading, yang ada di benak saya adalah genk Cinta, dkk, di film Ada Apa Dengan Cinta. Yeah, seperti yang kita ketahui bersama *bahasanya semacam pidato*, mereka mengelolah mading sekolah. Dan, saya ngiri sekali dengan Cinta, dkk. ini. Bagaimana tidak iri? Selama saya sekolah tidak ada namanya mading yang dikelolah oleh murid.
Wulan remaja selalu ingin menjadi bagian dari pengurus majalah dinding. Menyeleksi cerita pendek mana yang akan keluar bulan depan, menulis esai, atau reportase mengenai sekolah. Sayangnya, semua itu hanyalah khayalan belaka. Saya belum pernah merasakan hal itu. Ya, lantaran majalah dinding yang berada di depan perpustakaan hanya berisi kertas-kertas usang dan tak tersentuh.
Untungnya, sejak SMP ada sebuah majalah yang dikelolah oleh salah seorang warga Mojokerto, dia memperkenalkan diri sebagai HM18. Beberapa tahun terakhir, saya baru mengetahui identitas orang tersebut, yaitu Mas Hasyim. Jadi, Mas Hasyim ini memiliki sebuah redaksi majalah antar sekolah di Mojokerto. Kami, bisa mengirimkan karya kami, berupa reportase, cerita pendek, atau opini ke majalah tersebut. Tentunya, dengan diseleksi. Majalah tersebut bernama majalah PEACE.
Selama kami masih duduk di SMP sampai SMA, kami bisa berpartisipasi di majalah tersebut. Selain bisa nampang nama di majalah PEACE, kami juga akan mendapatkan royalti sebesar Rp. 10.000. Ah, dikit, ya? Halah, teman-teman tidak tahu sih, bagaimana perasaan bahagia saya ketika tulisan saya dimuat untuk kali pertama. Uang sebesar sepuluh ribu hanyalah simbolis saja. Yang terpenting bagi saya adalah karya saya dimuat!
Jadi, kegiatan saya sewaktu SMP selain sekolah adalah menulis cerita pendek, puisi, atau opini di kertas. Lalu, semua itu saya kirimkan ke redaksi majalah PEACE melalui pos. Dan, setiap awal bulan saya akan lari ke koperasi, membeli majalah PEACE terbaru dan mengecek apakah karya saya dimuat.
Kegiatan saya tersebut, berlanjut ketika SMA. Selama SMP cerita pendek saya tak pernah ada yang dimuat. Sama sekali. Dan, cerita pendek pertama saya yang dimuat di majalah PEACE berjudul TELAT. Saat itu, saya kelas satu SMA. Saya sangat bahagia waktu itu.
Lambat laun saya menyadari, kenapa cerita-cerita yang saya kirimkan tidak selalu dimuat. Cara saya menulis masih salah kaprah. Typo di mana-mana. Sangat parah. Jadi, bisa dibilang untuk mendapatkan tulisan saya saat ini, butuh proses yang sangat lama. Meskipun, yah, saya sampai sekarang masih terus belajar dan belajar dalam menulis.
Ah, saya merindukan hari-hari itu.
xoxo,
Wulan K.
Hehe, mading ini idaman semua siswa ya. Jadi makin terkenal kalo dimuat di sana. :D
ReplyDelete