Sumber foto: koleksi Zayd ustman |
Setelah
kucoret baju miliknya dengan tanda tanganku, di bawah kutuliskan “Best Friend
Forever”. Wajahnya yang ceria hingga membuat bibirnya merekah, kina berubah
masam. Dia terlihat kecewa.
“Hanya
ini?”tanyanya dengan alis bertaut.
“Ya,
tentu. Apa lagi?”Ya, apalagi yang harus aku tulis? Kami bersahabat dari awal
masuk sekolah menengah atas, hingga kini kami akan berpisah menempuh impian
masing-masing.
Aku
tersenyum dan mengusap rambutnya.”Semoga sukses.”aku berlalu.
“Kautahu,
aku akan kuliah Jakarta.”teriaknya. Kakiku mematung, sempat aku tidak bisa
menguasai gejolak dihati. Aku kembali mendekatinya, setelah aku bisa menguasai
diriku.
“Wow!
Selamat!”kuraih tangannya dan kujabat erat. Dia mengangguk dengan senyum
dipaksakan. Kutahu, air matanya akan tumpah.
“Aku
berangkat besok. Kau akan mengantarkanku kebandara, kan?”wajahnya terlihat
memohon.
Aku
berguman.”Tidak bisa. Keluargaku sudah menyiapkan pesta untuk kelulusanku
besok.”
Dia
menggigit bibir bawahnya. Menepuk bahuku pelan, lalu berbalik pergi.
Kulihat
punggungnya menjauh, entah kenapa aku merasa akan kehilangan dia.
***
Pesawat akan membawanya pergi
kurang dari tiga puluh menit. Tapi, aku masih
berada dirumah dengan hiruk pikuk kemeriahan pesta kelulusanku. Aku menyendiri,
menjauh dari keramaian. Semua pesta dan orang-orang yang berada di sini, tidak
dapat membuatku merasa tidak sendiri. Seperti ada yang hilang.
Senyumnya
yang merekah, binar matanya saat menatapku, memenuhi tiap sudut pandangku. Aku mendengar
tawa renyahnya di setiap sudut ruangan. Aku tidak bisa seperti ini terus
menerus. Mungkin, belum terlambat.
Aku
pergi kerumahnya, kutarik napas lega saat melihatnya di ambang pintu. Kubetulkan
letak kacamataku, kucium aroma setangkai mawar merah di tangan kiriku. Tanganku
hendak membuka pintu mobil berhenti, saat kulihat dia dijemput oleh seorang
pria dengan sebuket mawar merah dibalik tubuhnya. Dia tersenyum lebar sembari
memeluk pria itu, dan mereka pun pergi.
Aku
termenung dibalik kemudi. Mawarku genggam erat durinya nyaris membuatku
berdarah. Duri mawar itu berhasil menyakiti tanganku dan hatiku.
Baca cerita FF yang lain di sini 1. Waktu tak pernah menunggu
2. Mawar Untuk Reffa
3. Surat seorang lelaki yang mencintai bunga
4. A “Red” Rose
Baca cerita FF yang lain di sini 1. Waktu tak pernah menunggu
2. Mawar Untuk Reffa
3. Surat seorang lelaki yang mencintai bunga
4. A “Red” Rose
0 Comments:
Post a Comment
Komentar akan dimoderasi terlebih dahulu. Hanya memastikan semuanya terbaca :)
Usahakan berkomentar dengan Name/URL ya, biar bisa langsung BW balik saya ^^