taken from link |
Secangkir kopi yang kau suguhkan sore itu, tak berarti apa-apa untukku. Itu hanyalah sebuah simbol kesopanan yang kau berikan, yang kau hidangkan. Tak lebih dari sebuah keharusan.
Karena kau tak pernah tahu, apa yang sesungguhnya kuinginkan dari kedatanganku ke istana mungilmu. Bukan sekedar basa basi dari bibir tipismu atau pun pahit kopimu. Yang kuinginkan hanyalah hatimu.
Namun, justru belas kasihan yang kau beri atas peluh yang membasahi dahi. Tak ayal pula kau cukupi rasa sedihku, dengan senyummu. Justru senyum masam yang kau sediakan.
Kasih, tak cukup sekian kumenanti hari di mana kan kau mengerti. Hari di mana kau kan sadari. Aku lah pemuja rahasia yang kau puja setiap waktu, namun tak kunjung kau temukan pada khayalmu.
peluh dibayar dengan belas kasih, ini cukup pathetic :"(
ReplyDeletetegas garis puisinyaaaa ,, keren ^^
ReplyDeletesalaam kenal