Ingin Rejeki Lancar? Lakukan Hal Ini-Kemarin malam, saya, Bapak, dan Ibu selonjoran di depan televisi. Saat itu layar kaca berukuran mini itu menampilkan sebuah acara motivasi, dengan seorang pembawa acara, motivator, dan audience para mahasiswa. Untuk kejelasan siapa motivator dan dari mana mahasiswa tersebut, saya kurang memerhatikan.
Yang jelas, saya tertarik dengan
pembicaraan sang motivator dengan salah satu mahasiswa yang hadir malam itu.
Katakanlah, nama mahasiswa perempuan itu Rani. Rani mengangkat tangan untuk
bertanya. Gadis berkerudung itu pun berdiri dan memegang mic untuk berbicara.
“Pak, bagaimana sih untuk
menghadapi rintangan-rintangan ketika menggapai impian?”tanya Rani, yang
kira-kira berusia berkepala dua itu.
Sang motivator pun menimpali,”Sebutkan
impian Anda.”
Rani diam sesaat, matanya
menghadap ke atas. Berpikir, “Ingin menjadi menteri keungan misalnya.”
“Impian lainnya?”tanya motivator
kembali.
Malu-malu Rani menjawab, “Dulu.
Dulu sekali ingin menjadi pramugari.”
“Saya tanya, dari ingin menjadi
pramugari dan menteri keungan, apa rintangan yang menghalanginya?”tanya
Motivator. “Misalnya, ketika ingin menjadi pramugari, apa yang menghalangimu?”
“Ehm, ketika ingin menjadi
pramugrasi ada aja, pikiran kalau saya kurang ini. Ada orang lain yang lebih
baik.”
Akhirnya, motivator bertanya. “Ketika
Anda berpikiran kalau Anda kurang baik, ada yang lebih baik dari Anda. Apakah
pikiran tersebut membuat Rani lebih maju?”serta merta, Rani menggeleng sembari
tersenyum. “Lihat Ibu Susi, menteri perikanan saat ini. Apakah beliau lebih
baik daripada Anda?”
Rani tertawa. Malu-malu. “Aduh,
Bu Susi maaf.”
“Lho, nggak apa-apa, bilang saja,”sahut
sang Motivator. “Dalam hal pendidikan.”
“Iya, mungkin dalam pendidikan
lebih beruntung saya,”kata sang mahasiswi.
“Intinya, bukan masalah siapa
lebih baik dalam pendidikan atau hal apa pun. Tapi, siapa yang memiliki tekad
yang lebih kuat dan keinginan untuk memperjuangkannya. Kita harus menghilangkan
pikiran-pikiran negatif itu.”Lalu, sang motivator melanjutkan. “Kita harus
bersyukur mengenai apa pun.”
Entah kenapa, saat mendengar
motivasi semacam itu membuat saya kembali bersemangat pada saat itu. Tapi, setelah
beberapa hari rasa semangat itu kembali melebur dengan pikiran-pikiran negatif
yang menghalangi keberhasilan apa pun.
Ucapan Adalah Doa
Saat itu, secara refleks saya
berucap, “Alhamdulillah.”
Setelah menonton acara tersebut,
saya kembali ke kamar, mengambil smartphone
yang tergeletak di atas meja yang sedang saya cas. Ada sebuah pesan masuk
dari whatsapp, seseorang memasukkan
saya ke dalam sebuah grup. Admin grup tersebut mengatakan kalau saya terpilih
sebagai salah satu agen media sosial untuk acara peluncuran suatu produk.
Alhamdulillah. Ternyata, berucap syukur akan membawa kita ke pintu rejeki
lainnya.
Ingat, ucapan adalah doa. Ucapan
bukan sekadar dari lisan, tapi juga batin. Berhati-hatilah dengan segala yang
kamu pikirkan, ucapkan, dan batin. Kita memang diharuskan berkata baik-baik,
melihat hal baik-baik, dan memikirkan hal-hal positif. Sedikit cerita yang
pernah saya alami sewaktu masa kuliah. Saya tidak mengerti, kenapa terkadang
ucapan dan batin saya sangat manjur dan cepat terjadi.
Waktu itu, kami anak D3 Manajemen Informatika C, mengerjakan tugas kelompok bersama di kosan saya sembari rujakan. Lalu, tiba-tiba teman saya Dina marah-marah pada teman satu kelas kami lainnya. Dina kesal karena teman kami itu menghilangkan flasdisk miliknya. Sampai-sampai Dina tidak mau berbicara dengan teman kami tersebut karena hal ini. Lalu, saya membatin. “Kalau flasdisk saya yang hilang, saya nggak bakalan begitu.”
Waktu itu, kami anak D3 Manajemen Informatika C, mengerjakan tugas kelompok bersama di kosan saya sembari rujakan. Lalu, tiba-tiba teman saya Dina marah-marah pada teman satu kelas kami lainnya. Dina kesal karena teman kami itu menghilangkan flasdisk miliknya. Sampai-sampai Dina tidak mau berbicara dengan teman kami tersebut karena hal ini. Lalu, saya membatin. “Kalau flasdisk saya yang hilang, saya nggak bakalan begitu.”
