Buku Fisik atau Buku Digital? #TimBukuFisik- Bagi saya, polemik mengenai buku
fisik atau buku digital sangat krusial, setara dengan masalah ibu-ibu mengenai
ASI atau susu sapi, ibu pekerja atau ibu rumah tangga, makan beng-beng dingin
atau langsung dan semacam makan bubur ayam diaduk atau nggak diaduk. Segenting
itu. Oke, saya berlebihan. Tapi, memang seperti itulah saya.
Semakin majunya tekhnologi,
bentuk buku pun tak hanya berupa buku fisik tapi juga ada buku digital atau
biasa disebut ebook. Memang, ebook lebih
efesien, mudah dibawa, tidak memakan tempat banyak dan kita bisa membaca banyak
buku. Akan tetapi, meskipun ada ebook
tak sertamerta orang-orang berbondong-bondong mengganti buku fisik dengan ebook, contohnya seperti saya. Saya
tetap setia membeli buku fisik. Apa saya pernah membaca ebook? Pernah. Apa saya pernah membeli ebook? Sama sekali nggak, kecuali itu ebook gratisan – xoxo.
Tentunya, ada alasan-alasan
rasional berbalut melankolis yang mendasari kenapa saya lebih menyukai buku
fisik ketimbang ebook, meskipun
banyak sekali kelebihan-kelebihan ebook
yang tidak dimiliki buku fisik. Terlebih lagi, alasan mendasar saya tetap
bertahan pada buku fisik dapat dikatakan alasan mengada-ada, sepele dan tidak
masuk akal. Tapi, kalau sudah cinta, mau bilang apa?
Bisa dikatakan, saya ini pecandu
internet, gadget dan semua hal yang
dikaitkan dengan kehidupan milenials. Tapi, dalam beberapa kasus, saya tetap
menyukai hal-hal kuno. Namun, bagi saya membaca buku fisik bukanlah hal kuno,
tapi saya lebih suka menyebutnya dengan klasik.
Berbanding terbalik dengan PIC
aka partner in crime saya, Mbak Tikha
yang lebih menyukai ebook ketimbang
buku fisik. Ya, meskipun dia tetap suka membeli buku fisik dan membacanya, tapi
Mbak Tikha nggak segan-segan untuk membeli ebook
dengan jumlah cukup banyak. Dia mengatakan, jika dia membaca ebook, dia bisa menghabiskan banyak
bacaan ketimbang ketika membaca buku fisik. Disamping itu, harga ebook terbilang lebih murah – jauh lebih
murah- ketimbang buku fisik. Tetapi, bagi saya ebook semacam harapan semu yang diberikan cowok-cowok tukang PHP
pada kekasihnya.
Kenapa saya menyebut ebook semacam harapan semu? Karena kita
nggak bisa memiliki ebook sepenuhnya,
guys. Ada batas-batas waktu akses
yang diberikan atau kita tak bisa benar-benar menyentuh buku tersebut. Iyalah,
yang kita rasakan hanyalah datarnya layar smartphone
atau iPhone.
Terlebih lagi, kita nggak bisa membagi bacaan
dengan kawan kita atau menaruhnya dalam rak-rak buku di dinding. Apalagi soal
melankolis dan menyenangkannya, ketika kita mencium aroma buku. Beh, nggak ada
duanya!
Alasan lain kenapa saya kurang
menyukai ebook karena saya kesulitan
menemukan halaman terakhir yang saya baca, meskipun katanya sudah ada cara
khusus untuk menangani hal tersebut. Tapi, tetap saja rasanya berbeda ketika
saya membaca buku fisik.
Kenapa sih, harus buku fisik?
Bukannya buku fisik sekarang amat mahal, apalagi kalau yang nulis itu penulis
terkenal semacam Dee Lestari, Ika Natassa dan Tere Liye? Seperti yang kita
ketahui bersama, semakin terkenal nama penulis, semakin mahal pula harga
bukunya, meskipun ketebalan tidak mencapai satu centimeter.
Selain alasan melankolis suka
buku fisik karena aroma buku pun saya menyukai buku fisik lantaran memang sudah
terbiasa membaca buku fisik sejak kecil. Mulai dari buku komik, pelajaran,
novel dan lain-lain. Entah kenapa, saya benar-benar menyukai buku fisik, sejak
dulu. Sejak saya sebelum mengenal novel. Saya pun suka mengoleksi buku, menata
rapi di rak-rak, membongkar, menata lagi, mencium aromanya. Begitu terus
berulang-ulang. Dan yang paling penting adalah saya bisa memotret kalau itu
buku fisik. Ebook? Sama saja saya
motret smartphone atau tablet, iya
kan? Belum lagi, buku fisik memiliki sampul yang cantik atau minimalis yang
dapat saya sentuh dengan jari-jari dan merasakan tonjolan-tonjolan di atasnya.
Dengan buku fisik, kita bisa
selfi, sedangkan ebook tidak. Rasanya
aneh saja, sih. Memotret iPhone atau smartphone
buat selfi.
Sebenarnya kita bisa kok,
memiliki buku fisik tanpa harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Tentu
saja, bukan dengan membeli buku bajakan loh. Pintar-pintarnya kita saja,
membeli buku di mana. Saya lebih sering membeli buku via online karena pasti
harganya sudah diskon. Lalu ongkos kirimnya bagaimana? Ya, belinya jangan hanya
satu, siasati dua buku atau maksimal empat buku. Kalau hanya ingin dua buku
bagaimana? Ajak teman, kali saja mereka juga ingin membeli buku.
Saya kemarin membeli buku Fiersa
Besari, yang sedang naik daun itu. Harganya lumayan mahal, tapi dengan saya
membeli via online dan patungan bersama teman, saya bisa berhemat Rp. 30.000,-
dari harga asli. Itu sudah termasuk ongkir juga.
Dulu, saya pun sering ke toko
buku offline tapi bukan Gramedia,
karena di Gramedia harganya pasti memang segitu dan nggak ada diskon sama
sekali. Di Surabaya ada toko buku Rumah Buku dan Uranus, keduanya berdekatan
dan diskon 20%-25%. Sayangnya, Rumah Buku sekarang sudah nggak ada lagi,
sehingga tinggal Uranus.
Memang, selera setiap individu
berbeda dan mereka pasti punya alasan masing-masing, kenapa lebih menyukai ebook ataupun buku fisik. Bukan berarti,
saya harus memaksa kalian untuk tetap menyukai buku fisik daripada ebook dan bukan berarti saya membenci ebook,loh. Sebenarnya, dengan adanya
buku digital kita sudah mengurangi penggunaan kertas dan membuktikan cinta bumi
dan seisinya. Bisa menjadikan salah satu gerakan bumi sehat.
Jadi, saya #TimBukuFisik. Kalau kalian bagaimana?
baca postingan Mbak Tikha juga ya Ebook atau buku fisik
baca postingan Mbak Tikha juga ya Ebook atau buku fisik
Aku tim buku digital. Tapi kalo bukunya suka banget aku bakal beli buku fisiknya juga. Jadi ebook ini semacam tester apakah aku bakalan tertarik atau nggak dengan isi bukunya. Klo ga suka bisa hapus unduhannya lalu pindah bacaan lain. Selain itu hemat space. Di rumah rak buku udah penuh semua, jadi pilihannya ada dua, ngurangi buku agar bisa nambah buku fisik, atau beli ebook biar tetep bisa update bacaan baru, ya gitu deh. Masing2 orang punya alasan kenapa lebih suka buku fisik atau digital, lan. Balik lagi ke orangnya. :D
ReplyDelete