Aku mengenal Rai ketika membeli sekeranjang apel pada sore hari. Hari itu, hari yang pucat. Semuanya tersembunyi dibalik awan yang mengabu. Rai sedang mengelap vespa biru miliknya dari titik air bekas hujan di sebelah toko buah milik ibunya.
"Dia sayang sekali dengan vespa tua itu,"Nyonya Rita bercerita
sembari memberiku beberapa lembar uang kertas. "Dulunya itu vespa milik Ndaru, suamiku."dia menarik napas. "Aku merindukannya." dia tersenyum.
sembari memberiku beberapa lembar uang kertas. "Dulunya itu vespa milik Ndaru, suamiku."dia menarik napas. "Aku merindukannya." dia tersenyum.
"Tuan Ndaru pasti pria yang hebat."kataku setelah melihat wajah Nyonya Rita menggelap. "Pria yang membuat wanita secantik Anda tetap mencintainya."
Nyonya Rita tersenyum." Ya. Dia pria terhebat yang pernah kutemui. Andai dia tidak hebat mana mungkin aku menerima lamarannya!" dia tertawa kecil memamerkan deretan gigi kecilnya.
"Ma, apa hari ini ada buah yang harus kuantar?"Tiba-tiba saja Rai datang dan bertanya kepada Nyonya Rita.
"Ah, tidak perlu. Nyonya Sira sudah mengutus anaknya untuk mengambil apel hari ini."jawab Nyonya Rita sembari menunjuk kearahku. Rai melihat kearahku, aku tersenyum. Dia tersenyum kikuk.
"Hai, aku Rinai."kataku sembari mengulurkan tangan kearah Rai. Dia menggosok belakang kepalanya sebelum menyambut uluran tanganku.
"Raindru."jawabnya singkat.
"Senang bisa kenal denganmu, Rai."kataku.
www.pinterest.com |
"Benarkah? Kenapa aku tidak pernah melihatmu di sekolah?"seruku. Aku cukup terkejut saat itu. "Kau berada di kelas berapa?"
"Sepuluh lima."jawab Rai pelan.
"Ah, pantas saja! Kelas kita terpaut jauh."
"Rai, ajak Rinai masuk kedalam."usul Nyonya Rita.
"Ah, tidak perlu Nyonya, saya harus segera pergi. Mama pasti sudah menunggu apel-apel ini."tolakku halus.
"Sayang sekali. Padahal pagi tadi Raindru membuat sup jagung."jelas Nyonya Rita. "Sup jagung buatan Raindru paling enak sedunia!!"Nyonya Rita berkata sambil tertawa. Rai hanya terdiam ditempatnya.
"Saya pamit dulu."kataku pada Nyonya Rita."Dah, Rai! Sampai ketemu di sekolah!"aku melambai kearahnya dan dia hanya mengangguk kikuk.
Esoknya, aku datang kekelas Rai saat jam istirahat. Aku merasa bosan di kelas dengan teman-temanku yang membicarakan tentang liburan mereka. Aku beralasan akan pergi ke kamar kecil, namun kakiku melangkah kekelas Rai.
Rai sedikit terkejut atas kedatanganku. Cukup lama kami terdiam dengan pikiran masing-masing. Kami duduk di selasar kelas, Rai menunduk melihat ujung sepatunya.
"Ada apa dengan sepatumu?"celetukku.
Rai terkesiap."Apa?"
"Sepatumu. Daritadi kau memandanginya terus. Sepatu itu tidak akan jalan kemana-mana kalau pemiliknya hanya berdiam diri terus."kataku sembari tertawa. Rai menyunggingkan senyum.
"Aku gugup."aku-nya. Aku terkejut. Rai begitu polos.
"Kenapa?"
"Belum pernah ada perempuan yang menghampiriku kekelas."dia berkata sembari sesekali melihat kearahku, lalu kembali ke ujung sepatunya."Nanti pasti akan ada gosip." aku tertawa."Apa yang lucu?"
"Kenapa kita harus peduli? Apa itu mengganggumu?"
"Tidak sama sekali. Kupikir kau yang akan terganggu."
"Tentu saja tidak!"
Kami terdiam.
"Rai, apa hari ini kau memasak sup jagung?"tanyaku. Rai mengangkat wajahnya dan melihat kearahku. "Sepulang sekolah, aku ingin main kerumahmu. Boleh?"
Rai tidak berkata apa-apa. Dia tersenyum dan mengangguk. Sejak saat itu, kami mulai dekat. Tidak peduli teman-temanku yang memandang rendah Rai tidak pantas menjadi temanku. Rai yang culun. Atau Rai hanya ingin memanfaatkan harta orangtuaku.
Mereka tidak pernah tahu bagaimana Rai. Bagaimana Rai bisa tertawa lepas ketika bersamaku. Bagaimana Rai bisa berbuat hal gila hanya untuk membuatku tersenyum.
Dan,
Mereka tidak pernah tahu, bagaimana Rai bisa dengan mudah membuatku jatuh cinta.
"Saya pamit dulu."kataku pada Nyonya Rita."Dah, Rai! Sampai ketemu di sekolah!"aku melambai kearahnya dan dia hanya mengangguk kikuk.
Esoknya, aku datang kekelas Rai saat jam istirahat. Aku merasa bosan di kelas dengan teman-temanku yang membicarakan tentang liburan mereka. Aku beralasan akan pergi ke kamar kecil, namun kakiku melangkah kekelas Rai.
Rai sedikit terkejut atas kedatanganku. Cukup lama kami terdiam dengan pikiran masing-masing. Kami duduk di selasar kelas, Rai menunduk melihat ujung sepatunya.
"Ada apa dengan sepatumu?"celetukku.
Rai terkesiap."Apa?"
"Sepatumu. Daritadi kau memandanginya terus. Sepatu itu tidak akan jalan kemana-mana kalau pemiliknya hanya berdiam diri terus."kataku sembari tertawa. Rai menyunggingkan senyum.
"Aku gugup."aku-nya. Aku terkejut. Rai begitu polos.
"Kenapa?"
"Belum pernah ada perempuan yang menghampiriku kekelas."dia berkata sembari sesekali melihat kearahku, lalu kembali ke ujung sepatunya."Nanti pasti akan ada gosip." aku tertawa."Apa yang lucu?"
"Kenapa kita harus peduli? Apa itu mengganggumu?"
"Tidak sama sekali. Kupikir kau yang akan terganggu."
"Tentu saja tidak!"
Kami terdiam.
"Rai, apa hari ini kau memasak sup jagung?"tanyaku. Rai mengangkat wajahnya dan melihat kearahku. "Sepulang sekolah, aku ingin main kerumahmu. Boleh?"
Rai tidak berkata apa-apa. Dia tersenyum dan mengangguk. Sejak saat itu, kami mulai dekat. Tidak peduli teman-temanku yang memandang rendah Rai tidak pantas menjadi temanku. Rai yang culun. Atau Rai hanya ingin memanfaatkan harta orangtuaku.
Mereka tidak pernah tahu bagaimana Rai. Bagaimana Rai bisa tertawa lepas ketika bersamaku. Bagaimana Rai bisa berbuat hal gila hanya untuk membuatku tersenyum.
Dan,
Mereka tidak pernah tahu, bagaimana Rai bisa dengan mudah membuatku jatuh cinta.
-Wulansari-
Mojokerto, 16 April 2014
22:16
0 Comments:
Post a Comment
Komentar akan dimoderasi terlebih dahulu. Hanya memastikan semuanya terbaca :)
Usahakan berkomentar dengan Name/URL ya, biar bisa langsung BW balik saya ^^