Seller Online Shop? Please, baca! - Tak hanya customer loh yang pernah membuat owner ketar ketir, ingin nonjok. Tapi, owner online shop juga ada beberapa yang menyebalkan. Justru, ada banyak keluhan dengan sifat di owner dengan sok menjadi penjual yang beken. Saya sering menjumpai hal tersebut, tapi Alhamdulillah, mengalaminya belum pernah.
Jadi, sebagai customer di sini,
saya mau memberikan beberapa hal yang harus diperhatikan untuk seller atau owner toko online. Sekalian
sih, mengeluarkan unek-unek yang ada. Terlebih lagi, sekarang banyak tuh toko
online yang suka main blacklist
sembarangan tanpa tedeng aling-aling.
Untuk Seller yang Menerapkan
Sistem PO, Please Be Smart!
Bisnis adalah bisnis. Dalam
bisnis tidak ada namanya kawan, saudara atau bahkan pacar. Boleh-boleh saja
kita berjualan menggunakan hati. Tapi, yang benar berjualan itu menggunakan
stratergi. Kalau saya nih, saya tidak mudah percaya dengan orang lain, kalau
berurusan dengan duit. Apalagi, orang yang baru saya kenal, di dunia maya lagi!
So, please. Jangan langsung percaya!
Jangan langsung meng-iyakan kalau ada yang pesan di kalian dan bilang akan
melunasi saat barang ready. Ayolah,
tidak semua orang itu konsisten pada keputusannya. Bisa saja hari ini dia
menggebu-gebu ingin beli, kemudian suatu hari berubah pikiran. We never know!
Jadi, lebih baik untuk barang PO
alias pre order, sebaiknya gunakan
sistem DP atau dibayar lunas di awal. Untuk sistem DP, jelaskan pula harus
berapa persen dan jika tidak melunasi ketika barang datang, maka DP hangus atau
menjadi milik seller. Sehingga,
kalian tak perlu tuh pajang-pajang foto customer kalian yang PHP dengan
kata-kata blacklist. Hei, mereka
bukan mencuri. Kalian pun tak rugi apa-apa, karena barang masih di tangan
kalian. Kalian bisa menjualnya lagi.
Nanti kalau barang tersebut nggak
laku bagaimana? Gulung tikar saja, deh!
Boleh-boleh saja menjadi orang
baik dengan pemikiran positif, tapi logika juga harus jalan. Kalau memang kenal
dekat sih tidak masalah. Atau memang sangat percaya dan customer tersebut amanah. Kalau tidak? Kalian sendiri yang
uring-uringan.
Kalian Niat Jualan Nggak, sih?
Saya sudah pernah beberapa kali
bilang, menjadi seller toko online
itu kudu sabar. Kudu ramah nan telaten. Karena nantinya kita akan bertemu
dengan bermacam-macam customer. Kalau
mau jualan laris ya memang harus begitu. Eh, justru banyak yang judes dengan customer. Okelah, kalau tidak bisa ramah
di dunia nyata. Di dunia maya, bisa, kan? Meskipun dalam chatting terlihat
biasa saja, usakakan pakai emoticon titik dua tanda kurung (J). Dengan begitu,
meskipun aslinya jutek dan judes, tidak akan ketahuan. Dan, satu lagi layanin customer dengan semangat 45.
Jadi, ada sebuah kisah *halah*,
kawan saya, Si Kapten, membeli sepatu converce
di salah satu online shop. Dia memberitahukan kalau si seller judes banget. Entah itu cowok atau cewek. Saya bilang,”Cari
di toko lain.” Apalagi? Kan seller
seakan-akan tidak butuh duit. Jualan sekadar hobi. Kalau ada yang beli hayuk,
kalau nggak yaudah sono.
Kapten bilang, “Di tempat lain
barangnya nggak ada yang seperti itu.”Akhirnya, Kapten beli sepatu converse berwarna hitam dengan aksen
merah itu. Lalu, beberapa hari kemudian barang datang.
Kapten mengirim gambar sepatu
tersebut via BBM ke saya, “Njiir,
bilangnya sepatu converse hitam aksen
merah, ini kok pink.” Terus terang,
saya tertawa keras. Kalau warna merah muda soft
sih tidak masalah. Ini merah muda cerah! Menyala!
Kapten pun memprotes dengan sabar
ke seller, eh malah kawan saya
tersebut yang kena semprot.
“Kasih rating jelek gih,”kata
saya. Biasanya kan, kalau di marketplace
ada fitur untuk memberi rating seller,
nah saya menyarankan demikian. Eh, Kapten berkata, “Untuk apa? Toh, ini sepatu
tetap warnanya pink!”
Akhirnya, sepatu tersebut
menganggur. Ya kali, Kapten pakai sepatu warna pink cerah!
“Buat kamu, nih!”ucap Kapten.
“Nggak mau!”kata saya. Iyalah,
ukuran sepatu Kapten 41, saya 38. :D
Selain masalah di atas, sebagai seller juga perlu memperhatikan kualitas
dari barang yang dijual, interaksi dengan pembeli. Jangan hanya melulu
memikirkan untung, kalau ujung-ujungnya buntung. Seperti kisah yang saya
kemukakan di atas, itu sangat merugikan pembeli. Mau selaris apa pun, pembeli
yang tidak rela dan tidak ikhlas, pada akhirnya berjualan yang tujuannya
menyampaikan kebahagiaan, berubah menjadi kesengsaraan.
Intinya sih, jangan sampailah
antara seller dan pembeli saling
cek-cok, dan ujung-ujungnya musuhan. Apalagi saling merugikan.
Anyway, hubungan antara seller
dan buyer itu, harus seperti
sepasang kekasih. Saling membahagiakan!
Entah kenapa kalimat terakhir bikin saya ngikik
ReplyDeleteAku pernah ketemu customer yg gak sabaran. Barang belum waktunya sampai udah minta balikin dana, udah gitu tiba2 malamnya dibilang barangnya udah sampe, wakaka. Mana anak waktu itu lagi sakit bikin dredeg aja. Akhirnya aku kasih penilaian netral saking sebelnya. #malahcurcol
ReplyDeleteSebagai seller kadang qu jg suka naik darah mba, nanya banyak uda deal ga jadi transfer :(( padahal ada buyer yg juga mau. disitu pala batman pusing hehehe
ReplyDeleteYa begitulah mbak risiko jualan online, makanya kudu hati-hati. Nggak semua buyer itu konsisten :D
Delete