Cahaya menyilaukan menyeruak di
sela-sela bulu matanya yang lentik kemudian merembet ke retina. Membuat Nai
terbangun dari tidurnya. Awalnya, dia hanya melihat jendela kamar bertirai biru
dan putih yang bergerak terbawa angin sehingga membuat cahaya matahari masuk ke
dalam kamarnya. Sedetik kemudian ia mengerutkan keningnya, menyadari sesuatu.
Tirai kamarnya berwarna kuning
cerah.
Mendadak kepalanya menjadi semakin
berat. Tautan antara kedua alisnya semakin rekat. Ia tidak tahu apa yang telah
ia perbuat hingga berada di kamar asing ini. Terakhir kali yang ia ingat adalah
ia bertemu dengan Rai di suatu tempat yang tak jelas apa namanya. Ia sakit hati
ketika Rai mengatakan tidak mencintainya dan Nai pergi dalam keadaan emosi.
Tidak jauh dari tempat ia bertemu Rai, Nai bertemu dengan Lim.
Hanya itu yang ia ingat, selebihnya
semua terasa kabur.
Sayup-sayup Nai mendengar suara
erangan. Begitu dekat. Ketika dia menoleh ke arah lain, ternyata dia tidak
sendirian di kamar ini. Seseorang tidur di sebelahnya. Ingatan Nai mulai
berputar kembali. Bayangan Rai bersama Kia, kemudian Lim yang berjoget
dengannya, lalu ingatan ketika Lim menggendongnya. Hati Nai mencelos.
Nai berharap ia salah menduga. Namun,
seseorang yang berada di sampingnya dan rasa perih di salah satu bagian
tubuhnya tidak dapat ia pungkiri begitu saja.
Air mata Nai pun merembes pilu.
(* Ini bagian prolog dari naskah #NAR. Setelah menimbang-nimbang, saya mengerjakan proyek NAR terlebih dahulu. Hahai, plin plan sekali saya.
(* Ini bagian prolog dari naskah #NAR. Setelah menimbang-nimbang, saya mengerjakan proyek NAR terlebih dahulu. Hahai, plin plan sekali saya.
waah keren nih ,, apakah udh jadi ? saya penasaran .haha
ReplyDeleteBaru jalan bab 3 sai :D
Delete