Kenapa Manusia Dituntut Untuk Kreatif? -Beberapa hari ini beredar
mengenai perusahaan yang cukup kita kenal di Indonesia, kabarnya akan hengkang
dari Indonesia. Nggak tanggung-tanggung, dua perusahaan yang akan meninggalkan
Indonesia. Apa hal pertama yang ada dalam pikiran saya? Tentu, nasib dari para
pekerja dari kedua perusahaan tersebut.
Duh, Gusti, nyari kerja susah minta ampun, kenapa juga dua perusahaan
itu justru mem-PHK karyawan?
Tidak menyalahkan perusahaan atau
siapa yang membuat kedua perusahaan ini harus meninggalkan tanah air tercinta,
dan mengakibatkan orang-orang yang menggantungkan hidup dari kedua perusahaan
itu menganggur. Bisa bayangin, nggak, ada orang-orang yang seumur hidupnya
sudah bekerja di perusahaan-perusahaan tersebut? Ibaratnya kita sudah pacaran
sama seseorang selama bertahun-tahun, kemudian diputusin. Apa nggak linglung,
tuh?
Saya jadi ingat dengan pabrik
tepung di sebelah rumah saya. Ingat ketika kecelakaan pesawat AirAsia yang dari
Surabaya ke Singapura beberapa waktu yang lalu? Pemilik dari pabrik tepung di
sebelah rumah saya adalah salah satu korban dalam kecelakaan tersebut. Beliau
pergi berlibur bersama anak dan istrinya. Akibat dari kepergian beliau yang
tiba-tiba, membuat pabrik itu terbengkalai. Sampai hari ini pabrik tersebut
belum lagi memproduksi tepung. Hal ini menyebabkan buruh di sana kelimpungan
mencari sumber rejeki lain.
Tidak peduli apa yang terjadi
dengan perusahaan, dapur harus terus ngebul.
Karena tidak semua karyawan
perusahaan itu memiliki skill, mereka
akhirnya mencangkul atau mencari pekerjaan di perusahaan lain. Mungkin, jika
mereka bisa kreatif, mereka nggak perlu ke sana kemari mencari kerja. Yang saya
pikirkan adalah orang-orang yang berusia lanjut. Maksud saya, orang-orang yang
sudah nggak masuk kriteria dalam persyaratan mencari kerja, meskipun pengalaman
sudah tinggi. Apa jadinya jika mereka tidak punya kemampuan apa pun?
Mungkin itulah alasan Bapak keukeh saya harus menjadi pegawai negeri
sejak saya SMA. Bapak pernah berkata begini,”Negara nggak mungkin bangkrut.”Itulah
alasan mendasar kenapa kebanyakan orang ingin menjadi pegawai negeri. Kalau
kita tidak ingin menjadi pengusaha, pilihan menjadi pegawai negeri adalah
pilihan teraman.
Bagi saya sendiri, setiap
individu harus memiliki skill untuk
bertahan hidup. Itulah kenapa orangtua kita mengirim kita ke sekolah,
mengkuliahkan kita. Agar kita memiliki skill,
senjata untuk bertahan hidup selama Tuhan mengijinkan.
Saya pernah mengenal seseorang.
Kami kenal teramat dekat meskipun komunikasi hanya via telepon. *mantan-mantan,
uhuk*. Dia merantau ke Kalimantan Timur, ikut pamannya yang di sana. Selama
setahun dia masih menganggur dengan menggantungkan hidup di rumah pamannya,
sambil bantu-bantu jaga warung bakso milik pamannya. Lalu, dia ikut dengan
pemilik bengkel variasi mobil. Di selang-selang kita ngobrol, dia pernah
berkata. “Nggak mungkin, Wul, selamanya aku begini.” Yang dia maksud adalah,
dia tidak mau selamanya hidup bergantung pada orang lain. Intinya dia ingin
punya usaha sendiri. Akhirnya, saat ia mempunyai dana untuk membuka usaha, dia
keluar dari bengkel tersebut.
Dan, mantan tersayang itu
akhirnya punya variasi mobil sendiri. *duh,
kenapa kita putus, Sayang?*
Kenapa dia bisa begitu? Karena
dia sudah memiliki skill dari awal,
yaitu menggambar. Selain itu, selama ikut sama “orang” itu, dia juga sudah
memiliki pengalaman dan ilmu bagaimana cara menjalankan bisnis tersebut.
