Kali pertama kita bertemu saat musim penghujan di bulan Desember. Saat itu kau sedang berdiri di halte bus, tepat di sebelahku. Kita saling berebut masuk kedalam bus bersama dengan penumpang yang lainnya. Siku kita saling bertaut dan membuatku terjatuh sebelum sempat memasuki bus. Kau yang sudah berada di atas bus menoleh kearahku, dan turun membantuku berdiri dan memunguti buku-buku milikku yang berserakan.
“Kau ketinggalan bus.”kataku saat
kulihat bus yang hendak kami tumpangi menjauh.
“Dan, aku akan meninggalkanmu dengan
keadaan seperti ini?”balasmu.
Rambut panjang hingga menutupi
telinga, beberapa bulu tumbuh di dagumu. Dan tatapan mata milikmu, saat itu
telah membiusku. Sejak itu, kita pulang sekolah menunggu bus bersama
sembari bercerita tentang pelajaran hari ini.
Saat liburan kita akan pergi ke
pameran lukisan menggunakan mobil usangmu,yang sewaktu-waktu bisa mogok di
tengah hujan. Kau akan turun dan mendorong mobilmu, dan aku menggantikanmu
dibelakang kemudi. Aku akan mengeluarkan kepalaku dari jendela dan berteriak
menyemangatimu. Kau akan bersemangat meskipun hujan mengguyur jaket kulitmu dan
membuat rambut pirangmu basah.
“I LOVE YOUU!!!”teriakku dari dalam
mobil, dan kau menghampiriku dan menciumku tepat di bibir tanpa memedulikan
setiap orang yang melihat kita. Lalu, kau kembali kebelakang mendorong mobil
usangmu.
Bagaimana kau bisa meninggalkanku
bersama kenangan itu?
Dan, aku masih mengingat dengan
jelas. Kita berada dikamar. Kau sibuk dengan kanvas di pangkuanmu dan kuas di
tangan. Dan aku duduk diatas ranjang dengan alat yang sama, tetapi tidak
melakukan apa-apa, karena aku sibuk melihat kearahmu. Mengagumi setiap bola
matamu memandang. Kearahku, kanvas, kearahku, dan kanvas.
“Selesai!”teriakmu, lalu mengambil
selotip dan menempelkan lukisanmu di dinding. Sebuah lukisan wajah seorang
perempuan dengan cat minyak berwarna hitam. Rambut acak, mata di penuhi eyeliner hitam. Aku berkacak pinggang
dan berdiri tepat di sebelah lukisanmu.
“Ini aku?”tanyaku. Kau mengangguk.
Lalu, aku melotot kearahmu, berpura-pura bermuka seram seperti di lukisan. Dan
kau datang memelukku dan memberikan ciuman hangatmu.
“I
love you,”bisikmu. Dan kau mendaratkan bibirmu dibibirku sekali lagi.
Bagaimana mungkin kau bisa pergi
tanpa pamit kepadaku?
Sesekali kita akan bertukar peran.
Kau memakai gaunku dan aku mengenakan kaus milikmu yang kebesaran. Kupakai topi
milikmu dan kita akan berfoto mengenakan pakaian itu. Dan, kita berjanji saat
lanjut usia nanti, foto-foto inilah yang akan membuat kita tertawa bersama
sembari bercengkraman tangan.
Dan suatu hari, kau memintaku untuk
membuat sebuah tattoo ditangan kananku dan kau juga melakukan hal yang sama.
Aku meringis kesakitan saat jarum tattoo itu mengenai kulitku, kau menciumku
untuk menenangkan.
Lalu, kita akan berbaring diatas
ranjang menghabiskan malam bersama. Berbincang tentang masa depan seakan kita
tahu. Kau akan menjadi pelukis terkenal dan aku menjadi istrimu yang akan
membuatkan roti lapis setiap pagi untuk sarapan dan sup krim panas saat kau
kelelahan menyelesaikan lukisanmu. Dan kita berencana akan keliling dunia
bersama, saat lukisanmu terjual dengan harga jutaan rupiah.
Saat kita kelelahan bercerita, kau
akan mengendap-endap mengambil sebotol wine
milik orangtuamu dan pergi keatap untuk melanjutkan cerita.
Kehilanganmu tidak ada dalam rencana
masa depan kita. Bagaimana kau bisa melupakan itu?
Kau tahu apa yang paling kurindukan?
Aku terbangun dengan melihat wajahmu
di sisiku. Dan aku akan membelai rambutmu hingga kelopak matamu terbuka dan
tersenyum kearahku. Kita selalu berjanji akan selalu bersama menantang dunia
dengan cinta kita.
Mengapa kau mengingkari janji? Dan
pergi menyisakan kenangan yang mencekikku setiap kali aku mengingatmu.
Pertengkaran kecil kita di hari itu,
membuatku kehilangan dirimu. Kau mencoret kanvas milikku yang masih kosong, dan
bereteriak,”Bagaimana kau bisa menjadi pelukis terkenal jika kau takut untuk
memulai?”
“Aku hanya ingin hidup
bersamamu,”balasku.”Tak apa jika aku tidak bisa melukis sepertimu.”
“Apa yang kau harapkan dari lelaki sepertiku?!”
Napasku memburu dan mengambil cat minyak dan menorehkannya ke
lukisanmu yang hampir selesai.”Karena kau segalanya bagiku!!”
Kau marah besar dan memunguti
barang-barangmu dan pergi dengan mobil usangmu. Aku hanya terpaku melihatmu
pergi. Kupikir kau akan berubah pikiran dan kembali kearahku. Tapi, nyatanya
hingga saat ini, aku tidak pernah mendengar suara mobil usangmu.
Jika, aku tahu saat itu, aku akan
benar-benar kehilanganmu, aku tidak akan membiarkanmu pergi.
Jika, aku tahu saat itu, mobil yang
kau tumpangi akan menabrak pembatas jalan dan membuatmu pergi untuk selamanya.
Aku tidak akan membiarkanmu pergi.
Tapi, percayalah, dikehidupan yang
lain, jika aku disuruh memilih, aku akan memilihmu mejadi kekasihku.
In
another life, I would be your girl
We’d keep all our promises
Be us against the world
In another life, I wold make you
stay
So I don’t have to say
You were the one that got away
The one that got away
-Wulan Sari-
...
30 Desmber 2013
23:25
0 Comments:
Post a Comment
Komentar akan dimoderasi terlebih dahulu. Hanya memastikan semuanya terbaca :)
Usahakan berkomentar dengan Name/URL ya, biar bisa langsung BW balik saya ^^