Malu Bertanya Tersesat di Jalan. Tapi aku kan, Sudah Tanya Google Map! - Pernah kesasar? Tolong bilang
pernah ya, biar saya tidak sendirian. Hehe. Saya ingin bercerita kepada
teman-teman mengenai pengalaman kesasar saya ketika bepergian selama ini.
Kenapa harus banget diceritakan di blog? Karena sering sekali kesasar. Haha.
Kalau teman-teman bertanya,
kenapa tidak pakai Google Map saja? Kan tidak perlu kesasar segala. Saya jawab,
saya sudah pakai Google Map dan masih kesasar. Hehe.
Baiklah, di bawah ini merupakan
pengalaman saya kesasar di jalan ya, bukan di hatimu.
Ketika Menduniakan Madura, Saya sudah Sampai Madura Duluan
Tahun 2016, saya terpilih untuk
mengikuti Menduniakan Madura di Madura. Selama tiga malam 4 hari kami akan
berkeliling di Pulau Madura, untuk melihat keindahan alamnya. Kami berkumpul di
BPWS yang berada di mulut Jembatan Suramadu yang dari arah Surabaya. Lokasi
kantornya ada di sebelah kanan jalan.
Saya melakukan perjalanan dengan
motor dari Mojokerto, sebelum berangkat Mbak Yuni sudah berkata di grup, untuk
sampai ke BPWS harus melewati bawah Jembatan Suramadu, memutar balik. Oke. Saya
ingat itu. Pada kenyataannya, ketika motoran saya nyasar sampai jembatan
Suramadu. Akhirnya, saya melewati jembatan dengan panjang 5.438 m itu. Hiks.
Angin ketika di atas jembatan
menerpa motor saya, rasanya berat motoran di atas jembatan, saya hanya ingin
menangis waktu itu. Mau tak mau saya harus melewati jembatan sendirian, karena
tidak ada putar balik (mungkin ada, tapi saya tidak tahu). Itu artinya saya
harus melewati 10.876 m perjalanan. Belum lagi putar balik ketika sampai di
Madura. MasyaAllah.
Kami Harus Putar Balik Selama Satu Jam
Tahun lalu, saya bersama kawan
saya dari Jakarta melakukan perjalanan di Semarang selama 4 hari tiga malam. Hari
itu adalah hari terakhir kami melakukan perjalanan di Semarang, dan hari
terakhir itu kami akan berencana ke Semarang atas. Dari Semarang kota, kami naik
Trans Semarang dari hotel. Harusnya sih, kami turun ke Balai Kota untuk sampai
ke Terminal Unggaran. Namun, siapa sangka kami tidak mendengarkan intruksi
orang-orang, akhirnya kami kesasar ke Terminal Penggaron. Huhuhu.
Mana waktu itu saya mabuk berat
lagi, lantaran mencoba makanan ala-ala Korea yang berbahan dasar nasi. Saya dan
Siti sedikit berantem karena kesal, kesasar jauh sekali. Momen tersesatnya kami
memakan waktu satu jam sendiri. Duh, kesel.
Setelah muntah-muntah di toilet
dan berisitirahat sebentar di terminal Penggaron, kami mencari halte Trans
Semarang terdekat. Tentunya, kami berencana kembali ke Balai Kota – tempat awal
seharusnya kami turun. Kami menunggu bus Trans Semarang yang lumayan lama tidak
datang-datang.
Jadi, perjalanan dari Penggaron
ke Balai Kota lumayan jauh, sekitar 50-60 menit. Padahal, perjalanan kita waktu
itu cukup jauh loh. Sampai akhirnya, hari itu hanya bisa ke satu tempat saja. Hehe.
Jalan Tol Boleh Dipakai Untuk Motor, Kan?
Sub judulnya benar-benar pertanyaan
bodoh ya? Hehe. Ceritanya, tahun lalu saya berkesempatan untuk wawancara
sebagai freelance food photographer
di salah satu start up di Surabaya.
Saya harus datang ke kantor mereka yang ada di Margomulyo. Tentunya, saya
mengandalkan Google Maps ya. Mau pakai apalagi? Soalnya memang buta jalan.
Saya pun patuh pada Google Map,
terserah dia membawa saya ke mana. Haha. Karena terlalu pasrah, akhirnya dia
membawa saya ke jalan tol. Ya Allah. Pantas saja, saya merasa kok sepi sekali,
sampai akhirnya saya lihat dari kejauhan, petugas pintu jalan tol keluar dan
melambaikan tangan ke arah saya.
“Balik-balik, jalan tol, motor
nggak boleh masuk!”
Begitu ngeh, saya pun putar balik, ehm, lebih tepatnya melawan arah!
Bagaimana lagi, saya sudah terjebak dan tak tahu harus lewat mana. Hehe.
Ya Allah, saya ketangkap polisi. Ya Allah.
Hanya itu yang saya pikirkan
waktu itu dan Alhamdulillah, tidak ada polisi jaga waktu itu, sehingga saya
bisa kabur dengan selamat! Hehe.
Sejak kejadian tersebut, saya
selalu deg-deg-an, setiap kali melihat jalan tol. Saya takut tersesat kembali.
Saat bercerita pada kawan, dia memberi tahu bahwa pada Google Maps bisa diatur “abaikan
jalan tol” agar tidak dicarikan jalan melewati jalan tol.
Tak hanya tiga kisah di atas,
saya juga sering tersesat versi kecil, seperti lupa belok dan akhirnya memutar
cukup jauh. Yah, padahal saya pakai Google Map.
Yah, itulah pengalaman kesasar
saya selama ini. Hal-hal kecil seperti tersesat di mal dan tidak tahu letak
mushola sudah di depan mata, malah memutar jauh kita abaikan saja.
Google maps tu sering nunjukin jalan yanggak layak untuk dilewati mbak. Saya pernah pas mau berkunjung ke rumah teman, diarahkan ke jalan setapak yang berkelok-kelok dan tepat di tepi jurang. Huaaa, ngeri kalo inget kejadian itu. Padahal setelah tau, ada jalan yang jauh lebih layak dan lebih cepat. Haha.
ReplyDeleteNah ini, biasanya di desaku juga ga akurat, wkwk
Delete