Selang beberapa menit, entah
kenapa saya menjadi ingin melihat flasdisk
saya. Dan, ternyata flasdisk yang
baru saya beli beberapa minggu itu, tidak ada di dalam tas saya. Saya ingat,
pagi itu saya dan beberapa teman berada di ruang BEM jurusan sebelum masuk ke
dalam kelas pratikum. Waktu itu, saya membuka laptop di ruangan BEM dan memakai
flasdisk. Pasti benda kecil itu
tertinggal di sana. Sayangnya, saat saya dan teman saya ke sana, benda itu
sudah raib.
Akhirnya, apa yang saya ucapkan
dalam hati kejadian sodara-sodara!
Tidak hanya itu. Saya pernah
sewaktu SMA melihat teman saya yang berponi. Ketika saya melihatnya, saya
merasa risih, “Ih, kok nggak gerah ya?”Eh, kok waktu kelas dua SMA saya juga
berponi. Itupun karena tidak sengaja dan salah potong rambut. Tapi, poni itu
bertahan hingga sekarang.
Makanya, saya selalu berhati-hati
dalam mengucapkan sesuatu, entah lisan atau dalam hati, ya, takutnya saya akan
mengalami hal-hal yang saya takutkan. Tapi, ya, memang mengusir pikiran negatif
itu susahnya minta ampun *xoxo*. Saya masih bandel saja memikirkan hal-hal
buruk, padahal saya menjalaninya saja belum. Alhasil? Saya tidak ke mana-mana.
Saya pernah membaca sebuah novel,
ketika tokoh utama cewek berkata hal negatif, kemudian si cowok berkata, “Pikiran
semacam itu nggak akan membawamu ke mana-mana.”Hmmm, memang seperti itu adanya.
Ketika kita menginginkan sesuatu, tapi pikiran buruk menghantui. Akhirnya, kita
akan takut melangkah karena risiko terlalu besar. Padahal, risiko tersebut
masih terjadi dalam pikiran kita saja, belum tentu benar.
Mensyukuri apa pun yang kita miliki
Berbicara mengenai rejeki.
Seperti yang sering saya bicarakan, kalau saya ini pengangguran, dengan bekerja
dari rumah. Istilah kerennya sih, freelance,
tapi saya hidup di desa teman-teman. Seperti yang kita tahu, pemikiran orang
desa itu, bekerja itu berangkat pagi pulang sore. Atau terlihat tubuh kita
bergerak di luar rumah. Meskipun, pendapatan yang kita hasilkan tidak banyak,
ketika kerja di luar rumah, itu tetap kerja. Sedangkan, bekerja dari rumah,
meskipun penghasilan yang didapatkan berjuta-juta, itu belum kerja. Ya, nggak?
Karena hal inilah, saya setiap
bulan selalu ada masa-masa labil. Ketika penghasilan seret, tidak ada job review atau tawaran desain blog. Saat-saat
labil tersebut saya selalu berpikiran untuk keluar rumah, kembali mencari kerja
di luar. Curhat sama teman, dan berdoa agar diberikan rejeki. Lalu, tangan
Tuhan pun terulur memberi job-job
baru dengan penghasilan yang lumayan. Saya merasa bagaimana ya? Ehm, Tuhan
seakan-akan mempermainkan saya dengan membuat saya labil dahulu, nangis,
kemudian ia memberikan senyuman setelahnya. Seakan-akan Tuhan sedang mengejek
saya dengan medatangkan rejeki, setelah saya nangis gulung-gulung. *xoxo*.
Akhirnya, sekarang saya akan memulai dengan ucapan Alhamdulillah, di setiap
waktu, agar pintu-pintu rejeki terbuka lebar. Entah itu dari rumah atau dengan
mendapatkan pekerjaan di luar rumah.
Job review, job review, job review *soriii ngelantur*
Intinya dari postingan ini
adalah, saya ingin belajar dari pengalaman-pengalaman yang saya alami dengan
terus mengingatnya. Saya harus sering-sering bersyukur dan tersenyum, agar saat
saya masih di dunia ini tetap bisa menikmati tanpa takut akan masa depan atau
masa yang belum terjadi.
Omong-omong mengenai masa depan,
hal yang membuat kita khawatir adalah kalimat “apa yang kita lakukan hari ini
adalah cerminan masa depan kita”, iya nggak?
Baiklah, mengenai ketakutan masa
depan dan pencapain-pencapaian yang belum kita raih, akan kita bahas di
postingan selanjutnya. Kapan? Nantilah, kalau saya punya pengalaman mengenai
hal-hal itu.
Tetap tersenyum! ^^
Semangat dek 😘
ReplyDeleteahahahaha...job review selalu diingat ya...
ReplyDeletebanyak bersyur jadi rejekinya ditambang :)
ReplyDelete