Postingan ini hanya cerita belaka. Tidak perlu diambil serius apalagi sampai harus mengalihkan seluruh perhatian pada postingan ini.
Jika kita telisik dari arsip blog ini sekitar tahun 2009. Di mana itu adalah tahun permulaan terciptanya blog ini. Dalam tulisan di tahun itu berisi cerita ke-galauan saya mengenai seorang laki-laki yang saya sebut dengan nama "Mas Raka"
Seperti tagline pada blog ini: Perempuan Pemeluk Kenangan. Itu adalah hal yang sebenarnya terjadi. Perempuan pemeluk kenangan itu memang saya; Wulansari. Kenangan buat saya adalah sesuatu yang harus diingat dan dirasakan. Kenangan itu sebuah bukti yang jelas jika saya dahulu memiliki kisah.
Dan, inilah kisah saya mengenai Mas Raka.
Secara singkat, saya mencintai saudara sepupu saya sendiri. Kami melakukan long distance relationship (LDR). Dia berada di pulau seberang dan saya di sini. Meskipun dia sebenarnya memang satu dusun dengan saya. Cerita cinta ini dimulai oleh saya sendiri.
Di mata anak SMP Mas Raka waktu itu terlihat sungguh mempesona. Tipe lelaki yang saya idam-idamkan. Secara diam-diam saya mulai menyukainya. Memperhatikan setiap gerak kakinya. Setelah mengetahui dia pergi ke pulau seberang saya menyadari kalau saya jatuh cinta dengan saudara sepupu saya sendiri (Kakek dia kakak dari nenek saya).
Waktu berlalu dan suatu ketika Mas Raka menghubungi kakak laki-laki saya. Suatu hari saya secara diam-diam mencuri nomor ponsel Mas Raka dari ponsel kakak saya. Saat itu saya baru memiliki ponsel. Dan nomor pertama yang saya hubungi adalah nomor Mas Raka. Tapi, pada saat itu saya belum berani mengaku siapa saya. Sampai saya harus mengatur strategi dengan cara berkomunikasi dengan Mas Raka melalui nomor ponsel teman saya. Dan saya mengaku sebagai teman saya sendiri dan mengatur rencana agar Mas Raka mendapatkan nomor ponsel saya dari teman saya tersebut.
Dan, hubungan kami pun dimulai.
Setiap hari kami saling mengirim pesan. Mas Raka bercerita memiliki kekasih dan saya patah hati. Tapi, saya terus berusaha agar dekat dengan dia. Dan, suatu hari saya menyerah. Kemudian saya berpacaran dengan laki-laki lain (saudara saya lagi) yang memiliki kekasih. Saya lakukan itu hanya karena saya sakit hati terhadap Mas Raka. Namun, siapa sangka saat saya sakit hati oleh pacar saya (yang notabene memutuskan saya karena kekasihnya tahu hubungan gelap kami #eaaa) saya semakin dekat dengan Mas Raka. Dan, akhirnya kami berpacaran jarak jauh.
Dari awal kami bersama sudah banyak tantangan. Mulai dari kakak saya yang tidak setuju hingga mematahkan simcard ponsel saya, sampai nenek saya juga tidak setuju. Akhirnya, keluarga saya tahu dan menentang keras. Menjelang lulus SMA, Mas Raka memutuskan saya demi perempuan lain. Hal ini sudah sering terjadi namun saya bertahan. Akan tetapi untuk kali ini dia benar-benar meninggalkan saya. Saya terus menangis setiap malam. Dan, pada akhirnya saya benar-benar berpisah.
Meskipun begitu kami masih sering berhubungan dan perasaan sakit hati itu masih menjejak jelas di hati saya. Sampai suatu ketika kekasih Mas Raka menuduh saya merebut Mas Raka darinya. Dan yang membuat saya kecewa, Mas Raka membela dia.
Waktu terus berlalu, sampai saya semester tiga, Mas Raka pulang. Dan entah kenapa kami dekat kembali dan berjanji akan bertemu. Kami pun bertemu secara sembunyi-sembunyi ketika saya pulang ke rumah dari Surabaya. Dan, mungkin memang sudah tidak berjodoh. Kami ketahuan. Ini bagaikan aib buat saya. :D Kalau diingat-ingat memalukan sekali.
Kami masih berhubungan sampai suatu ketika saya lelah. Saya merasa selama ini yang saya lakukan memang salah. Membuat kedua orangtua sakit hati dan menentang mereka. Akhirnya, saya memutuskan untuk berpisah dari Mas Raka. Saya buang simcard saya dan tidak mempedulikan Mas Raka yang terus menerus mengirim pesan pada saya di ponsel yang ia berikan pada saya. Karena saya sudah memutuskan untuk mengakhiri sandiwara ini *uhuk.
Satu tahun berlalu, saya mendengar Mas Raka menikah. Saya merasa biasa saja karena memang saya sudah memutuskan untuk berpisah. Saya sendiri heran kenapa saya bisa padahal sebelumnya saya merasa tidak bisa hidup tanpa dia.
Satu tahun berlalu kembali. Dia pulang karena ayahnya meninggal dunia. Kami bertatap muka dan entah mengapa kenangan masa lalu kembali muncul. Hal ini membuat saya galau berkepanjangan. Mengingat saya yang meninggalkan dia dan saya sendiri yang galau. Ahai! Namun, saya sadar saya hanya terbawa perasaan saja.
Dua tahun berlalu, dan dia pulang kembali. Perasaan saya kali ini lebih normal daripada dua tahun lalu. Dia pulang bersama anaknya. Entah bersama istrinya atau tidak. Namun, sampai sekarang saya belum bertemu anaknya. Hanya mendengar dari cerita orang sekitar.
Memang ya kalau dulu pernah ada rasa mau menutup telinga sekuat apapun pasti akan tetap terdengar.
Kali ini saya tidak segalau dulu meskipun dia sudah bahagia dengan keluarganya (Alhamdulillah) dan saya masih sendiri (Ya Sukurilah).
Seperti yang saya bilang tadi, saya memang perempuan pemeluk kenangan dan tulisan ini hanya sekedar mengingat kenangan tersebut.
Wulansari
Mojokerto, 17 September 2014
0 Comments:
Post a Comment
Komentar akan dimoderasi terlebih dahulu. Hanya memastikan semuanya terbaca :)
Usahakan berkomentar dengan Name/URL ya, biar bisa langsung BW balik saya ^^