Bukankah lebih baik jika ketika
kita bekerja di sebuah perusahaan, tapi juga memiliki income di luar perusahaan? Selain untuk berjaga-jaga nanti bila
waktunya kita hengkang dari perusahaan, kita sudah nggak perlu bingung lagi
untuk mencari pekerjaan. Atau bisa menjadi pemasukkan sementara, selagi kita
mencari perusahaan lainnya.
Saya tegaskan, saya tidak sedang meremehkan
pekerja kantor loh ya, karena saya sendiri masih ingin kerja di kantor sembari
ngeblog dan mendesain. Meskipun pada dasarnya saya sudah terlanjur nyaman di
sini, tapi saya juga ingin merasakan enak nggak enaknya kerja di kantor loh.
Sebagai manusia, kita memang
harus dituntut untuk menjadi sekreatif mungkin. Bukan sekadar untuk menambah
uang jajan, tapi juga untuk memberikan kepuasan pada diri sendiri. “Oh,
ternyata saya bisa loh bikin ini.”
Kebetulan sekali, kemarin saya
sedang membaca beberapa artikel mengenai tempat usaha di Surabaya. Jadi, dia
ini menjual tasbih dengan desain yang unik. Awalnya, hanya iseng saja merangkai
tasbih milik ibunya. Eh, kok banyak yang suka. Akhirnya, dia membuka toko
online yang menjual berbagai macam tasbih unik. Teman-teman tahu, berapa
keuntungan yang dia dapatkan setiap bulannya?
60 JUTA.
Dengan keuntungan sebanyak itu, dia bisa menggaji untuk ketujuh karyawan yang dimilikinya. Dan, terus mengembangkan toko online yang dimilikinya.
Dengan keuntungan sebanyak itu, dia bisa menggaji untuk ketujuh karyawan yang dimilikinya. Dan, terus mengembangkan toko online yang dimilikinya.
Seperti contoh kasus di atas, dia bisa menciptakan lapangan pekerjaan dengan ide kreatifnya membuat tasbih yang unik dan cantik. Sebenarnya, menjadi kreatif itu sangat simpel bukan? Asal kita bisa jeli melihat peluang yang ada di sekitar kita. Mana yang bisa laris di pasaran, atau mana yang akan menjadi sesuatu yang unik dan menghasilkan. Katakanlah seperti mantan saya itu *ehm*, dia jago gambar. Jujur, salah satu alasan saya menyukai dia adalah karena dia jago gambar. Dari dia jago gambar, dia bekerja di variasi mobil, membuat stiker mobil. Lalu, berkembang dengan memiliki variasi mobil sendiri. Dengan memiliki variasi mobil, dia sudah membuka lapangan pekerjaan.
Bisa bayangkan, bagaimana dunia tanpa orang-orang kreatif?
Ya, saya berharap akan ada
orang-orang kreatif yang akan membuka lapangan dan peluang baru, bagi kita yang
sangat membutuhkan pekerjaan *ngacung*. Dan, saya yakin orang-orang kreatif itu
ada di antara kita. Mungkin saja saya nanti akan bisa membuka lapangan kerja
baru. Amin.
Tetap semangat! ^^
Betul mb, skill memang dibutuhin jaman skg. Dari kecil kl bs sdh diasah.
ReplyDeleteKalo menurut saya sih bukan kreatif yang dibutuhkan. Tapi inisiatif. Inisiatif untuk bekerja apa saja, kalo kreatif ujung2nya harus benerin sistem pendidikan. Dan itu hal yang sulitnya luar biasa, kecuali kita pindah ke negara maju dan sekolah di sana :D karena saya pernah ngalamin menjadi orang yang butuh pekerja, saya ngelihatnya sih masalah SDM kita tuh pemalas. Saya butuh karyawan susah banget nyarinya. Sekalinya kerja, dua bulan kemudia keluar orangnya. Buset. Mau gaji tinggi tapi inisiatif kerjanya rendah. Mau kerja, tapi gak mau bersusah-susah dulu. Kreatif sih masalah berbagi peran. Tapi inisiatif, semua orang punya bakat itu.
ReplyDeleteKreatif dan mau bekerja, karena banyak juga orang yg memang malas kerja.
ReplyDelete